Hadits Arbain ke-5: Larangan Melakukan Bid'ah Dalam Ibadah
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita nikmat iman, kesempatan untuk berkumpul, dan kesempatan untuk menuntut ilmu. Semoga salawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, suri tauladan kita, yang selalu menunjukkan jalan yang lurus bagi umatnya.
Hadits 1:
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ
مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa mengada-adakan sesuatu (yang baru)
dalam urusan kami yang tidak ada (perintahnya) di dalamnya, maka ia
tertolak."
HR Al-Bukhari (2697) dan Muslim (1718)
Hadits
2:
Dalam
riwayat Muslim disebutkan:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah
kami atasnya, maka amalan itu tertolak.”
HR Muslim (1718)
Syarah Hadits
أَكْمَلَ اللَّهُ
الدِّينَ
Allah
telah menyempurnakan agama
وأَتَمَّ النِّعْمَةَ
عَلَى عِبَادِهِ
dan
menyempurnakan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
وَوَاجِبٌ عَلَى
الْمُسْلِمِ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى الِاتِّبَاعِ
Dan
menjadi kewajiban bagi seorang Muslim untuk berusaha keras mengikuti
وَالْوُقُوفِ عَلَى مُرَادِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ وَرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
dan berhenti (berpegang) pada apa yang diinginkan oleh Allah
Yang Maha Mulia dan Rasul-Nya ﷺ
بِقَدْرِ وُسْعِهِ
وَطَاقَتِهِ
sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya.
وَأَلَّا يُحْدِثَ
Dan
tidak membuat (amalan) yang baru
وَيَبْتَدِعَ فِي دِينِ اللَّهِ شَيْئًا مِنْ
عِنْدِ نَفْسِهِ
dan mengada-adakan sesuatu dalam agama Allah dari dirinya
sendiri
فَمَنْ اخْتَرَعَ فِي
الدِّينِ
Barang
siapa menciptakan dalam agama
مَا لَا يَشْهَدُ لَهُ أَصْلٌ مِنْ أُصُولِهِ،
sesuatu
yang tidak memiliki dasar dari pokok-pokoknya,
فَلَا يُلْتَفَتُ إِلَيْهِ
maka hal (yang baru diciptakan) itu tidak boleh
diperhatikan.
وَهَذَا مَا
أَخْبَرَنَا بِهِ الرَّسُولُ الْكَرِيمُ فِي هَذَا الْحَدِيثِ
Dan inilah yang diberitahukan kepada kita oleh Rasul yang
mulia dalam hadits ini.
حَيْثُ قَالَ: «مَنْ
أَحْدَثَ فِي» أَمْرِ الدِّينِ، بِاخْتِرَاعِ شَيْءٍ لَمْ يَكُنْ مَوْجُودًا، «مَا
لَيْسَ فِيهِ»
Yang mana beliau bersabda: "Barang siapa membuat
sesuatu yang baru dalam urusan agama, dengan menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada, yang bukan bagian dari agama itu”
فَلَيْسَ لَهُ أَصْلٌ
مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ أَوْ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Maka ia tidak memiliki dasar dari Al-Qur'an atau Sunnah
Nabi ﷺ.
وَلَا يَنْدَرِجُ
تَحْتَ حُكْمٍ فِيهِمَا أَوْ يَتَعَارَضُ مَعَ أَحْكَامِهَا
Atau tidak masuk dalam salah satu hukum yang terdapat di
dalamnya, atau bertentangan dengan hukumnya.
«فَهُوَ رَدٌّ»، أَيْ:
مَرْدُودٌ عَلَيْهِ، وَمَعْنَاهُ: فَهُوَ بَاطِلٌ غَيْرُ مُعْتَدٍّ بِهِ
“Maka itu tertolak," artinya ditolak darinya, dan
maksudnya adalah bahwa hal tersebut batal dan tidak dianggap.
وَهَذَا الْحَدِيثُ
قَاعِدَةٌ عَظِيمَةٌ مِنْ قَوَاعِدِ الْإِسْلَامِ
Hadits
ini adalah salah satu prinsip agung dari prinsip-prinsip Islam.
وَهُوَ مِنْ جَوَامِعِ
كَلِمِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan hadits ini termasuk dalam ucapan singkat yang padat
makna dari Nabi ﷺ.
فَإِنَّهُ صَرِيحٌ فِي
رَدِّ كُلِّ الْبِدَعِ وَالْمُخْتَرَعَاتِ
Maka
sesungguhnya hadits ini secara tegas menolak semua bid’ah dan amalan yang
dibuat-buat
وَإِبْطَالِ الْمُنْكَرَاتِ الْخَارِجَةِ عَنْ
أُصُولِ الدِّينِ
dan
membatalkan kemungkaran yang keluar dari prinsip-prinsip agama.
وَفِي الْحَدِيثِ:
الْأَمْرُ بِاتِّبَاعِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالِالْتِزَامِ بِهَا
Dalam hadits ini terdapat perintah untuk mengikuti sunnah
Nabi ﷺ dan berpegang teguh padanya.
وَالنَّهْيُ عَنْ كُلِّ
بِدْعَةٍ فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Serta larangan dari setiap bid’ah dalam agama Allah ‘Azza
Wa Jalla.
وَفِيهِ: أَنَّ
الْمِقْيَاسَ فِي كَوْنِ الشَّيْءِ مُحْدَثًا أَوْ غَيْرَ مُحْدَثٍ؛ هُوَ أُصُولُ
الدِّينِ مِنَ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ
Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan bahwa ukuran
suatu perkara agama itu dianggap baru atau tidak baru yaitu prinsip-prinsip
agama dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/81042
Pelajaran dari hadits ini
1. Kesempurnaan Agama Islam
- "أَكْمَلَ اللَّهُ الدِّينَ وَأَتَمَّ النِّعْمَةَ عَلَى عِبَادِهِ"Allah telah menyempurnakan agama dan memberikan nikmat yang sempurna kepada hamba-hamba-Nya. Ini menunjukkan bahwa agama Islam telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan ibadah, muamalah, maupun akhlak. Tidak ada kebutuhan untuk menambah atau mengurangi apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
2. Kewajiban Berpegang Teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah
- "وَوَاجِبٌ عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى الِاتِّبَاعِ وَالْوُقُوفِ عَلَى مُرَادِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولِهِ"Seorang Muslim wajib mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya ﷺ dengan penuh kehati-hatian, sesuai dengan kemampuan dan daya upayanya. Hal ini mengajarkan pentingnya ilmu dan pemahaman yang benar agar tidak terjerumus dalam kesalahan dalam beragama.
3. Larangan Membuat Hal Baru dalam Agama (Bid’ah)
- "وَأَلَّا يُحْدِثَ وَيَبْتَدِعَ فِي دِينِ اللَّهِ شَيْئًا مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ"Islam menolak segala bentuk inovasi yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Bid'ah dianggap sebagai tindakan yang menyalahi kesempurnaan Islam karena seolah-olah menuduh agama ini tidak cukup atau memerlukan tambahan baru.
4. Semua yang Tidak Berdasar Al-Qur'an dan Sunnah Adalah Tertolak
- "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِ الدِّينِ مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ"Rasulullah ﷺ dengan tegas menyatakan bahwa semua perkara baru dalam agama yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur'an atau Sunnah adalah tertolak. Ini menjadi prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam.
5. Pentingnya Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
- "الأَمْرُ بِاتِّبَاعِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِالْتِزَامِ بِهَا"Hadits ini menekankan kewajiban setiap Muslim untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad ﷺ sebagai pedoman utama dalam beragama. Mengikuti sunnah adalah cara untuk menjaga keselarasan dengan ajaran Islam yang murni.
