Hadits: Tujuh Dosa Besar Yang Membinasakan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah, pada kesempatan ini kita dipertemukan dalam majelis ilmu yang penuh berkah. Semoga kehadiran kita di sini menjadi bukti kesungguhan kita dalam mencari petunjuk Allah dan berusaha memperbaiki diri.
Hadirin yang berbahagia,
Jika kita perhatikan kondisi masyarakat saat ini, kita akan mendapati bahwa banyak individu, baik sadar maupun tidak, telah terjerumus dalam berbagai bentuk dosa besar yang berbahaya.
👉 Sebagian orang meremehkan dosa syirik, dengan menggantungkan nasib pada benda-benda yang diyakini membawa keberuntungan, mendatangi dukun, atau percaya pada ramalan nasib.
👉 Praktik sihir semakin marak, baik melalui media sosial, permainan berbasis ilmu hitam, hingga jasa perdukunan yang terang-terangan dipromosikan.
👉 Tindak kejahatan seperti pembunuhan pun kian mudah terjadi, terkadang hanya karena hal sepele.
👉 Riba telah menjadi praktik yang lazim dalam dunia ekonomi, seolah-olah bunga pinjaman adalah hal yang biasa.
👉 Harta anak yatim yang seharusnya dilindungi, justru terkadang disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
👉 Rasa takut saat berjuang di jalan Allah menyebabkan sebagian orang enggan membela kebenaran karena khawatir menghadapi risiko yang ada.
👉 Fitnah dan tuduhan keji terhadap wanita beriman pun semakin marak terjadi, khususnya di media sosial, yang dapat menghancurkan kehormatan seseorang dalam sekejap.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Jika dosa-dosa ini terus dibiarkan, tidak hanya individu yang binasa, tetapi masyarakat pun akan terkena dampaknya. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ secara khusus memperingatkan kita agar menjauhi tujuh dosa besar yang membinasakan, sebagaimana beliau bersabda:
"اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ..."
“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini sangat penting untuk dipahami karena:
✅ Menjelaskan dosa-dosa yang paling berbahaya bagi manusia di dunia dan akhirat.
✅ Menjadi peringatan agar kita tidak terjerumus ke dalamnya.
✅ Mendorong kita untuk senantiasa bertaubat jika pernah melakukan dosa tersebut.
Maka, mari kita pelajari hadits ini dengan saksama agar kita bisa memahami bahayanya, menjauhinya, dan mengingatkan orang-orang di sekitar kita agar tidak terjerumus ke dalamnya. Semoga dengan mempelajari hadits ini, Allah melindungi kita semua dari dosa-dosa besar yang membinasakan.
Mari kita kaji haditsnya:
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ
الْمُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ
بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ.
Jauhilah
tujuh dosa besar yang membinasakan. Mereka (para sahabat) bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: Syirik kepada Allah, sihir, membunuh
jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak
yatim, lari dari medan perang, dan menuduh zina wanita-wanita yang menjaga
kehormatan, beriman, dan tidak tahu-menahu (dari keburukan).
HR. Al-Bukhari (2766) dan Muslim (89)
Arti
Per Kalimat
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ
“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan...”
Kata اجْتَنِبُوا (ijtanibū)
bermakna menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari hal yang disebutkan. Ini
menunjukkan larangan keras dan keharusan untuk meninggalkannya sepenuhnya.
Kata السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ (as-sab‘al-mūbiqāt) berarti tujuh dosa
besar yang membinasakan.
Disebut mūbiqāt
karena dosa-dosa ini dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam kebinasaan di dunia
maupun di akhirat.
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟
“Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apa saja itu?’”
Pertanyaan ini
menunjukkan sikap para sahabat yang sangat perhatian terhadap hal-hal yang
dilarang agar bisa menjauhinya.
قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ
“Beliau bersabda: (1) Syirik kepada Allah...”
Syirik
adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya dalam hal yang menjadi hak
khusus Allah, seperti ibadah, doa, dan keyakinan. Syirik adalah dosa terbesar
karena menafikan tauhid, dasar utama agama Islam.
