Hadits: Mengingat Kebaikan Istri Ketika Bertengkar
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan dan menjadikan pernikahan sebagai jalan untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan hidup. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Rasulullah ﷺ, yang telah memberikan bimbingan terbaik dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh keberkahan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan rumah tangga, tidak ada pasangan yang sempurna. Setiap suami dan istri memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan sikap bijaksana dalam menghadapi kekurangan pasangan, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah ﷺ dalam hadits ini.
-----
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ
مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ أَوْ قَالَ:
غَيْرَهُ
“Janganlah seorang pria beriman. yaitu suami. membenci
wanita beriman. yaitu istri.
Jika suami membenci satu akhlak istrinya,
niscaya
dia ridha dengan akhlaknya yang lain.”
(HR. Muslim no. 1469).
Syarah Hadits
الإيمانُ داعٍ لمكارِمِ
الأخْلاقِ
Keimanan adalah penyeru kepada akhlak-akhlak mulia,
فلا يَخلُو المُؤمِنُ
والمؤمِنةُ مِن خلُقٍ حسَنٍ
maka seorang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan tidak kosong dari akhlak
yang baik;
فالإيمانُ يَستلزِمُ
وجودَ خِصالٍ مَحمودةٍ فيهما
karena keimanan mengharuskan adanya sifat-sifat terpuji pada keduanya.
وفي هذا الحَديثِ
يَقولُ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: «لا يَفرَكْ مؤمنٌ مؤمِنةً»
والفَرْكُ: البُغْضُ
والكُرْهُ
"Fark" berarti kebencian dan ketidaksukaan.
والمُرادُ بالمؤمِنِ
والمؤمِنةِ هنا الزَّوجُ والزَّوجةُ
Yang dimaksud mukmin dan mukminah di sini adalah suami dan istri.
قيلَ: هذا نَفيٌ في
مَعنى النَّهيِ
Dikatakan: Ini adalah penafian dalam makna larangan,
أي: لا يَحصُلُ البُغضُ
التامُّ لها
yaitu tidak seharusnya terjadi kebencian total kepadanya;
وقيلَ: هو نَهيٌ
dan dikatakan pula: Ini adalah larangan,
أي: يَنبَغي للزَّوجِ
ألَّا يُبغِضَ زَوجتَه بُغضًا شَديدًا يؤدِّي إلى ظُلمِها وتَركِها وإعْراضِه عنها
yaitu seharusnya suami tidak membenci istrinya dengan kebencian yang berat
sehingga menyebabkan ia menzaliminya, meninggalkannya, atau berpaling darinya.
ثُمَّ علَّلَ النَّبيُّ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ذلكَ بأنَّه إنْ كَرِهَ الزَّوجُ منها خلُقًا سيِّئًا
وجَدَ فيها خلُقًا
مُرْضيًا
ia akan menemukan pada dirinya akhlak yang menyenangkan,
كأنْ تكونَ شَرِسةَ
الخُلقِ؛ لكنَّها دَيِّنةٌ، أو جميلةٌ، أو عَفيفةٌ، أو رَفيقةٌ به، أو نحوُ ذلك
seperti mungkin ia keras sifatnya; tetapi ia beragama, atau cantik, atau
menjaga kehormatan, atau lembut padanya, atau sifat baik lainnya.
فيَرضَى بهذا الخلُقِ
الحَسنِ الَّذي يوافِقُه
Maka ia rela dengan sifat baik yang cocok baginya,
فيُقابِلُ هذا بذاك
dan ia menyeimbangkan yang satu dengan yang lain,
فيَحمِلُه ما رَضيَ منَ
الحَسنِ، على الصَّبرِ على ما لا يَرضَى مِنَ السيِّئِ
sehingga apa yang ia sukai dari sifat baik itu membuatnya sabar terhadap apa
yang tidak ia sukai dari sifat buruknya,
فيَغفِرُ سيِّئُها
لحَسنِها ويَتغاضَى عمَّا يَكرَهُ لمَا يحِبُّ
dan ia memaafkan keburukannya karena kebaikannya, serta menutup mata terhadap
apa yang ia benci demi apa yang ia sukai,
فلا يُبغضُها بُغضًا
كليًّا يَحمِلُه على فِراقِها
sehingga ia tidak membencinya dengan kebencian total yang mendorongnya untuk
menceraikannya.
وفي الحَديثِ: الحَثُّ
على حُسنِ العِشْرةِ والصُّحبةِ
Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk memperbaiki kehidupan rumah tangga dan
hubungan suami istri.
وَكَذَلِكَ فِيهِ
إِرْشَادٌ إِلَى المُوَازَنَةِ بَيْنَ المَحَاسِنِ وَالمَسَاوِئِ
Demikian juga, terdapat pengarahan untuk menyeimbangkan antara kelebihan dan
kekurangan.
فَالمُؤمِنُ يَنبَغِي
أَنْ يَنظُرَ فِي المَحَاسِنِ لِيُهَوِّنَ عَلَيْهِ مَا يَرَى مِنَ المَسَاوِئِ
Maka seorang mukmin hendaknya melihat kebaikan untuk memudahkannya mengabaikan
apa yang dia lihat dari keburukan.
وَهَذَا أَصْلٌ فِي
كُلِّ عَلاقَةٍ إِنْسَانِيَّةٍ، وَبِالأَخَصِّ فِي الزَّوْجِيَّةِ
Dan ini adalah prinsip dalam setiap hubungan manusia, khususnya dalam hubungan
pernikahan.
إِذْ يَندَرِجُ فِيهِ
مَا يُسْهِمُ فِي دَوَامِ الأُلْفَةِ وَالمَوَدَّةِ بَيْنَ الزَّوْجَيْنِ
Karena ia mencakup hal-hal yang berkontribusi dalam keberlangsungan kasih
sayang dan cinta antara suami dan istri.
وَفِيهِ: تَقْدِيرُ
الإِيمَانِ وَأَثَرِهِ فِي تَهْذِيبِ الأَخْلَاقِ وَتَلْطِيفِ الطِّبَاعِ
Dan di dalamnya terdapat penghargaan terhadap keimanan dan pengaruhnya dalam
memperbaiki akhlak serta melembutkan watak.
كَمَا يُظْهِرُ
أَهَمِّيَّةَ الرِّضَا وَالِاحْتِسَابِ فِي العَلَاقَةِ الزَّوْجِيَّةِ
Sebagaimana ia menunjukkan pentingnya sikap ridha dan mencari pahala dalam
hubungan pernikahan.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/64391
Pelajaran dari hadits ini
Hadits
ini memberikan beberapa pelajaran penting, terutama dalam konteks hubungan
rumah tangga dan interaksi sosial. Berikut adalah pelajaran yang dapat diambil:
1.
Keimanan Membimbing
Akhlak Mulia
Keimanan seseorang seharusnya tercermin dalam akhlak yang baik, baik dalam
hubungan suami-istri maupun dalam interaksi dengan orang lain.
2.
Larangan Membenci Secara
Total
Islam menganjurkan agar seseorang tidak membenci pasangannya secara mutlak.
Kebencian yang berlebihan dapat mengarah pada tindakan zalim, seperti
mengabaikan hak-hak pasangan atau bahkan perceraian yang tidak diperlukan.
3.
Melihat Kebaikan di
Tengah Kekurangan
Nabi ﷺ mengajarkan pentingnya menyeimbangkan pandangan terhadap
pasangan. Jika seseorang menemukan sifat buruk pada pasangan, ia dianjurkan
untuk mencari sifat baik yang dimiliki pasangan tersebut dan bersyukur atasnya.
4.
Kesabaran dalam
Menghadapi Kekurangan
Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk pasangan hidup. Kesabaran dan
pengampunan adalah kunci untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.
5.
Menjaga Keharmonisan
Rumah Tangga
Hadits ini mendorong suami dan istri untuk menjaga hubungan yang baik dengan
memperhatikan hak-hak pasangan, menghindari konflik yang tidak perlu, dan
saling memahami kekurangan masing-masing.
6.
Menghindari Zalim
terhadap Pasangan
Membenci pasangan secara berlebihan dapat mendorong seseorang untuk berlaku
zalim, seperti mengabaikan pasangan, mengurangi perhatian, atau bahkan
mempermalukan mereka. Islam melarang sikap seperti ini.
7.
Optimisme dalam Hubungan
Hadits ini mengajarkan optimisme dan sikap positif dalam hubungan. Mencari dan
menghargai kebaikan pasangan dapat memperkuat cinta dan rasa saling menghormati
dalam pernikahan.
Kesimpulannya,
hadits ini mengajarkan nilai-nilai penting dalam membangun dan menjaga hubungan
yang sehat, penuh kasih, dan harmonis dalam rumah tangga, serta menjadikan
keimanan sebagai pedoman utama dalam berinteraksi dengan pasangan.
----- Penutup Kajian -----
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah ﷺ mengingatkan para suami agar tidak membenci istrinya hanya karena satu kekurangan, sebab pasti ada banyak kebaikan lainnya yang bisa disyukuri. Jika ada sifat yang kurang disukai, pasti ada sifat lain yang justru menjadi alasan untuk tetap mencintai dan menghargainya.
Hadits ini memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa rumah tangga yang harmonis bukan dibangun di atas kesempurnaan, tetapi atas kesabaran, pengertian, dan saling menerima.
Semoga dengan kajian ini, kita dapat semakin memahami bagaimana Islam mengajarkan keharmonisan dalam keluarga, dan bagaimana kita bisa menjadi pasangan yang lebih baik bagi satu sama lain. Aamiin.
.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat