Hadits: Adab terhadap Mekah sebagai Tanah Haram
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah ﷻ, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk terus menuntut ilmu. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hari ini kita akan membahas sebuah hadits yang sangat istimewa, yaitu hadits yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, di mana Rasulullah ﷺ memberikan dua pesan penting pada hari Fathu Makkah—pembebasan kota Makkah. Dua pesan ini mencerminkan perubahan besar dalam perjalanan dakwah Islam serta keistimewaan tanah suci Makkah. Pesan pertama, perihal makna hijrah setelah Fathu Makkah. Pesan kedua, tentang kemuliaan dan kehormatan tanah suci Makkah.
Mari kita kaji bersama hadits yang mulia ini:
-----
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma, dia berkata:
قالَ رَسولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ: «لَا
هِجْرَةَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا».
وَقالَ يَوْمَ الْفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ: «إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ
اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ
اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ
لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، فَهُوَ
حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعْضَدُ شَوْكُهُ،
وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلَا يُلْتَقَطُ إِلَّا مَنْ عَرَّفَهَا، وَلَا
يُخْتَلَى خَلَاهَا». فَقالَ الْعَبَّاسُ: يا رَسُولَ اللَّهِ، إِلَّا
الْإِذْخِرَ، فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ وَلِبُيُوتِهِمْ. فَقالَ: «إِلَّا
الْإِذْخِرَ».
Arti per kalimat:
قالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
يَوْمَ الْفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ
pada hari penaklukan, penaklukan Mekah:
«لَا هِجْرَةَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ،
وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا»
Tidak ada hijrah, tetapi ada jihad dan niat. Dan jika kalian diminta untuk
berangkat (berjihad), maka berangkatlah.
وَقالَ يَوْمَ الْفَتْحِ، فَتْحِ مَكَّةَ
Dan beliau bersabda pada hari penaklukan, penaklukan Mekah:
«إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
Sesungguhnya negeri ini telah Allah haramkan sejak hari Dia menciptakan langit
dan bumi,
فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
maka negeri ini tetap haram dengan kehormatan dari Allah hingga hari kiamat.
وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ
لِأَحَدٍ قَبْلِي
Dan sungguh, tidak halal berperang di dalamnya bagi siapa pun sebelumku,
وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلَّا سَاعَةً مِنْ
نَهَارٍ
dan tidak dihalalkan bagiku kecuali sesaat saja dari siang hari.
فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Maka negeri ini tetap haram dengan kehormatan dari Allah hingga hari kiamat.
لَا يُعْضَدُ شَوْكُهُ
Tidak boleh dipotong durinya,
وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ
dan tidak boleh diusir hewan buruannya,
وَلَا يُلْتَقَطُ إِلَّا مَنْ عَرَّفَهَا
dan tidak boleh diambil barang temuan di dalamnya kecuali untuk diumumkan,
وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهَا»
dan tidak boleh ditebang rumputnya.
فَقالَ الْعَبَّاسُ: يا رَسُولَ اللَّهِ،
إِلَّا الْإِذْخِرَ
Maka Abbas berkata, Wahai Rasulullah, kecuali rumput idzkhir,
فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ وَلِبُيُوتِهِمْ
karena ia digunakan oleh para pandai besi mereka dan untuk keperluan rumah
mereka.
فَقالَ: «إِلَّا الْإِذْخِرَ»
Maka beliau bersabda, Kecuali rumput idzkhir.
HR. Al-Bukhari (1834) dan Muslim (1353)
Syarah Hadits
كَانَتِ الهِجْرَةُ مِنْ مَكَّةَ إِلَى
الْمَدِينَةِ وَاجِبَةً عَلَى الْمُؤْمِنِينَ فِي بَدَايَةِ الْإِسْلَامِ
Hijrah dari Mekkah ke Madinah wajib bagi kaum mukminin di awal-awal Islam.
نُصْرَةً لِلْإِسْلَامِ، وَحِمَايَةً
لِلْمُسْلِمِينَ
Sebagai bentuk pertolongan kepada Islam dan perlindungan bagi kaum muslimin.
فَهَاجَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَهَاجَرَ أَصْحَابُهُ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ
Maka Nabi ﷺ berhijrah, begitu pula para sahabatnya yang diridhai Allah.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَرْوِي عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
Dan dalam hadits ini, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَخْبَرَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ
Bahwa Nabi ﷺ menyampaikan pada hari penaklukan Mekkah
وَكَانَ فِي الْعَامِ الثَّامِنِ مِنَ
الْهِجْرَةِ
Yang terjadi pada tahun kedelapan hijriyah.
أَنَّهُ لَا هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى
الْمَدِينَةِ بَعْدَ فَتْحِ مَكَّةَ
Bahwa tidak ada lagi hijrah dari Mekkah ke Madinah setelah penaklukan Mekkah.
وَذَلِكَ لِأَنَّ الْمُؤْمِنِينَ فِي
بَدَايَةِ أَمْرِهِمْ كَانُوا يَفِرُّونَ مِنَ اضْطِهَادِ الْكُفَّارِ
وَإِيذَائِهِمْ
Hal itu karena pada awalnya, kaum mukminin lari dari penindasan dan penyiksaan
kaum kafir.
مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنُوا فِي دِينِهِمْ
وَيَرْجِعُوا إِلَى الْكُفْرِ
Karena khawatir mereka akan dipalingkan dari agama mereka dan kembali kepada
kekufuran.
أَمَّا بَعْدَ فَتْحِ مَكَّةَ وَظُهُورِ
الْإِسْلَامِ
Adapun setelah penaklukan Mekkah dan tampaknya kemenangan Islam
فَلَمْ يَعُدْ هُنَاكَ سَبَبٌ لِلْهِجْرَةِ
Maka tidak ada lagi alasan untuk berhijrah.
إِذْ صَارَ الْمُؤْمِنُ آمِنًا عَلَى نَفْسِهِ
Karena seorang mukmin sudah merasa aman terhadap dirinya.
يَعْبُدُ رَبَّهُ كَيْفَ شَاءَ، وَمَتَى
شَاءَ، وَأَيْنَ شَاءَ
Ia dapat beribadah kepada Tuhannya kapan saja, di mana saja, dan bagaimana pun
ia kehendaki.
فَحُكْمُ الْهِجْرَةِ بَاقٍ فِي حَقِّ مَنْ
أَسْلَمَ فِي دَارِ الْكُفْرِ
Namun hukum hijrah tetap berlaku bagi orang yang memeluk Islam di negeri kafir
وَلَمْ يَأْمَنْ عَلَى دِينِهِ، وَقَدَرَ
عَلَى الْخُرُوجِ مِنْهَا
Jika ia tidak aman terhadap agamanya, dan ia mampu keluar dari negeri tersebut.
ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ»
Kemudian Nabi ﷺ bersabda: Akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat.
أَيْ: وَلَكِنْ لَكُمْ جِهَادٌ فِي
الْكُفَّارِ، وَنِيَّةٌ صَالِحَةٌ فِي الْخَيْرِ
Yakni, kalian masih memiliki jihad melawan kaum kafir dan niat yang baik dalam
berbuat kebaikan.
تُحَصِّلُونَ بِهِمَا الْفَضَائِلَ الَّتِي
فِي مَعْنَى الْهِجْرَةِ
Kalian akan memperoleh keutamaan-keutamaan yang serupa dengan makna hijrah.
الَّتِي كَانَتْ مَفْرُوضَةً لِمُفَارَقَةِ
الْفَرِيقِ الْبَاطِلِ فَلَا يُكَثَّرُ سَوَادُهُمْ
Yang dahulu diwajibkan untuk meninggalkan kelompok kebatilan agar tidak
menambah jumlah mereka.
وَلِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللَّهِ وَإِظْهَارِ
دِينِهِ
Serta untuk meninggikan kalimat Allah dan menampakkan agama-Nya.
وَهَذِهِ الْجُمْلَةُ تَضَمَّنُ بَشَارَةً
مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan kalimat ini mengandung kabar gembira dari Nabi ﷺ
بِأَنَّ مَكَّةَ سَتَسْتَمِرُّ دَارَ
إِسْلَامٍ أَبَدًا
Bahwa Mekkah akan terus menjadi negeri Islam selamanya.
لِأَنَّهُ نَفَى أَنْ يَكُونَ هُنَاكَ
هِجْرَةٌ بَعْدَ فَتْحِهَا
Karena beliau menegaskan bahwa tidak akan ada lagi hijrah setelah
penaklukannya.
وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهَا لَنْ تَعُودَ
دَارَ كُفْرٍ مَرَّةً أُخْرَى
Hal ini menunjukkan bahwa Mekkah tidak akan kembali menjadi negeri kufur lagi.
إِذِ الْهِجْرَةُ تَكُونُ مِنْ دَارِ
الْكُفْرِ إِلَى دَارِ الْإِسْلَامِ
Karena hijrah itu hanya terjadi dari negeri kufur ke negeri Islam.
ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا»
Kemudian Nabi ﷺ bersabda: Dan jika kalian diperintahkan untuk berperang, maka
keluarlah.
أَيْ: إِذَا دَعَاكُمُ الْإِمَامُ إِلَى
غَزْوٍ لِقِتَالِ الْكُفَّارِ
Yaitu, jika pemimpin kalian memanggil untuk berperang melawan orang-orang kafir
فَأَجِيبُوهُ وَاخْرُجُوا مَعَهُ
Maka penuhilah seruannya dan keluarlah bersamanya.
ثُمَّ أَخْبَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّ مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ
Kemudian Nabi ﷺ mengabarkan bahwa Allah telah mengharamkan Mekkah yang mulia.
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
Sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi.
فَإِنَّ تَحْرِيمَهَا أَمْرٌ قَدِيمٌ،
وَشَرِيعَةٌ سَالِفَةٌ
Karena keharamannya adalah perkara yang telah ada sejak dahulu dan merupakan
syariat yang lampau.
لَيْسَ مِمَّا أَحْدَثَهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bukan sesuatu yang diciptakan oleh Nabi ﷺ
أَوِ اخْتُصَّ بِشَرْعِهِ
Atau merupakan kekhususan dari syariat beliau.
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ الْمَعْنَى:
إِنَّمَا خَلَقَ أَرْضَ مَكَّةَ حِينَ خَلَقَهَا مُحَرَّمَةً
Dan mungkin juga maknanya adalah bahwa Allah menciptakan tanah Mekkah dalam
keadaan suci sejak penciptaannya.
وَهَذِهِ الْحُرْمَةُ مُسْتَمِرَّةٌ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Dan kesuciannya itu berlangsung hingga hari kiamat.
بَاقِيَةٌ أَبَدِيَّةٌ
Tetap abadi selamanya.
وَفِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) terdapat hadits dari Abdullah
bin Zaid radhiyallahu ‘anhu
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لِأَهْلِهَا»
Bahwa Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekkah dan
mendoakan kebaikan untuk penduduknya.
وَيُمْكِنُ الْجَمْعُ بَيْنَ الْحَدِيثَيْنِ
بِأَنَّ تَحْرِيمَهَا كَانَ ثَابِتًا
Dan bisa dikompromikan antara kedua hadits ini bahwa keharamannya telah tetap
مِنْ يَوْمِ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ
Sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi
ثُمَّ خَفِيَ تَحْرِيمُهَا وَاسْتَمَرَّ
خَفَاؤُهُ إِلَى زَمَانِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Kemudian keharamannya tersembunyi dan tetap tidak diketahui sampai masa Nabi
Ibrahim عليه السلام
فَأَظْهَرَهُ وَأَشَاعَهُ، لَا أَنَّهُ
ابْتَدَأَهُ
Lalu Nabi Ibrahim menampakkannya dan menyebarluaskannya, bukan berarti dia yang
memulainya.
أَوْ أُسْنِدَ التَّحْرِيمُ إِلَى
إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Atau dinisbatkan keharaman itu kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
مِنْ حَيْثُ إِنَّهُ مُبَلِّغُهُ
Karena dia adalah penyampainya.
فَإِنَّ الْحَاكِمَ بِالشَّرَائِعِ
وَالْأَحْكَامِ كُلِّهَا هُوَ اللَّهُ تَعَالَى
Karena sesungguhnya pengatur seluruh syariat dan hukum adalah Allah Ta’ala.
وَالْأَنْبِيَاءُ يُبَلِّغُونَهَا
Dan para nabi menyampaikannya.
ثُمَّ إِنَّهَا كَمَا تُضَافُ إِلَى اللَّهِ
تَعَالَى مِنْ حَيْثُ إِنَّهُ الْحَاكِمُ بِهَا
Kemudian sebagaimana hukum-hukum itu dinisbatkan kepada Allah Ta’ala sebagai
hakimnya
تُضَافُ إِلَى الرُّسُلِ؛ لِأَنَّهَا تُسْمَعُ
مِنْهُمْ وَتُبَيَّنُ عَلَى لِسَانِهِمْ
Maka juga dinisbatkan kepada para rasul karena hukum-hukum itu disampaikan oleh
mereka dan dijelaskan melalui lisan mereka.
ثُمَّ أَخْبَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan
أَنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِي
الْبَلَدِ الْحَرَامِ لِأَحَدٍ قَبْلَهُ
Bahwa perang di Tanah Haram tidak dihalalkan untuk siapa pun sebelum beliau
وَإِنَّمَا خَصَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
بِذَلِكَ
Akan tetapi Allah 'Azza wa Jalla memberikan kekhususan itu kepada beliau
وَلَمْ يَحِلَّ لَهُ إِلَّا سَاعَةً مِنْ
نَهَارٍ
Dan itu pun hanya dihalalkan untuknya selama satu waktu di siang hari
ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهُ كَمَا كَانَتْ
Kemudian kesuciannya kembali seperti semula
فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Maka tanah itu tetap haram dengan kehormatan yang diberikan Allah hingga hari
kiamat.
وَقَدْ جَاءَ فِي الصَّحِيحَيْنِ بَيَانُ
سَبَبِ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ
Dan telah disebutkan dalam dua kitab shahih (Bukhari dan Muslim) sebab Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal itu
وَهُوَ: أَنَّ «خُزَاعَةَ قَتَلُوا رَجُلًا
مِنْ بَنِي لَيْثٍ عَامَ فَتْحِ مَكَّةَ
Yaitu bahwa Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laits pada tahun
penaklukan Mekah
بِقَتِيلٍ مِنْهُمْ قَتَلُوهُ
Sebagai balasan atas seorang korban mereka yang sebelumnya telah dibunuh
فَأُخْبِرَ بِذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi kabar tentang hal itu
فَرَكِبَ رَاحِلَتَهُ
Beliau pun menaiki tunggangannya
فَخَطَبَ
Dan menyampaikan khutbah
فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَبَسَ
عَنْ مَكَّةَ الْفِيلَ
Beliau berkata: 'Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah menahan gajah dari
menyerang Mekah
وَسَلَّطَ عَلَيْهَا رَسُولَهُ
وَالْمُؤْمِنِينَ
Dan Allah memberikan kuasa kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin atasnya
(Mekah)'
أَي: مَنَعَهَا وَحَفِظَهَا مِنْ فِيلِ
أَبْرَهَةَ الْحَبَشِيِّ الَّذِي أَتَى بِهِ لِهَدْمِ الْكَعْبَةِ
Maksudnya: Allah melindungi dan menjaga Mekah dari gajah Abrahah Al-Habasyi
yang datang untuk menghancurkan Ka'bah
وَمَكَّنَ رَسُولَهُ مُحَمَّدًا صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Dan Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum
مِنْ وِلَايَتِهَا وَالتَّغَلُّبِ عَلَى
أَهْلِهَا
Untuk menguasai wilayahnya dan menundukkan penduduknya
ثُمَّ بَيَّنَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حُرْمَةَ هَذَا الْبَلَدِ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kesucian tanah ini
بِأَنَّهُ «لَا يُعْضَدُ شَوْكُهُ»
Bahwa: 'Tidak boleh dipatahkan durinya'
أَي: لَا يُقْطَعُ
Artinya: Tidak boleh dipotong
وَذِكْرُ الشَّوْكِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ
غَيْرَهُ مِمَّا لَا يُؤْذِي بِالْأَوْلَى
Penyebutan duri menunjukkan bahwa selain duri, apalagi yang tidak membahayakan,
lebih utama untuk tidak dipotong
وَيُخَصَّصُ بِالْمُؤْذِي
Kecuali yang membahayakan, maka diperbolehkan dipotong
فَيَجُوزُ قَطْعُهُ قِيَاسًا عَلَى حِلِّ
قَتْلِ الْفَوَاسِقِ الْخَمْسِ فِي الْحَرَمِ
Maka memotongnya diperbolehkan dengan qiyas kepada dibolehkannya membunuh lima
jenis hewan yang mengganggu di Tanah Haram
بِجَامِعِ الْإِيذَاءِ
Karena adanya kesamaan sifat yaitu bahaya atau gangguan
وَفِي رِوَايَةِ الصَّحِيحَيْنِ: «وَلَا
يُعْضَدُ شَجَرُهَا»
Dan dalam riwayat Shahihain: 'Tidak boleh dipatahkan pepohonannya'
فَلَا يُكَسَّرُ وَلَا يُقْطَعُ
Sehingga tidak boleh dipatahkan maupun dipotong
«وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ»
Dan 'Tidak boleh hewannya diusir'
فَلَا يُزْعَجُ مِنْ مَكَانِهِ وَلَا يَحِلُّ
صَيْدُهُ
Maka tidak boleh diganggu dari tempatnya, dan hewan buruannya tidak halal untuk
ditangkap
«وَلَا يَلْتَقِطُ لُقَطَتُهُ إِلَّا مَنْ
عَرَّفَهَا»
Dan 'Barang hilang di Tanah Haram tidak boleh diambil kecuali oleh orang yang
akan mengumumkannya'
فَلَا يُسْتَفَادُ مِنْ لُقَطَةِ مَكَّةَ
الْمَفْقُودَةِ
Maka barang hilang di Mekah tidak boleh dimanfaatkan
كَمَا يُسْتَفَادُ مِنْهَا فِي الْأَمَاكِنِ
الْأُخْرَى
Sebagaimana boleh dimanfaatkan di tempat lain
إِلَّا لِمَنْ يُعَرِّفُهَا وَيُنَادِي
عَلَيْهَا
Kecuali oleh orang yang mengumumkan dan menyerukan keberadaannya
حَتَّى يَجِيءَ صَاحِبُهَا
Hingga pemiliknya datang
وَلَا يَأْخُذُهَا لِلتَّمْلِيكِ
Dan tidak boleh diambil untuk dimiliki
«وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهَا»
Dan 'Tidak boleh rerumputannya dicabut'
فَلَا يُقْطَعُ نَبَاتُهُ
Maka tidak boleh tumbuhannya dipotong
لَا الشَّجَرُ الْكِبَارُ وَلَا الشَّجَرُ
الصِّغَارُ
Baik pepohonan yang besar maupun kecil
أَوِ النَّبَاتُ الصَّغِيرُ الَّذِي هُوَ
الْحَشِيشُ الرَّطْبُ
Atau tumbuhan kecil berupa rerumputan yang masih basah
فَأَرَادَ الْعَبَّاسُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنْ يُرَخِّصَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَبَاتِ
الْإِذْخِرِ
Maka Al-Abbas radhiyallahu ‘anhu menginginkan agar Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan keringanan kepada mereka mengenai tumbuhan idzkhir
وَهُوَ: نَبَاتٌ عُشْبِيٌّ عَرِيضُ
الْأَوْرَاقِ مِنْ فَصِيلَةِ النَّجِيلِيَّاتِ
Yaitu: Sebuah tumbuhan herbal berdaun lebar yang termasuk dalam keluarga
rumput-rumputan (Poaceae)
لَهُ رَائِحَةٌ لَيْمُونِيَّةٌ عَطِرَةٌ
Yang memiliki aroma lemon yang harum
أَزْهَارُهُ تُسْتَعْمَلُ مَنْقُوعَةً
كَالشَّايِ
Bunganya biasa digunakan dengan direndam seperti teh
«فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ»
'Karena tumbuhan itu sangat bermanfaat bagi para pekerja mereka'
وَالْقَيْنُ: هُوَ الْحَدَّادُ
Dan qain berarti pandai besi
فَإِنَّهُ يَسْتَعْمِلُ الْإِذْخِرَ فِي
إِيقَادِ النَّارِ
Karena pandai besi menggunakan tumbuhan idzkhir untuk menyalakan api
وَهُوَ نَافِعٌ لَهُمْ فِي حَرْقِهِ بَدَلًا
عَنْ الْحَطَبِ
Tumbuhan ini sangat bermanfaat bagi mereka untuk dibakar sebagai pengganti kayu
bakar
وَيُسْتَخْدَمُهُ النَّاسُ فِي بُيُوتِهِمْ
لِسَقْفِهَا
Dan juga digunakan oleh masyarakat untuk atap rumah mereka
وَكَذَا لِسَقْفِ قُبُورِهِمْ
Demikian pula untuk menutupi kuburan mereka
وَالْمَعْنَى: لِبُيُوتِهِمْ حَالَ
حَيَاتِهِمْ وَمَمَاتِهِمْ
Artinya: Digunakan untuk rumah mereka baik saat mereka hidup maupun setelah
wafat
فَأَجَابَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِذَلِكَ
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabulkan permintaan tersebut
وَرَخَّصَ لَهُمْ فِيهِ
Dan memberikan keringanan kepada mereka dalam hal itu
وَفِي الْحَدِيثِ: تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى
لِمَكَّةَ الْمُكَرَّمَةِ
Hadits ini menunjukkan keagungan Allah Ta'ala terhadap Mekah Al-Mukarramah
وَالنَّهْيُ عَنْ الْقِتَالِ بِهَا
Dan larangan untuk berperang di dalamnya
وَفِيهِ: أَنَّ مَكَّةَ فُتِحَتْ عَنْوَةً
Dan di dalamnya juga terdapat penegasan bahwa Mekah ditaklukkan secara paksa
(perang)
وَلَيْسَ صُلْحًا
Bukan melalui perjanjian damai
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/41153
Pelajaran dari hadits ini
1. Pentingnya Hijrah pada Awal Islam
Kewajiban Hijrah pada Masa Awal Islam
Hijrah dari Mekah ke Madinah pada awal Islam diwajibkan bagi kaum Muslimin untuk:- Membela Islam.
- Melindungi diri dari kezaliman kaum kafir Quraisy.
- Menghindari fitnah dalam agama.
Perubahan Status Hijrah Setelah Fathul Mekah
Setelah penaklukan Mekah, hijrah dari Mekah ke Madinah tidak lagi diperlukan karena:- Mekah menjadi tanah Islam (Darul Islam).
- Kaum Muslimin aman untuk beribadah tanpa ancaman.
2. Pentingnya Jihad dan Niat
- Jihad sebagai Alternatif Pahala Hijrah
Nabi ﷺ menyatakan bahwa setelah Fathul Mekah, umat Islam tetap dapat meraih pahala besar melalui jihad di jalan Allah dan niat yang ikhlas. - Makna Jihad dan Niat
- Jihad berarti berjuang di jalan Allah melawan kaum kafir.
- Niat menunjukkan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal.
3. Keagungan dan Keutamaan Kota Mekah
Mekah sebagai Tanah Haram
- Allah menetapkan Mekah sebagai tanah suci sejak penciptaan langit dan bumi.
- Kesuciannya adalah hukum yang abadi hingga Hari Kiamat.
Penegasan Kesucian Mekah
- Nabi ﷺ menegaskan bahwa Mekah tidak pernah halal untuk perang, kecuali selama satu jam pada Fathul Mekah.
- Setelah itu, Mekah kembali menjadi tanah suci dan haram melakukan kekerasan di dalamnya.
Mekah Tidak Akan Menjadi Darul Kufur
Penegasan bahwa setelah Fathul Mekah, kota ini akan terus menjadi Darul Islam dan tidak akan kembali menjadi Darul Kufur.
4. Larangan-Larangan di Tanah Haram
Larangan Umum
Di tanah haram, umat Islam dilarang untuk:- Memotong pohon atau tumbuhan (termasuk durinya).
- Mengganggu hewan buruan.
- Mengambil barang temuan (kecuali untuk diumumkan dan dikembalikan kepada pemiliknya).
- Memotong rumput atau tumbuhan hijau.
Pengecualian untuk Tumbuhan Idzkhir
- Nabi ﷺ memberikan keringanan atas permintaan Al-Abbas untuk menggunakan tumbuhan idzkhir karena manfaatnya.
- Idzkhir digunakan untuk:
- Menyalakan api oleh pandai besi.
- Atap rumah dan kuburan.
5. Keutamaan Mekah sebagai Tanah Suci
Pentingnya Fathul Mekah
Peristiwa Fathul Mekah adalah tonggak sejarah:- Mekah menjadi pusat Islam secara resmi.
- Mekah tidak akan dikuasai oleh kekufuran kembali.
Perlindungan Allah atas Mekah
- Allah melindungi Mekah dari serangan pasukan gajah Abrahah.
- Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada Nabi ﷺ dan kaum Muslimin untuk menguasai Mekah.
6. Ketaatan kepada Pemimpin
- Kewajiban Mematuhi Pemimpin Muslim
Jika pemimpin menyerukan jihad atau perang, maka kaum Muslimin wajib menaati perintah tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab kolektif.
7. Pelajaran Sejarah tentang Ibrahim عليه السلام
- Ibrahim عليه السلام Menegaskan Kesucian Mekah
- Nabi Ibrahim عليه السلام menegaskan kesucian Mekah, meskipun kesuciannya telah ditetapkan Allah sejak penciptaan langit dan bumi.
- Ibrahim عليه السلام menyampaikan hukum ini sebagai seorang utusan Allah.
8. Adab terhadap Mekah sebagai Tanah Haram
Menghormati Tanah Suci
Mekah memiliki aturan khusus untuk menjaga kesuciannya, termasuk larangan merusak alam dan ekosistemnya.Penggunaan Barang dan Tumbuhan untuk Kemaslahatan
Nabi ﷺ memperbolehkan penggunaan tumbuhan tertentu (seperti idzkhir) jika ada kebutuhan mendesak, menunjukkan fleksibilitas hukum Islam dalam kondisi tertentu.
Pelajaran-pelajaran ini menunjukkan pentingnya keimanan, ketaatan, adab terhadap tempat suci, serta semangat jihad dan niat dalam Islam.
----- Penutup Kajian -----
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hadits ini memberikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga kesucian Makkah dan memahami makna hijrah dalam kehidupan kita. Makkah memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah, di mana hukum-hukumnya berbeda dari tempat lain. Adapun mengenai hijarah, kita mungkin tidak berhijrah secara fisik seperti para sahabat, tetapi kita tetap bisa berhijrah dalam arti meninggalkan dosa, keburukan, dan kebiasaan yang menjauhkan kita dari Allah.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu berjuang dalam jalan kebaikan dan memahami keutamaan tempat-tempat yang dimuliakan dalam Islam. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.