وَالسِّحْرُ
“(2) Sihir...”
Sihir mencakup
segala bentuk praktik ilmu hitam yang melibatkan kekuatan jin, mantra, atau
hal-hal ghaib yang bertujuan mencelakakan atau menipu orang lain. Sihir sangat
berbahaya karena bisa merusak akidah dan membahayakan kehidupan sosial.
وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالْحَقِّ
“(3) Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang
benar...”
Membunuh manusia
tanpa hak adalah dosa besar yang berakibat berat di dunia dan akhirat. Namun,
pengecualian diberikan untuk hukum syar'i seperti qishash (balasan seimbang
atas pembunuhan), had (hukuman bagi pelaku zina yang sudah menikah), atau orang
murtad yang menolak bertaubat.
وَأَكْلُ الرِّبَا
“(4) Memakan riba...”
Riba
adalah penambahan yang bersifat zalim dalam transaksi keuangan, seperti bunga
pinjaman atau tambahan yang tidak sah dalam jual beli. Riba merusak keadilan
ekonomi dan merugikan pihak lain.
وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ
“(5) Memakan harta anak yatim...”
Anak yatim adalah
mereka yang kehilangan ayah sebelum mencapai usia baligh. Harta mereka sangat
dilindungi dalam Islam. Memakan atau mengambil harta mereka secara zalim
merupakan dosa besar.
وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ
“(6) Lari dari medan pertempuran...”
Tawallī
(berpaling) dalam konteks ini adalah melarikan diri dari medan perang saat kaum
Muslimin sedang berjihad melawan musuh. Tindakan ini sangat dilarang karena
menunjukkan kelemahan iman dan dapat membahayakan pasukan Muslim secara
keseluruhan.
وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
الْغَافِلَاتِ
“(7) Menuduh wanita beriman yang suci (berbuat zina)...”
Qadf
berarti menuduh seorang wanita Muslimah yang suci, beriman, dan tidak pernah
terlintas dalam pikirannya untuk berbuat zina. Tuduhan ini adalah dosa besar
karena merusak kehormatan dan mencemarkan nama baik orang yang tidak bersalah.
Syarah Hadits
المُوبِقاتُ هي الذُّنوبُ المُهْلِكاتُ
Al-Mūbiqāt adalah dosa-dosa yang membinasakan.
وسُمِّيَتْ بذلك لأنَّها تُهْلِكُ صاحِبَها
بِما يَتَرَتَّبُ عَلَيْها مِن عِقابِهِ في الدُّنْيا
Dinamakan demikian karena dosa-dosa itu membinasakan pelakunya dengan sebab
balasan yang ditetapkan atasnya di dunia.
ودُخولِ النَّارِ واسْتِحْقاقِ عَذابِها في
الآخِرَةِ
Serta masuk ke dalam neraka dan pantas mendapatkan azabnya di akhirat.
وفي هذا الحَديثِ يُحَذِّرُ النَّبِيُّ صلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وسلَّمَ أُمَّتَهُ مِنَ المُوبِقاتِ السَّبْعِ
Dalam hadits ini, Nabi ﷺ memperingatkan umatnya dari tujuh dosa
besar yang membinasakan.
ويَأْمُرُهُمْ بِاجْتِنابِها
Dan memerintahkan mereka untuk menjauhinya.
فَلَمَّا سُئِلَ عَنْها: ما هِيَ؟
Ketika beliau ditanya tentang dosa-dosa tersebut: Apa saja dosa itu?
ذَكَرَ الأوَّلَ مِنْها، وهو الشِّرْكُ
بِاللهِ
Beliau menyebutkan yang pertama, yaitu syirik kepada Allah.
وهو نَوْعانِ؛ أحَدُهُما: أنْ يَجْعَلَ
العَبْدُ للهِ نِدًّا ويَعْبُدَ غَيْرَهُ؛ مِنْ حَجَرٍ أو شَجَرٍ أو غَيْرِ ذلك
Syirik ini ada dua jenis; pertama, seseorang menjadikan tandingan bagi Allah
dan menyembah selain-Nya, baik berupa batu, pohon, atau selainnya.
