Hadits: Keutamaan Ulama (Orang Berilmu) atas Abid (Ahli Ibadah)

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesempatan untuk menuntut ilmu di majelis yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Jama'ah yang dirahmati Allah,
Di tengah masyarakat kita hari ini, tidak sedikit orang yang memandang ibadah hanya sebatas amal ritual—shalat, puasa, dzikir, dan sejenisnya—tanpa memberikan perhatian yang cukup pada ilmu yang menjadi dasar sah dan benarnya ibadah itu sendiri. Ada semangat ibadah yang tinggi, namun minim pemahaman. Ada pula yang merasa cukup dengan semangat tanpa ilmu, padahal ilmu adalah kunci diterimanya amal dan keselamatan dari kesesatan.

Lebih dari itu, masih banyak yang belum memahami bahwa mengajarkan kebaikan, menyebarkan ilmu yang benar, memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat banyak orang yang enggan membagi ilmunya, merasa cukup dengan dirinya sendiri, atau menganggap menyampaikan ilmu bukan tanggung jawabnya. Padahal Rasulullah ﷺ menggambarkan betapa besarnya keutamaan seorang alim—orang yang mengerti dan menyampaikan kebaikan—bahkan melebihi ahli ibadah sekalipun.

Inilah mengapa hadits yang akan kita pelajari hari ini sangat penting untuk kita renungi bersama. Hadits ini bukan hanya menunjukkan kemuliaan ilmu dan para penuntutnya, tetapi juga mengajarkan kepada kita bahwa menyebarkan ilmu adalah amal yang membawa keberkahan langit dan bumi. Hadits ini juga membuka wawasan bahwa menjadi orang bermanfaat bagi sesama dengan ilmu yang kita miliki adalah jalan menuju kemuliaan dunia dan akhirat.

Semoga dengan memahami hadits ini, tumbuh kesadaran dalam diri kita untuk terus menuntut ilmu dengan niat yang benar, menghargai para pengajar, dan berusaha menjadi pribadi yang menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat.

Mari kita baca hadits berikut ini: 


Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ  رَجُلَانِ؛ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ، وَالآخَرُ عَالِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

Disebutkan kepada Rasulullah ﷺ dua orang; salah satunya adalah seorang ahli ibadah, dan yang lainnya adalah seorang alim. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.’ Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, bahkan semut di dalam lubangnya, dan ikan di lautan, sungguh mereka semua bershalawat (mendoakan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.

HR At-Tirmidzi (2685)

 


Arti Per Kalimat


 

ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ؛ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ، وَالآخَرُ عَالِمٌ
Disebutkan kepada Rasulullah dua orang; salah satunya adalah seorang ahli ibadah, dan yang lainnya adalah seorang alim.

Hadits ini dimulai dengan laporan bahwa ada dua sosok yang disampaikan kepada Nabi : seorang ‘abid (yang giat beribadah) dan seorang ‘alim (yang berilmu). Ini menunjukkan perhatian umat terhadap keutamaan amal dan kedudukan seseorang di sisi Allah. Penyebutan keduanya menggambarkan dua jalan utama dalam mendekatkan diri kepada Allah: ibadah yang tekun dan ilmu yang bermanfaat.


فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ
Maka Rasulullah bersabda: “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.”

Rasulullah menjelaskan perbandingan luar biasa antara ‘alim dan ‘abid. Keutamaan seorang alim begitu tinggi hingga diibaratkan seperti keutamaan beliau dibanding orang paling rendah dari umatnya. Ini menunjukkan bahwa ilmu memiliki kedudukan yang sangat agung, karena dengan ilmu seseorang bisa beribadah dengan benar, membimbing orang lain, dan menjaga umat dari penyimpangan.


ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
Kemudian Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, dan seluruh penghuni langit dan bumi…”

Perkataan ini menunjukkan bahwa pujian dan doa bagi orang yang mengajarkan kebaikan datang dari seluruh penjuru makhluk: dari Allah sendiri, para malaikat, dan semua makhluk langit dan bumi. Ini menggambarkan betapa besar dan luasnya penghormatan terhadap pengajar ilmu yang bermanfaat.


حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ
…bahkan semut di lubangnya dan ikan paus di laut…

Penyebutan makhluk kecil seperti semut dan makhluk besar seperti paus menunjukkan bahwa seluruh makhluk hidup, dari yang tak terlihat hingga yang besar di laut, ikut serta dalam memuliakan orang yang mengajarkan kebaikan. Ini menandakan bahwa manfaat ilmu menyentuh seluruh makhluk, dan para pengajar ilmu menjadi sebab turunnya rahmat dan berkah di bumi.


لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Sungguh mereka semua bershalawat (mendoakan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.

Penutup hadits ini menegaskan bahwa doa dan pujian makhluk untuk pengajar kebaikan merupakan bentuk penghargaan tertinggi dari langit dan bumi. Mengajarkan kebaikan bukan hanya amal pribadi, tetapi kontribusi sosial dan spiritual yang berdampak luas. Orang yang mengajarkan kebaikan tidak hanya dimuliakan oleh manusia, tapi oleh seluruh makhluk Allah.


Syarah Hadits


لِلعُلَمَاءِ فَضْلٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ؛
Bagi para ulama, ada keutamaan dan pahala yang besar;

وَذَٰلِكَ بِمَا مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ العِلْمِ الَّذِي تَعَلَّمُوهُ وَيُنْشِرُونَهُ فِي النَّاسِ،
Dan itu disebabkan oleh karunia Allah yang diberikan kepada mereka berupa ilmu yang mereka pelajari dan mereka sebarkan kepada orang-orang,

فِيَرْفَعُونَ بِهِ جَهْلَهُمْ، وَيَقُودُونَهُمْ نَحْوَ مَعَالِمِ الْخَيْرِ الَّتِي يُصْلِحُ بِهَا شَأْنَ دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ.
Mereka mengangkat kebodohan mereka dengannya dan membimbing mereka menuju petunjuk kebaikan yang dengan itu memperbaiki urusan agama dan dunia mereka.

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَحْكِي أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:
Dan dalam hadits ini, Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu 'anhu menceritakan:

أَنَّهُ "ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ، وَالآخَرُ عَالِمٌ"،
Bahwa disebutkan kepada Rasulullah dua orang: salah satunya adalah seorang ahli ibadah, dan yang lainnya adalah seorang ulama,

أَي: هَلْ هُمَا مُسْتَوِيَانِ فِي الْفَضْلِ وَالْأَجْرِ؛ هَذَا بِعِبَادَتِهِ، وَهَذَا بِعِلْمِهِ؟
Artinya: Apakah mereka berdua setara dalam keutamaan dan pahala; yang ini dengan ibadahnya, dan yang ini dengan ilmunya?

"فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَضْلُ العَالِمِ"،
Maka Rasulullah bersabda: "Keutamaan seorang ulama,"

أَي: إِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ وَالثَّوَابِ مَا يَفْضُلُ وَيَزِيدُ "عَلَى العَابِدِ"،
Artinya: Sesungguhnya baginya pahala dan ganjaran yang melebihi dan lebih besar "dari seorang ahli ibadah,"

وَالْمَرَادُ بِالْعَالِمِ: هُوَ صَاحِبُ العُلُومِ الشَّرْعِيَّةِ
Dan yang dimaksud dengan ulama adalah orang yang memiliki ilmu-ilmu syariat

مَعَ قِيَامِهِ بِمَا يَسْتَلْزِمُ ذَٰلِكَ مِنْ عِبَادَاتٍ بَدَنِيَّةٍ مِنْ صَلَاةٍ وَصَوْمٍ، وَنَحْوِ ذَٰلِكَ،
Dengan melakukan ibadah-ibadah fisik yang diwajibkan, seperti shalat, puasa, dan lainnya,

وَقَلْبِيَّةٍ مِنْ خُشُوعٍ وَتَوَكُّلٍ، وَنَحْوِ ذَٰلِكَ،
Dan ibadah yang bersifat batin seperti khusyuk dan tawakal, dan sejenisnya,

وَالْمَرَادُ بِالْعَابِدِ: الْمُجْتَهِدُ فِي العِبَادَةِ،
Dan yang dimaksud dengan ahli ibadah adalah orang yang tekun dalam beribadah,