6. Menolak Bid’ah sebagai Dasar Agama
- "فَإِنَّهُ صَرِيحٌ فِي رَدِّ كُلِّ الْبِدَعِ وَالْمُخْتَرَعَاتِ وَإِبْطَالِ الْمُنْكَرَاتِ الْخَارِجَةِ عَنْ أُصُولِ الدِّينِ"Hadits ini menjadi landasan penting dalam melawan bid’ah dan segala bentuk kemungkaran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
7. Prinsip Kriteria Keabsahan Amal
- "وَفِيهِ: أَنَّ الْمِقْيَاسَ فِي كَوْنِ الشَّيْءِ مُحْدَثًا أَوْ غَيْرَ مُحْدَثٍ؛ هُوَ أُصُولُ الدِّينِ مِنَ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ"Segala amal dan praktik keagamaan harus diukur berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Jika tidak sesuai dengan keduanya, maka amal tersebut dianggap tidak sah dalam pandangan Islam.
8. Islam Melarang Kebebasan Tak Terbatas dalam Agama
Hadits ini juga menjadi peringatan bahwa agama Islam memiliki aturan yang jelas, dan umat Islam tidak boleh membuat keputusan atau tindakan sendiri tanpa merujuk kepada sumber-sumber syariat yang sahih.
Kesimpulan
Hadits ini adalah salah satu fondasi penting dalam Islam, yang menegaskan:
- Kesempurnaan Islam sebagai agama yang telah ditetapkan Allah.
- Larangan inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar.
- Kewajiban berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman utama.
- Pentingnya menjaga kemurnian ajaran Islam dan menolak segala bentuk penyimpangan.
Seorang Muslim harus selalu kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah dalam setiap aspek kehidupannya untuk mencapai keridhaan Allah.
Hadits pertama, yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, mengingatkan kita bahwa setiap amalan yang tidak berdasarkan petunjuk Rasulullah, maka amalan tersebut tertolak. Dalam Islam, setiap ibadah dan perbuatan harus memiliki dasar yang jelas, yaitu petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan apapun yang tidak sesuai dengan petunjuk ini harus dihindari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita bahwa amalan yang baru dan tidak sesuai dengan ajaran Islam akan sia-sia dan tidak diterima di sisi Allah.
Begitu pula dalam hadits kedua, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah menegaskan bahwa setiap amalan yang tidak sesuai dengan perintah-Nya atau petunjuk yang diberikan kepada kita melalui Rasulullah, maka amalan tersebut tidak akan diterima. Hal ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam mengikuti berbagai praktek dan tradisi yang berkembang di masyarakat, dan selalu memastikan bahwa setiap tindakan yang kita lakukan adalah sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Semoga kajian kita pada hari ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad dan menghindari segala bentuk bid’ah. Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah untuk senantiasa berada di jalan yang benar dan menjaga kemurnian ajaran Islam dalam kehidupan kita. Aamiin.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
أكمل الله الدين وأتم النعمة على عباده، وواجب على المسلم أن يحرص على
الاتباع والوقوف على مراد الله عز وجل ورسوله صلى الله عليه وسلم بقدر وسعه
وطاقته، وألا يحدث ويبتدع في دين الله شيئا من عند نفسه.
فمن اخترع في الدين ما لا يشهد له أصل من أصوله، فلا يلتفت إليه، وهذا ما
أخبرنا به الرسول الكريم في هذا الحديث، حيث قال: «من أحدث في» أمر الدين، باختراع
شيء لم يكن موجودا، «ما ليس فيه»، فليس له أصل من القرآن الكريم أو سنة النبي صلى
الله عليه وسلم، ولا يندرج تحت حكم فيهما أو يتعارض مع أحكامها؛ «فهو رد»، أي:
مردود عليه، ومعناه: فهو باطل غير معتد به.
وهذا الحديث قاعدة عظيمة من قواعد الإسلام، وهو من جوامع كلمه صلى الله
عليه وسلم؛ فإنه صريح في رد كل البدع والمخترعات وإبطال المنكرات الخارجة عن أصول
الدين.
وفي الحديث: الأمر باتباع سنة النبي صلى الله عليه وسلم والالتزام بها،
والنهي عن كل بدعة في دين الله عز وجل.
وفيه: أن المقياس في كون الشيء محدثا أو غير محدث؛ هو أصول الدين من القرآن
والسنة.