والثَّانِي: هو الشِّرْكُ الخَفِيُّ، وهو
الرِّياءُ
Yang kedua adalah syirik tersembunyi, yaitu riya.
وهو: ما يَتَسَرَّبُ إلى أعْمالِ القُلُوبِ
وخَفايا النُّفوسِ
Yaitu sesuatu yang merasuki amalan-amalan hati dan bisikan jiwa.
وهذا لا يَطَّلِعُ عَلَيْهِ إلَّا عَلَّامُ
الغُيوبِ
Dan ini hanya diketahui oleh Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.
والثَّانِي: السِّحْرُ، وهو قِسْمانِ
Yang kedua adalah sihir, yang terbagi menjadi dua jenis.
الأوَّلُ: عَقْدٌ وَرُقِيٌّ، أيْ: قِراءاتٌ
وطَلاسِمُ يَتَوَصَّلُ بِها السّاحِرُ إلى اسْتِخْدامِ الشَّياطِينِ فيما يُرِيدُ
بِهِ ضَرَرَ المَسْحورِ
Pertama, ikatan dan mantra, yaitu bacaan-bacaan dan jampi-jampi yang digunakan
oleh penyihir untuk meminta bantuan setan demi mencelakai orang yang disihir.
ولَكِنْ قالَ اللهُ تَعالَى: {وَمَا هُمْ
بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ} [البقرة: 102]
Namun Allah Ta'ala berfirman: 'Dan mereka itu (para tukang sihir) tidak akan
dapat mencelakai seorang pun kecuali dengan izin Allah.' (Al-Baqarah: 102).
والثَّانِي: أَدْوِيَةٌ وعَقاقِيرُ تُؤثِّرُ
على بَدَنِ المَسْحورِ وعَقْلِهِ وإرادَتِهِ ومَيْلِهِ
Yang kedua adalah obat-obatan dan ramuan yang memengaruhi tubuh, akal,
kehendak, dan kecenderungan orang yang disihir.
فَتَجِدُهُ يَنْصَرِفُ ويَمِيلُ، وهو ما
يُسَمَّى بِالصَّرْفِ والعَطْفِ
Sehingga ia berpaling atau cenderung, yang dikenal dengan istilah 'ṣharaf'
(pembelokan) dan 'ʿaṭf' (penarikan).
والثَّالِثُ: قَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي
حَرَّمَ اللهُ قَتْلَها إلَّا بِالحَقِّ
Yang ketiga adalah membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan
alasan yang benar.
وهي النَّفْسُ المَعْصُومَةُ؛ بإِسْلامٍ أو
ذِمَّةٍ، أو عَهْدٍ أو أَمانٍ
Yaitu jiwa yang dilindungi, baik karena Islam, perjanjian damai, atau jaminan
keamanan.
وقَوْلُهُ: «إلَّا بِالحَقِّ» كالقَتْلِ
قِصاصًا، أو حَدًّا، أو رِدَّةً
Adapun perkataannya, 'Kecuali dengan alasan yang benar,' seperti pembunuhan
dalam qisas, hudud, atau murtad.
والرَّابِعُ: أَكْلُ الرِّبا
Yang keempat adalah memakan riba.
والرِّبا زِيادَةُ أحَدِ البَدَلَيْنِ
المُتَجانِسَيْنِ مِنْ غَيْرِ أنْ يُقابِلَ هذِهِ الزِّيادَةَ عِوَضٌ
Riba adalah tambahan pada salah satu dari dua barang sejenis tanpa adanya
pengganti tambahan tersebut.
وهو ظُلْمٌ لِلإِنْسانِ، وأَكْلٌ لِمالِهِ
بِالباطِلِ
Ini adalah bentuk kezaliman terhadap manusia dan memakan hartanya dengan cara
yang batil.
ومُحارَبَةٌ لِلهِ ورَسولِهِ، كما حَكَى
القُرْآنُ
Dan merupakan peperangan terhadap Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur'an.
وإنَّما خَصَّ الأَكْلَ بِالذِّكْرِ؛ لأنَّهُ
أَعْظَمُ أنْواعِ الانْتِفاعِ
Disebutkan secara khusus memakan (riba) karena itu adalah bentuk pemanfaatan
yang paling besar.
والخامسُ: أَكْلُ مالِ اليَتِيمِ، وهو
إِتْلافُ مالِهِ، وخَصَّ الأَكْلَ بِالذِّكْرِ؛ لأَنَّهُ المَقْصودُ الغالِبُ مِنَ
المالِ.
Dan yang kelima: memakan harta anak yatim, yaitu merusak
hartanya, dan penyebutan khusus memakan dilakukan karena hal itu merupakan
tujuan yang paling umum terkait harta.
والسَّادِسُ: الهُرُوبُ مِنْ ساحَةِ القِتالِ
أَمامَ أَعْداءِ اللهِ ورَسُولِهِ، وعِنْدَ قِتالِ الكُفَّارِ أوِ البُغاةِ،
Dan yang keenam: melarikan diri dari medan perang di
hadapan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya, baik saat berperang melawan orang
kafir atau pemberontak,
إِلَّا مَن فَرَّ لِيَكُرَّ أوْ لِيَخْدَعَ
العَدُوَّ، كَما قالَ تَعالَى: {إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا
إِلَى فِئَةٍ} [الأنفال: 16].
kecuali bagi orang yang melarikan diri untuk menyerang
kembali (strategi) atau untuk mengecoh musuh, sebagaimana Allah berfirman: kecuali
yang berbelok untuk (melakukan) perlawanan atau yang mundur untuk bergabung
dengan pasukan lain. (Al-Anfal: 16).
والسَّابِعُ: قَذْفُ
المُحْصَناتِ المُؤْمِناتِ الغافِلاتِ،
Dan
yang ketujuh: menuduh wanita-wanita mukminah yang terjaga kehormatannya (dengan
zina),
والقَذْفُ هوَ
الاتِّهامُ بِالزِّنا،
dan
qadzaf adalah tuduhan berzina,
والمُحْصَناتُ: هُنَّ
العَفيفاتُ،
muhshanat
adalah wanita-wanita yang menjaga kehormatannya,
والغافِلاتُ:
البَرِيئاتُ اللَّواتِي لا يَفْطِنَّ إِلى ما رُمِينَ بِهِ مِنَ الفُجُورِ.
dan ghafilat adalah wanita-wanita yang tidak berdosa serta
tidak menyadari tuduhan keji yang diarahkan kepada mereka.
وذِكْرُ هذِهِ السَّبْعِ لا يُنافِي أَلَّا
تَكُونَ كَبِيرَةٌ إِلَّا هذِهِ؛
Dan penyebutan tujuh ini tidak berarti hanya ini saja yang
merupakan dosa besar;
فَقَدْ ذُكِرَ في غَيْرِ هذا المَوْضِعِ:
قَوْلُ الزُّورِ، وزِنا الرَّجُلِ بِحَلِيلَةِ جارِهِ، وعُقُوقُ الوالِدَيْنِ،
واليَمِينُ الغَمُوسُ، واسْتِحْلالُ بَيْتِ اللهِ، وغَيْرُها مِمَّا وُرِدَ في
السُّنَّةِ.
karena di tempat lain juga disebutkan dosa besar lainnya
seperti: perkataan dusta, zina seorang pria dengan istri tetangganya, durhaka
kepada kedua orang tua, sumpah palsu yang disengaja (yamin ghamus), merampas
kesucian Baitullah, dan dosa-dosa lain yang disebutkan dalam sunnah.
والتَّحْقِيقُ: أَنَّ التَّنْصِيصَ على عَدَدٍ
لا يُنافِي أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ،
Penjelasan: penetapan jumlah tertentu tidak menafikan
kemungkinan adanya dosa-dosa besar lain.
وأَمَّا تَعْيِينُ السَّبْعِ هُنا
فَلِاحْتِمالِ أَنْ يَكُونَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أُعْلِمَ
بِها في ذَلِكَ الوَقْتِ،
Adapun penetapan tujuh dosa besar di sini mungkin karena
Nabi ﷺ diberi tahu tentang dosa-dosa ini pada waktu itu,
ثُمَّ أُوحِيَ إِلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ
غَيْرُها، أَوْ يَكُونَ السَّبْعُ هِيَ الَّتِي دَعَتْ إِلَيْها الحاجَةُ في
ذَلِكَ الوَقْتِ.
kemudian setelahnya diwahyukan dosa-dosa lainnya, atau
mungkin tujuh dosa ini adalah yang paling relevan sesuai kebutuhan saat itu.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/133864
Pelajaran dari hadits ini
Hadits ini menjadi panduan untuk menjauhi dosa-dosa besar yang memiliki dampak langsung terhadap kehancuran individu dan masyarakat. Ia mengajarkan kewaspadaan terhadap bahaya dosa, pentingnya memelihara hubungan dengan Allah, dan menghormati hak orang lain. Umat Muslim juga diingatkan untuk senantiasa introspeksi diri, bertaubat, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Pelajaran penting yang dapat menjadi pedoman dalam kehidupan seorang Muslim, yaitu:
1. Definisi dan Bahaya Dosa Besar (الموبقات):
- Makna Al-Mubiqat: Dosa-dosa besar yang membinasakan pelakunya di dunia maupun di akhirat.
- Akibatnya: Dosa ini menyebabkan azab di dunia, seperti kehinaan dan kerusakan, serta di akhirat berupa masuk neraka dan siksa yang pedih.
2. Pentingnya Peringatan Nabi SAW:
- Nabi Muhammad SAW memperingatkan umatnya agar menjauhi dosa-dosa besar ini karena efeknya yang merusak hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan kehidupan dunia-akhirat.
- Nabi menjelaskan dosa-dosa ini secara spesifik agar umat lebih mudah memahami dan menghindarinya.
3. Penjelasan Rinci Tentang Tujuh Dosa Besar:
a. Syirik kepada Allah:
- Makna: Menyekutukan Allah dalam ibadah atau menetapkan sekutu bagi-Nya.
- Jenisnya:
- Syirik besar: Menyembah selain Allah, seperti berhala, pohon, atau makhluk lainnya.
- Syirik kecil: Riya (pamer dalam ibadah) yang tersembunyi di hati.
- Bahaya: Syirik adalah dosa terbesar yang tidak diampuni jika pelakunya tidak bertaubat sebelum wafat (QS An-Nisa: 48).
b. Sihir:
- Makna: Perbuatan yang menggunakan jampi-jampi, mantra, atau obat-obatan untuk mencelakai orang lain.
- Jenisnya:
- Mantra dan jampi-jampi: Menggunakan bantuan setan.
- Obat-obatan: Digunakan untuk mengganggu pikiran, tubuh, atau kehendak seseorang.
- Bahaya: Merusak kehidupan orang lain secara fisik dan mental, serta dosa besar karena melibatkan syetan.
c. Membunuh tanpa hak:
- Makna: Menghilangkan nyawa seseorang yang dilindungi oleh syariat (Muslim atau kafir dzimmi).
- Pengecualian: Pembunuhan yang dibolehkan syariat seperti qishash (hukuman setimpal), hudud (hukuman syar’i), dan riddah (hukuman murtad).
- Bahaya: Merusak keamanan dan melanggar hak asasi manusia.
d. Memakan riba:
- Makna: Menambah nilai dari pinjaman atau pertukaran tanpa dasar yang sah.
- Bahaya: Mengandung unsur eksploitasi dan kezaliman, mengganggu stabilitas ekonomi, serta menjadi bentuk permusuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya (QS Al-Baqarah: 279).
e. Memakan harta anak yatim:
- Makna: Menggunakan atau merusak harta anak yatim secara zalim.
- Bahaya: Merusak hak mereka dan menyebabkan kehancuran kehidupan mereka yang lemah.
f. Melarikan diri dari medan perang:
- Makna: Kabur saat menghadapi musuh Allah tanpa alasan syar’i.
- Pengecualian: Strategi perang atau bergabung kembali dengan pasukan lain.
- Bahaya: Melemahkan barisan kaum Muslimin dan memberikan peluang kepada musuh.
g. Menuduh zina wanita yang baik-baik (قذف المحصنات):
- Makna: Menuduh wanita Muslimah yang menjaga kehormatan tanpa bukti.
- Bahaya: Merusak kehormatan dan martabat orang lain, serta menimbulkan fitnah dalam masyarakat.
4. Luasnya Dosa-Dosa Besar:
- Hadits ini menyebutkan tujuh dosa besar, tetapi tidak berarti dosa besar terbatas pada ini saja.
- Dalam hadits lain, dosa besar mencakup perkataan dusta, zina dengan istri tetangga, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan sebagainya.
5. Hikmah Penentuan Tujuh Dosa Besar:
- Nabi mungkin mengkhususkan tujuh dosa ini karena kebutuhan masyarakat saat itu atau relevansi dosa-dosa tersebut di masa itu.
- Penjelasan ini menunjukkan fleksibilitas syariat yang dapat mengutamakan hal-hal penting sesuai konteks zaman dan situasi.
6. Pentingnya Taubat dan Pencegahan:
- Semua dosa besar ini masih bisa diampuni dengan taubat yang tulus sebelum ajal menjemput.
- Muslim harus berhati-hati menjaga hubungan dengan Allah (seperti menjauhi syirik), hubungan sosial (seperti tidak menuduh zina), dan melindungi hak sesama manusia (seperti tidak memakan riba atau harta anak yatim).
Penutup Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Setelah kita membahas hadits tentang tujuh dosa besar yang membinasakan, ada beberapa pelajaran berharga yang patut kita renungkan dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari:
✅ Pertama, hadits ini menegaskan bahwa dosa-dosa besar memiliki dampak yang sangat berbahaya, tidak hanya bagi pelakunya tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Syirik merusak tauhid, riba merusak keadilan ekonomi, dan menuduh orang yang tidak bersalah dapat menghancurkan kehormatan seseorang.
✅ Kedua, hadits ini mengajarkan agar kita senantiasa berhati-hati dalam menjaga diri dan keluarga dari dosa-dosa besar tersebut. Hendaknya kita membentengi diri dengan ilmu, iman, dan amal shalih agar tidak terjerumus ke dalamnya.
✅ Ketiga, hadits ini mengingatkan pentingnya peran kita dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar — mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebab, jika dosa-dosa besar ini dibiarkan meluas di tengah masyarakat, maka azab Allah bisa turun secara menyeluruh, menimpa bukan hanya para pelaku dosa, tetapi juga orang-orang yang diam dan tidak berupaya mencegah kemungkaran. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ
“Jika manusia melihat kemungkaran dan tidak berupaya menghentikannya, niscaya Allah akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Maka, marilah kita berperan aktif dalam menegakkan kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan di lingkungan kita, dimulai dari keluarga, teman, hingga masyarakat luas.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Jangan pernah menganggap remeh dosa, karena dosa yang kecil jika terus dibiarkan akan menumpuk dan membinasakan pelakunya. Sebaliknya, mari kita perbanyak amal shalih, memperbaiki niat, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga dengan memahami hadits ini, kita semua senantiasa waspada terhadap dosa-dosa besar, bersemangat dalam menyeru kepada kebaikan, dan berjuang menolak kemungkaran di sekitar kita. Dengan itu, insya Allah, kita akan menjadi pribadi yang lebih bertakwa, menjaga diri dari kebinasaan, dan mengundang rahmat Allah dalam kehidupan kita.
اللَّهُمَّ
اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan (yang baik) lalu mengikuti yang terbaik darinya."
Kita tutup dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat