Hadits: Pahala Jariyah Karena Sunnah dan Dosa Jariyah Karena Bid'ah
Hadits 1:
Dari
Bilal bin Harits radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي، فَإِنَّ لَهُ
مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ أُجُورِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ ابْتَدَعَ بِدْعَةً ضَلَالَةً لَا يَرْضَاهَا اللَّهُ
وَرَسُولُهُ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.
Artinya
Barang siapa menghidupkan satu sunah dari sunahku yang telah mati setelahku,
maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa membuat-buat satu bidah
sesat yang tidak diridai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka baginya dosa seperti
dosa orang-orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun.
Diriwayatkan
oleh al-Baghawi dalam ((Syarah as-Sunnah)) (110)
Hadits
2:
Dari
Amr bin Auf al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي، فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ، كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ
ابْتَدَعَ بِدْعَةً، فَعَمِلَ بِهَا، كَانَ عَلَيْهِ أَوْزَارُ مَنْ عَمِلَ بِهَا،
لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِ مَنْ عَمِلَ بِهَا شَيْئًا.
Artinya:
Barang
siapa menghidupkan sebuah sunah dari sunnahku, lalu diamalkan oleh manusia,
maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi
pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa membuat bid'ah, lalu diamalkan,
maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi
dosa-dosa orang yang mengamalkannya sedikit pun.
Diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi (2677), dan Ibn Majah (209)
Syarah Hadits
قال اللهُ تعالى:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ
اللَّهَ}
Barang siapa taat kepada Rasul, maka sungguh ia telah taat kepada Allah.
[النساء: 80]
[An-Nisa: 80]
فجعَلَ اللهُ سُبحانَه
وتعالى طاعةَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مِن لَوازِمِ طاعتِه سُبحانَه
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan ketaatan kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam sebagai bagian dari ketaatan kepada-Nya.
والسُّنَّةُ
النَّبويَّةُ مع القُرآنِ الكريمِ يُمَثَّلانِ المصدرَ الأوَّلَ والثَّانيَ
للتَّشريعِ الإسلاميِّ
Dan sunnah Nabi bersama Al-Qur'an Al-Karim merupakan dua sumber pertama dan
kedua dalam hukum Islam.
وعلى كلِّ مُسلمٍ أنْ
يَتَّبِعَ ما جاء فيهما مِن الأوامِرِ والنَّواهي
Dan setiap Muslim wajib mengikuti apa yang terkandung di dalamnya berupa
perintah dan larangan.
وقد رغَّب النَّبيُّ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في اتِّباعِ سُنَّتِه وبيَّن أجْرَ ذلك
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk mengikuti sunnahnya
dan menjelaskan pahala dari hal tersebut.
وحذَّرَ مِن ترْكِ
سُنَّتِه واتِّباعِ البِدَعِ
Dan beliau memperingatkan untuk tidak meninggalkan sunnahnya dan mengikuti
bid'ah.
كما في هذا الحديثِ
Seperti dalam hadis ini.
حيث يقولُ رسولُ اللهِ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قال:
Dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَن أحيا سُنَّةً مِن
سُنَّتي، فعمِلَ بها النَّاسُ، كان له مثْلُ أجْرِ مَن عمِلَ بها، لا ينقُصُ مِن
أُجورِهم شيئًا
Barang siapa menghidupkan sunnah dari sunnahku, lalu diamalkan oleh
orang-orang, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
أي:
Yaitu:
يُعْطيه اللهُ أجرًا
مُساويًا لِأُجورِ كلِّ مَن عمِلَ بها مِن النَّاسِ
Allah memberikan kepadanya pahala yang setara dengan pahala setiap orang yang
mengamalkan sunnah tersebut.
والمُرادُ بالسُّنَّةِ
هنا:
Yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah:
ما شَرَعَه رسولُ اللهِ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مِن الأحكامِ
Apa yang telah disyariatkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berupa hukum-hukum.
وهي قد تكونُ فرضًا؛
كزكاةِ الفِطْرِ، أو غيرَ فرضٍ، كقِيامِ اللَّيلِ، وصيامِ النوافِل ونحوِ ذلك
Yang bisa berupa kewajiban, seperti zakat fitrah, atau bukan kewajiban, seperti
shalat malam, puasa sunnah, dan sebagainya.
وإحياؤُها:
Dan menghidupkannya adalah:
أنْ يعمَلَ بها،
ويُحَرِّضَ النَّاسَ ويحُثَّهم على إقامتِها
Untuk mengamalkannya, mendorong orang-orang untuk mengamalkannya, dan mengajak
mereka untuk melakukannya.
ويدخُلُ في نِطاقِ
الإحياءِ أيضًا:
Dan termasuk dalam konteks menghidupkan sunnah juga adalah:
تعليمُها للنَّاسِ،
ونشْرُها بينهم قولًا وفعلًا، والتَّحذيرُ مِن مُخالفتِها
Memberikan pengajaran tentangnya kepada orang-orang, menyebarkannya di antara
mereka dengan perkataan dan perbuatan, serta memperingatkan dari
menyelisihinya.
ثُمَّ قال صلَّى الله
عليه وسلَّم:
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ومَن ابتدَعَ بِدعةً،
فعمِلَ بها، كان عليه أَوزارُ مَن عمِلَ بها، لا ينقُصُ مِن أَوزارِ مَن عمِلَ بها
شيئًا،
Barang siapa yang menciptakan bid'ah, lalu diamalkan, maka dia akan menanggung
dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang
mengamalkannya sedikit pun.
أي:
Yaitu:
فله مِن الإثمِ ما
يُساوي آثامَ وذُنوبَ كلِّ مَن عمِلَ بها،
Baginya dosa yang setara dengan dosa dan kesalahan setiap orang yang
mengamalkannya,
وفي روايةٍ مُوَضِّحةٍ
عندَ التِّرمذيِّ:
Dan dalam riwayat yang lebih jelas di sisi at-Tirmidzi,
ومَنِ ابتدَعَ بِدعةَ
ضلالةٍ لا تُرضِي اللهَ ورسولَه، كان عليه مثْلُ آثامِ مَن عمِلَ بها لا ينقُصُ
مِن أوزارِهم شيئًا،
Barang siapa yang menciptakan bid'ah yang sesat yang tidak disukai oleh Allah
dan Rasul-Nya, maka dia akan menanggung dosa yang setara dengan dosa orang yang
mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.
والبِدعةُ: هي ما لا
يُوافِقُ أُصولَ الشَّرعِ،
Bid'ah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan dasar-dasar syariat,
وقولُه في البِدعةِ: فعُمِلَ
بها على البِناءِ للمَفعولِ،
Dan perkataannya tentang bid'ah: 'lalu diamalkan', menggunakan bentuk pasif.
وقد حذَّرَ النَّبيُّ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ الَّذين لا يأْخُذونَ بسُنَّتِه، مُكْتَفينَ بكتابِ
اللهِ وحدَه،
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan mereka yang tidak
mengikuti sunnahnya, hanya puas dengan Al-Qur'an saja,
فقال- كما عند ابن ماجه-:
Beliau bersabda, seperti yang terdapat dalam riwayat Ibn Majah:
يُوشِكُ رجُلٌ منكم
مُتَّكِئًا على أريكتِه يُحَدَّثُ بحديثٍ عنِّي، فيقولُ: بيننا وبينكم كِتابُ
اللهِ، فما وجَدْنا فيه مِن حرامٍ حرَّمْناه، أَلَا وإنَّ ما حرَّمَ رسولُ اللهِ
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مثْلُ الَّذي حرَّمَ اللهُ عزَّ وجلَّ،
Akan segera datang seorang laki-laki dari kalian yang duduk santai di atas
sofa, lalu dia mendengar sebuah hadits dari aku, kemudian dia berkata: 'Antara
kami dan kalian hanya ada Kitabullah. Apa yang kami temukan di dalamnya sebagai
haram, maka kami haramkan. Ketahuilah bahwa apa yang diharamkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seperti apa yang diharamkan oleh Allah
Azza wa Jalla.'
ولقدِ الْتزَمَ
الصَّحابةُ رِضوانُ اللهِ عليهم بتوجيهاتِه فيما يتعلَّقُ بلُزومِ السُّنَّةِ،
Dan para sahabat, semoga Allah meridhai mereka, mengikuti petunjuk beliau
tentang pentingnya berpegang teguh pada sunnah,
حيث كانوا يزْجُرونَ
كلَّ مَن لا يلتزِمُ بالكتابِ والسُّنَّةِ سُلوكًا وأدَبًا وعِبادةً،
Karena mereka menegur setiap orang yang tidak berpegang teguh pada Al-Qur'an
dan sunnah dalam perilaku, etika, dan ibadah,
وإنْ كان يفعَلُ ذلك
بنِيَّةٍ حَسَنةٍ قاصدًا التَّقرُّبَ إلى اللهِ تعالَى بالطَّاعاتِ.
Meski orang tersebut melakukannya dengan niat yang baik, bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala melalui amalan-amalan ketaatan.
Pelajaran dari hadits ini
Hadits
ini mengandung banyak pelajaran penting, antara lain:
1.
Keutamaan Menghidupkan
Sunnah Rasul ﷺ
Orang yang menghidupkan kembali sunnah Nabi ﷺ, baik yang terlupakan atau tidak diamalkan banyak orang, akan
mendapatkan pahala dari setiap orang yang mengikutinya. Hal ini menunjukkan
betapa besarnya keutamaan menyebarkan dan mempraktikkan ajaran Rasulullah ﷺ.
2.
Pahala Tidak Berkurang
Orang yang menghidupkan sunnah tidak hanya mendapat pahala
amalannya sendiri, tetapi juga pahala orang lain yang mengikutinya, tanpa
mengurangi pahala orang-orang tersebut. Ini menunjukkan kemurahan Allah dalam
memberikan ganjaran.
3.
Peringatan dari Bid'ah
Sebaliknya, orang yang membuat atau menyebarkan bid'ah
(inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur'an atau sunnah) akan
menanggung dosa dari setiap orang yang mengamalkannya. Ini adalah peringatan
keras agar tidak membuat amalan yang menyimpang dari ajaran Islam.
4.
Tanggung Jawab Kolektif
Hadits ini mengingatkan pentingnya bertanggung jawab
terhadap dampak perbuatan kita terhadap orang lain, baik berupa kebaikan maupun
keburukan. Setiap amalan kita yang menjadi contoh akan terus memberi pengaruh,
bahkan setelah kita tiada.
5.
Motivasi untuk Berdakwah
Hadits ini mendorong umat Islam untuk berdakwah dengan cara
menghidupkan sunnah Rasul ﷺ, karena hal tersebut dapat memberikan
pahala yang terus-menerus.
6.
Bahaya Inovasi dalam
Agama
Islam menekankan agar ajarannya tetap murni sesuai dengan
Al-Qur'an dan sunnah. Inovasi atau penambahan yang tidak memiliki dasar syar'i
akan membawa konsekuensi berat bagi pelakunya.
7.
Keberlanjutan Amal
Baik kebaikan maupun keburukan yang kita lakukan dapat
memiliki efek berantai. Oleh karena itu, kita harus sangat berhati-hati dengan
tindakan kita dan dampaknya terhadap orang lain.
Hadits
ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Nabi ﷺ, menyebarkan kebaikan, dan menghindari perbuatan yang
menyimpang dari syariat.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
قال الله تعالى: {من يطع الرسول فقد أطاع الله} [النساء: 80]؛ فجعل الله
سبحانه وتعالى طاعة النبي صلى الله عليه وسلم من لوازم طاعته سبحانه، والسنة
النبوية مع القرآن الكريم يمثلان المصدر الأول والثاني للتشريع الإسلامي، وعلى كل
مسلم أن يتبع ما جاء فيهما من الأوامر والنواهي، وقد رغب النبي صلى الله عليه وسلم
في اتباع سنته وبين أجر ذلك، وحذر من ترك سنته واتباع البدع، كما في هذا الحديث،
حيث يقول رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من أحيا سنة من سنتي، فعمل بها الناس،
كان له مثل أجر من عمل بها، لا ينقص من أجورهم شيئا، أي: يعطيه الله أجرا مساويا
لأجور كل من عمل بها من الناس، والمراد بالسنة هنا: ما شرعه رسول الله صلى الله
عليه وسلم من الأحكام، وهي قد تكون فرضا؛ كزكاة الفطر، أو غير فرض، كقيام الليل،
وصيام النوافل ونحو ذلك. وإحياؤها: أن يعمل بها، ويحرض الناس ويحثهم على إقامتها،
ويدخل في نطاق الإحياء أيضا: تعليمها للناس، ونشرها بينهم قولا وفعلا، والتحذير من
مخالفتها.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: ومن ابتدع بدعة، فعمل بها، كان عليه أوزار من
عمل بها، لا ينقص من أوزار من عمل بها شيئا، أي: فله من الإثم ما يساوي آثام وذنوب
كل من عمل بها، وفي رواية موضحة عند الترمذي: ومن ابتدع بدعة ضلالة لا ترضي الله
ورسوله، كان عليه مثل آثام من عمل بها لا ينقص من أوزارهم شيئا، والبدعة: هي ما لا
يوافق أصول الشرع، وقوله في البدعة: فعمل بها على البناء للمفعول، وقد حذر النبي
صلى الله عليه وسلم الذين لا يأخذون بسنته، مكتفين بكتاب الله وحده، فقال- كما عند
ابن ماجه-: يوشك رجل منكم متكئا على أريكته يحدث بحديث عني، فيقول: بيننا وبينكم
كتاب الله، فما وجدنا فيه من حرام حرمناه، ألا وإن ما حرم رسول الله صلى الله عليه
وسلم مثل الذي حرم الله عز وجل، ولقد التزم الصحابة رضوان الله عليهم بتوجيهاته
فيما يتعلق بلزوم السنة، حيث كانوا يزجرون كل من لا يلتزم بالكتاب والسنة سلوكا
وأدبا وعبادة، وإن كان يفعل ذلك بنية حسنة قاصدا التقرب إلى الله تعالى بالطاعات.