وَقَدْ حَصَلَ قَبْلَ ذَٰلِكَ مَا يَلْزَمُهُ مِنْ عِلْمٍ شَرْعِيٍّ فِيمَا يَخُصُّهُ مِنْ عِبَادَاتٍ مَأْمُورٍ بِهَا أَوْ يَفْعَلُهَا تَطَوُّعًا،
Dan sebelumnya sudah memiliki ilmu yang diperlukan mengenai ibadah yang diwajibkan atau yang ia lakukan sebagai amalan sunnah,

ثُمَّ بَيَّنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الفَرْقَ بَيْنَ الإثْنَيْنِ، فَقَالَ: "كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ"،
Kemudian Nabi menjelaskan perbedaan antara keduanya, lalu beliau bersabda: "Seperti keutamaan saya atas orang yang paling rendah di antara kalian,"

أَي: إِنَّ العَالِمَ يَتَقَدَّمُ فِي الشَّرَفِ وَالرَّفْعَةِ عَلَى العَابِدِ،
Artinya: Sesungguhnya seorang ulama lebih unggul dalam kehormatan dan kedudukan daripada seorang ahli ibadah,

كَتَقَدُّمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَدْنَى أَصْحَابِهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ,
Seperti keunggulan Nabi atas sahabat-sahabat beliau yang paling rendah derajatnya di antara mereka,

وَفِي هَذَا مُبَالَغَةٌ شَدِيدَةٌ فِي بَيَانِ فَضْلِ العَالِمِ؛
Dan dalam hal ini terdapat penguatan yang sangat besar dalam menjelaskan keutamaan ulama,

إِذْ إِنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قَالَ: كَفَضْلِي عَلَى أَعْلَاكُمْ لَكَفَى فَضْلًا وَشَرَفًا، فَكَيْفَ وَقَدْ قَالَ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ؟!
Karena sesungguhnya beliau jika bersabda: "Seperti keutamaan saya atas orang yang paling tinggi di antara kalian," itu sudah cukup sebagai keutamaan dan kehormatan, lalu bagaimana jika beliau bersabda: "Seperti keutamaan saya atas orang yang paling rendah di antara kalian?!"

"ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ",
Kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya,

أَي: اسْتَأْنَفَ الكَلَامَ لِيُبَيِّنَ سَبَبَ هَذَا التَّفْضِيلِ قَائِلًا: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ",
Artinya: Beliau memulai kalam baru untuk menjelaskan sebab dari keutamaan ini dengan bersabda: "Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, dan penghuni langit,"

قِيلَ: الْمَرَادُ بِالْمَلَائِكَةِ: هُمْ حَمَلَةُ العَرْشِ, وَالْمَرَادُ بِأَهْلِ السَّمَاوَاتِ: بَاقِي الْمَلَائِكَةِ,
Dikatakan: yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat pembawa 'Arsy, dan yang dimaksud dengan penghuni langit adalah malaikat lainnya,

"وَالأَرْضِ", أَي: وَأَهْلِ الأَرْضِ, وَالْمَرَادُ بِهِمْ: الإِنسُ وَالْجِنُّ وَجَمِيعُ الْحَيَوَانَاتِ,
"Dan bumi," artinya: dan penghuni bumi, yang dimaksud dengan mereka adalah manusia, jin, dan seluruh makhluk hidup,

"حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا",
"sampai semut dalam lubangnya,"

أَي: مَسْكَنِهَا فِي بَاطِنِ الأَرْضِ, وَقِيلَ: ثُقْبُهَا الَّذِي تَأْوِي إِلَيْهِ أَيْنَمَا وُجِدَ,
Artinya: tempat tinggalnya di dalam bumi, dan ada yang mengatakan: lubang tempatnya berlindung yang ia tempati di manapun berada,

"وَحَتَّى الحُوتَ",
"Dan sampai ikan,"

أَي: الَّذِي يَكُونُ فِي أَعَالِي البِحَارِ,
Artinya: yang berada di kedalaman laut,

"لَيُصَلُّونَ",
"Mereka mendoakan,"

أَي: يَدْعُونَ بِالْخَيْرِ,
Artinya: mereka berdoa untuk kebaikan,

"عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخَيْرَ",
Untuk pengajar kebaikan bagi umat manusia,

"وَذَٰلِكَ لِلنَّشْرِهِ لِلْعِلْمِ بَيْنَ النَّاسِ",
Karena itu disebabkan oleh penyebaran ilmu di kalangan manusia,

وَالْمَرَادُ بِالْخَيْرِ هُنَا: هُوَ عِلْمُ الدِّينِ الَّذِي هُوَ أَنْفَعُ لَهُمْ وَمَا بِهِ النَّجَاةُ,
Dan yang dimaksud dengan kebaikan di sini adalah ilmu agama yang paling bermanfaat bagi mereka dan dengan itu mereka memperoleh keselamatan,

قِيلَ: وَفِي هَذَا إِشَارَةٌ إِلَى وَجْهِ الأَفْضَلِيَّةِ بِأَنَّ نَفْعَ العِلْمِ مُتَعَدٍّ وَنَفْعَ العِبَادَةِ قَاصِرٌ,
Dikatakan: dan dalam hal ini terdapat isyarat mengenai aspek keutamaan bahwa manfaat ilmu itu meluas sementara manfaat ibadah terbatas,

مَعَ أَنَّ العِلْمَ فِي نَفْسِهِ فَرْضٌ، وَزِيَادَةُ العِبَادَةِ نَافِلَةٌ.
Padahal ilmu itu pada dirinya sendiri adalah kewajiban, sedangkan tambahan ibadah adalah sunnah.

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ: الحَثُّ عَلَى تَعْلِيمِ النَّاسِ الخَيْرِ.
Dan dalam hadits ini terdapat motivasi/dorongan untuk mengajarkan kebaikan kepada orang-orang.

وَفِيهِ: الحَثُّ عَلَى الحِرْصِ عَلَى العِبَادَاتِ المُتَعَدِّيَةِ فِي النَّفْعِ لِلْغَيْرِ.
Dan dalam hadits ini juga terdapat motivasi/dorongan untuk tekun dalam ibadah yang memberikan manfaat bagi orang lain.

وَفِيهِ: بَيَانٌ لِتَفَاوُتِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْفَضْلِ.
Dan dalam hadits ini juga ada penjelasan tentang perbedaan antara para sahabat radhiyallahu 'anhum dalam hal keutamaan.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/35837


Pelajaran dari Hadits ini


1. Kedudukan dua sosok: ahli ibadah dan orang berilmu

Perkataan ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ؛ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ، وَالآخَرُ عَالِمٌ (Disebutkan kepada Rasulullah ﷺ dua orang; salah satunya adalah seorang ahli ibadah, dan yang lainnya adalah seorang alim) menunjukkan bahwa umat saat itu membandingkan dua sosok yang sama-sama mulia di mata manusia: orang yang rajin beribadah dan orang yang berilmu. Namun, Rasulullah ﷺ memilih memberikan perhatian pada aspek ilmu. Ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya pendamping ibadah, tetapi fondasinya. Tanpa ilmu, ibadah bisa tersesat. 

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.)

2. Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah

Perkataan فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ (Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian) menegaskan bahwa posisi orang berilmu di sisi Allah sangat tinggi. Rasulullah ﷺ menyamakan keutamaan orang alim dengan keutamaan beliau atas umatnya yang paling rendah. Ini adalah bentuk perbandingan yang sangat agung. Orang alim bukan hanya beramal untuk dirinya, tetapi menghidupkan ilmu untuk orang lain. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ...
(Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utuskan aku dengannya seperti hujan yang turun ke bumi…) (HR. Bukhari dan Muslim). Ilmu bagaikan hujan yang menghidupkan tanah, dan orang berilmu bagaikan pembawa kehidupan rohani dan akhlak bagi umat.

3. Kemuliaan di sisi Allah dan seluruh makhluk

Perkataan إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ (Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, dan para penghuni langit dan bumi) menunjukkan bahwa orang yang mengajarkan kebaikan tidak hanya mulia di sisi manusia, tetapi dimuliakan oleh Allah sendiri dan seluruh ciptaan-Nya. Ini menunjukkan luasnya keberkahan dari ilmu yang diajarkan kepada umat. 

Dalam QS. Fathir ayat 28, Allah menyatakan:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
(Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.)
Rasa takut kepada Allah lahir dari pemahaman, dan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berilmu.

4. Kesaksian makhluk kecil dan besar atas kemuliaan pengajar kebaikan

Perkataan حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ (Bahkan semut di dalam lubangnya dan ikan di lautan) menunjukkan bahwa pengaruh ilmu dan pengajarannya mencakup seluruh makhluk, baik yang kecil maupun besar, tersembunyi maupun tampak. Ini menandakan bahwa ilmu yang bermanfaat mendatangkan rahmat dan maslahat bukan hanya bagi manusia, tetapi seluruh alam. 

Dalam QS. Al-Anbiya ayat 107, Allah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
(Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.)
Pengajar ilmu mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dalam menyebarkan rahmat dan manfaat kepada alam semesta.

5. Doa dan shalawat dari seluruh makhluk untuk pengajar kebaikan

Perkataan لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ (Sungguh mereka semua bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia) merupakan bentuk apresiasi langit dan bumi bagi mereka yang menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Shalawat di sini mencakup pujian, doa, dan permohonan ampun dari para makhluk kepada Allah untuk orang yang mengajarkan kebaikan. 

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits lain:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
(Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya) (HR. Bukhari). Ini menunjukkan bahwa mengajarkan ilmu, terutama ilmu agama, merupakan amal jariyah dan investasi akhirat yang tak terputus.

6. Ilmu sebagai dasar amal dan penjaga dari penyimpangan

Walaupun tidak disebutkan langsung dalam perkataan hadits, salah satu pelajaran penting yang bisa diambil adalah bahwa ilmu merupakan landasan setiap amal. Tanpa ilmu, ibadah bisa salah arah, bahkan menyimpang. Oleh karena itu, dalam Islam, mencari ilmu wajib sebelum beramal. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
(Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim) (HR. Ibnu Majah). Dengan ilmu, seseorang dapat beribadah dengan benar, menjaga dirinya dari bid’ah, dan menuntun orang lain menuju petunjuk.

7. Keberkahan hidup melalui pengajaran kebaikan

Mengajarkan kebaikan bukan hanya mendatangkan pahala akhirat, tetapi juga keberkahan hidup di dunia. Orang yang ilmunya bermanfaat akan selalu dikenang, didoakan, dan dicintai. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاثٍ... وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
(Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara… dan ilmu yang bermanfaat) (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah warisan terbaik yang akan terus mengalirkan pahala bagi pemiliknya.

8. Kewajiban menyampaikan ilmu kepada sesama

Hadits ini juga mengajarkan bahwa siapa pun yang memiliki ilmu, sekecil apa pun, seharusnya menyampaikannya. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
(Sampaikan dariku walau hanya satu ayat) (HR. Bukhari). Ini berarti setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga menyebarkannya kepada orang lain sesuai kemampuan. Karena dengan itu, ilmu akan terus hidup dan menyebar manfaatnya.

9. Peran ilmu dalam menjaga generasi dan umat

Ilmu yang diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya menjadi tameng bagi umat dari kebodohan, kesesatan, dan kehancuran. 

Dalam QS. Az-Zumar ayat 9, Allah ﷻ berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”)
Pertanyaan retoris ini menegaskan bahwa hanya dengan ilmu, umat dapat bangkit dan bertahan dalam ujian zaman.

Secara keseluruhan, hadits ini menegaskan bahwa ilmu bukan sekadar kebutuhan pribadi, tapi tanggung jawab sosial dan sumber keberkahan semesta. Orang yang berilmu dan mengajarkan kebaikan mendapat kemuliaan dunia-akhirat, dicintai seluruh makhluk, dan menjadi bagian dari warisan kenabian. Maka, menuntut ilmu dan menyebarkannya adalah jalan mulia yang tak boleh ditinggalkan.

 


Penutup Kajian



Hadirin sekalian,

Alhamdulillah, kita telah menyelesaikan kajian hadits yang sangat agung ini—hadits yang menggambarkan keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah, dan kemuliaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu bukan sekadar pelengkap amal, tetapi pondasi dari segala bentuk kebaikan. Seorang alim bukan hanya mulia karena pengetahuannya, tetapi karena ilmunya mampu memberi manfaat kepada orang lain, membimbing mereka menuju petunjuk, dan menjaga mereka dari kesesatan. Itulah mengapa keutamaannya disamakan dengan keutamaan Rasulullah ﷺ atas umatnya.

Lebih dari itu, hadits ini juga menyentuh hati kita dengan gambaran betapa luasnya penghormatan terhadap pengajar kebaikan. Dari Allah ﷻ, para malaikat, hingga makhluk kecil seperti semut dan makhluk besar seperti ikan di laut—semuanya memanjatkan doa untuk mereka yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

Maka harapannya, setelah kita mempelajari hadits ini, kita semua terdorong untuk memperbaiki niat dalam menuntut ilmu, dan tidak berhenti hanya pada diri sendiri. Mari kita belajar dengan tekun, amalkan ilmu yang kita miliki, dan ajarkan meski hanya satu ayat, satu faedah, atau satu kebaikan.

Di rumah, di tempat kerja, di lingkungan masyarakat—jadilah penyampai kebaikan. Bukan harus menjadi ustaz atau guru tetap, tetapi cukup dengan menyampaikan ilmu yang benar dengan cara yang santun dan penuh hikmah. Karena siapa tahu, dari satu kalimat yang kita sampaikan, Allah turunkan rahmat dan pahala yang mengalir tanpa henti.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai pencari ilmu yang ikhlas dan menjadikan ilmu yang kita pelajari bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Aamiin.

 


Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


للعلماء فضل وأجر عظيم؛ وذلك بما من الله عليهم من العلم الذي تعلموه وينشرونه في الناس، فيرفعون بهم جهلهم، ويقودهم نحو معالم الخير التي يصلح بها شأن دينهم ودنياهم.
وفي هذا الحديث يحكي أبو أمامة الباهلي رضي الله عنه: أنه "ذكر لرسول الله صلى الله عليه وسلم رجلان أحدهما عابد، والآخر عالم"، أي: هل هما مستويان في الفضل والأجر؛ هذا بعبادته، وهذا بعلمه؟ "فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فضل العالم"، أي: إن له من الأجر والثواب ما يفضل ويزيد "على العابد"، والمراد بالعالم: هو صاحب العلوم الشرعية مع قيامه بما يستلزم ذلك من عبادات بدنية من صلاة وصوم، ونحو ذلك، وقلبية من خشوع وتوكل، ونحو ذلك، والمراد بالعابد: المجتهد في العبادة، وقد حصل قبل ذلك ما يلزمه من علم شرعي فيما يخصه من عبادات مأمور بها أو يفعلها تطوعا، ثم بين النبي صلى الله عليه وسلم الفرق بين الاثنين، فقال: "كفضلي على أدناكم"، أي: إن العالم يتقدم في الشرف والرفعة على العابد، كتقدم النبي صلى الله عليه وسلم على أدنى أصحابه رضي الله عنهم، وفي هذا مبالغة شديدة في بيان فضل العالم؛ إذ إنه صلى الله عليه وسلم لو قال: كفضلي على أعلاكم لكفى فضلا وشرفا، فكيف وقد قال كفضلي على أدناكم؟!
"ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم"، أي: استأنف الكلام ليبين سبب هذا التفضيل قائلا: "إن الله وملائكته وأهل السموات"، قيل: المراد بالملائكة: هم حملة العرش، والمراد بأهل السموات: باقي الملائكة، "والأرض"، أي: وأهل الأرض، والمراد بهم: الإنس والجن وجميع الحيوانات، "حتى النملة في جحرها"، أي: مسكنها في باطن الأرض، وقيل: ثقبها الذي تأوي إليه أينما وجد، "وحتى الحوت"، أي: الذي يكون في أعالي البحار، "ليصلون"، أي: يدعون بالخير، "على معلم الناس الخير"، أي: للعالم؛ وذلك لنشره للعلم بين الناس، والمراد بالخير هنا: هو علم الدين الذي هو أنفع لهم وما به النجاة، قيل: وفي هذا إشارة إلى وجه الأفضلية بأن نفع العلم متعد ونفع العبادة قاصر، مع أن العلم في نفسه فرض، وزيادة العبادة نافلة.
وفي هذا الحديث: الحث على تعليم الناس الخير.
وفيه: الحث على الحرص على العبادات المتعدية في النفع للغير.

وفيه: بيان لتفاوت الصحابة رضي الله عنهم بعضهم على بعض في الأفضلية. 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers