Hadits Arbain ke-40: Nasehat Menghadapi Kehidupan Dunia
Bismillahirrahmanirrahim.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk duduk dalam majelis ilmu ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, teladan kita dalam setiap sisi kehidupan, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Hari ini kita akan mengkaji sebuah hadits yang sangat mendalam dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma. Hadits ini berisi nasihat Rasulullah ﷺ yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.
Coba kita bayangkan posisi seorang musafir atau orang asing. Mereka tidak pernah merasa sepenuhnya melekat pada tempat yang mereka kunjungi. Mereka tidak membawa semua harta benda atau kekayaan yang mereka miliki karena mereka tahu bahwa perjalanan ini sementara. Demikian pula Rasulullah ﷺ mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan persinggahan sementara dalam perjalanan menuju akhirat.
Mari kita membacakan haditsnya:
-----
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dia berkata:
أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي، فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا
كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ: إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ،
وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.
Rasulullah ﷺ mengambil pundakku dan berkata:
"Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau seperti seorang yang sedang
dalam perjalanan." Ibn Umar berkata: "Jika kamu telah memasuki waktu
sore, janganlah menunggu hingga pagi. Dan jika kamu telah memasuki waktu pagi,
janganlah menunggu hingga sore. Ambillah dari kesehatanmu untuk menghadapi
sakitmu, dan ambillah dari hidupmu untuk menghadapi matimu."
Artinya per kalimat:
أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي
Rasulullah ﷺ mengambil pundakku
فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ
غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
Lalu beliau berkata: 'Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau seperti seorang yang sedang dalam perjalanan
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ
Dan Ibn Umar berkata
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ
Jika kamu telah memasuki waktu sore, janganlah menunggu hingga pagi
وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ
الْمَسَاءَ
Dan jika kamu telah memasuki waktu pagi, janganlah menunggu hingga sore
وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ
Ambillah dari kesehatanmu untuk menghadapi sakitmu
وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
"Dan ambillah dari hidupmu untuk menghadapi
matimu.".
HR. Al-Bukhari (6416), at-Tirmidzi (2333), Ibnu Majah
(4114), Ahmad (4764)
Syarah Hadits
المُؤمِنُ يجعَلُ الدُّنْيَا دارَ عَمَلٍ
وَعِبَادَةٍ
Orang yang beriman menjadikan dunia sebagai tempat beramal
dan beribadah
لِيَحْصُدَ ثَوَابَ
ذَٰلِكَ فِي الآخِرَةِ
untuk memperoleh pahala tersebut di akhirat
لِأَنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ القَرَارِ،
Karena akhirat adalah tempat yang abadi,
وَلَيْسَتِ الدُّنْيَا
إِلَّا دَارًا فَانِيَةً سَتَنْتَهِي إِنْ عَاجِلًا أَوْ آجِلًا.
sedangkan dunia hanyalah tempat yang fana yang akan
berakhir, baik cepat atau lambat.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَرْوِي عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّٰهِ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّٰهِ صَلَّى
اللَّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْسَكَ بِمَنْكِبِهِ -وَالْمَنْكِبُ: مَجْمَعُ
الْعَضُدِ وَالْكُتِفِ-
Dalam hadits ini, Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma
meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ memegang pundaknya -dan pundak adalah
pertemuan antara lengan dan bahu-.
لِتَنْبِيهِهِ إِلَى التَّوَجُّهِ إِلَيْهِ،
Untuk memberinya perhatian agar dia fokus pada apa yang
akan diberitahukan kepadanya,
وَلِيَجْعَلَهُ فِي
اهْتِمَامٍ لِمَا سَيُوصِيهِ بِهِ،
dan untuk membuatnya lebih memperhatikan nasehat yang akan disampaikan kepadanya
وَقَالَ صَلَّى اللَّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَاعِظًا لَهُ: «كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ»
Dan beliau ﷺ berkata sambil memberi nasehat kepadanya: "Jadilah di dunia seakan-akan kamu seorang yang asing
قَدِمَ بَلَدًا لَا مَسْكَنَ لَهُ فِيهِ
يُؤْوِيهِ،
Seorang yang datang ke suatu tempat yang tidak memiliki
tempat tinggal di sana untuk menampungnya,
وَلَا سَاكِنَ يُسَلِّيهِ
dan tidak ada seorang pun yang bisa menenangkannya,
، خَالٍ عَنْ الْأَهْلِ وَالْعِيَالِ وَالْعَلَائِقِ،
yang jauh dari keluarga, anak-anak, dan hubungan-hubungan
lain
الَّتِي هِيَ سَبَبُ
الْاشْتِغَالِ عَنْ الْخَالِقِ
yang dapat menyebabkan seseorang sibuk dan lalai dari Tuhan
«أَوْ عَابِرَ سَبِيلٍ» أَي: أَوْ كُنْ كَالَّذِي خَرَجَ
مُسَافِرًا يَمُرُّ بِالْبِلَادِ غَيْرَ مُتَوَقِّفٍ فِيهَا إِلَّا لِيَتَزَوَّدَ
مِنْهَا
"Atau seperti seorang yang sedang dalam perjalanan yang melewati kota-kota tanpa berhenti, kecuali untuk mengambil bekal darinya"
فَعَابِرُ السَّبِيلِ أَشَدُّ زُهْدًا فِي
مُغْرِيَاتِ طَرِيقِهِ مِنَ الْغَرِيبِ
Seorang yang sedang dalam perjalanan lebih jauh dari ketertarikan pada godaan-godaan di sepanjang jalannya dibandingkan dengan orang asing
لِأَنَّ الْغَرِيبَ قَدْ يَسْكُنُ فِي بِلَادِ
الْغُرْبَةِ وَيُقِيمُ فِيهَا،
Karena orang asing mungkin tinggal di negeri asing dan
menetap di sana,
بِخِلافِ عَابِرِ
السَّبِيلِ الْقَاصِدِ لِلْبَلَدِ،
berbeda dengan seorang yang sedang dalam perjalanan yang
tujuannya ke kota tersebut
وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ
بَلَدِهِ مَسَافَاتٌ شَاسِعَةٌ
dan antara dirinya dengan tanah kelahirannya ada jarak yang jauh
وَهُوَ فِي حَالَةِ تَخَفُّفٍ دَائِمَةٍ مِنَ
الْأَثْقَالِ
Dia selalu dalam keadaan ringan, tidak membawa beban yang
berat,
حَتَّى لَا تُعِيقَهُ أَوْ
تُؤَخِّرَهُ عَنْ بُلُوغِ مَقْصِدِهِ
agar tidak menghalangi atau menunda perjalanan dan tujuannya
وَقِيلَ: إِنَّ «أَوْ» لِلْإِضْرَابِ بِمَعْنَى «بَلْ»،
Dan ada yang berkata bahwa "atau" ini digunakan
untuk menyatakan kontras, dengan makna "tetapi",
وَالْمَعْنَى: بَلْ كُنْ
كَأَنَّكَ عَابِرُ سَبِيلٍ، وَهُوَ ارْتِفَاعٌ بِهِ إِلَى مَنزِلَةٍ أَعْلَى فِي
الزُّهْدِ مِن مَنزِلَةِ الْغَرِيبِ
Dan artinya: "Tetaplah seperti seorang yang sedang dalam perjalanan", yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam sikap zuhud daripada orang asing
وَالْمَرَادُ: أَنَّ عَلَى الْمُؤْمِنِ أَنْ
يَسْتَحْضِرَ فِي قَلْبِهِ دَائِمًا حَالَةَ الْغَرِيبِ أَوْ الْمُسَافِرِ
Dan maksudnya adalah seorang yang beriman harus selalu
menghadirkan dalam hatinya keadaan orang asing atau musafir
لِحَاجَتِهِ وَغَايَتِهِ فِي تَعَامُلِهِ مَعَ
شَهَوَاتِ الدُّنْيَا وَمُتَطَلَّبَاتِهَا
untuk kebutuhan dan tujuannya dalam berhadapan dengan keinginan dunia dan keperluannya
لِيَصِلَ بِذَٰلِكَ إِلَى آخِرَتِهِ -الَّتِي
هِيَ دَارُ إِقَامَتِهِ الدَّائِمَةِ- فِي أَسْلَمِ حَالٍ؛
Agar ia sampai kepada akhiratnya -yang merupakan tempat
tinggalnya yang abadi- dalam keadaan yang terbaik;
فَهُوَ لَا يَرْكَنُ إِلَى
الدُّنْيَا، بَلْ يُعَلِّقُ قَلْبَهُ بِالدَّارِ الْآخِرَةِ
Maka dia tidak bergantung pada dunia, tetapi hatinya selalu
terikat pada negeri akhirat.
فَإِذَا فَاجَأَهُ الْمَوْتُ كَانَ كَمَنْ
وَصَلَ إِلَى غَايَتِهِ
Sehingga jika kematian menjemputnya, ia seperti orang yang telah sampai pada tujuannya
وَقَدْ تَعَلَّمَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ
اللَّٰهِ عَنْهُمَا هَذَا الدَّرْسَ وَوَعَاهُ جَيِّدًا،
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma mempelajari
pelajaran ini dan memahaminya dengan baik,
فَكَانَ يَقُولُ
لِنَفْسِهِ وَلِغَيْرِهِ: «إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنتَظِرِ الصَّبَاحَ»
Maka dia selalu berkata pada dirinya sendiri dan orang lain: "Jika kamu telah sore hari, janganlah menunggu pagi".
بِأَلَّا تُؤَخِّرَ عَمَلًا مِنَ الطَّاعَاتِ
إِلَى الصَّبَاحِ؛
Jangan menunda-nunda amal dari ibadah hingga pagi hari,
فَلَعَلَّكَ تَكُونُ مِنْ
أَهْلِ القُبُورِ
karena bisa jadi kamu termasuk orang yang sudah berada di kuburan
وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تُؤَخِّرْ عَمَلَ
الْخَيْرِ إِلَى الْمَسَاءِ؛ فَقَدْ يُعَاجِلُكَ الْمَوْتُ
Dan jika kamu sudah pagi, jangan menunda-nunda amal kebaikan hingga sore hari, karena bisa jadi kematian datang mendahului
وَاغْتَنِمِ الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ فِي
الصِّحَّةِ قَبْلَ أَنْ يَحُولَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا الْمَرَضُ
Manfaatkan waktu sehatmu untuk beramal shalih sebelum penyakit menghalangimu
وَاغْتَنِمْ حَيَاتَكَ فِي الدُّنْيَا،
فَاجْمَعْ فِيهَا مَا يَنفَعُكَ بَعْدَ مَوْتِكَ
Manfaatkan hidupmu di dunia untuk mengumpulkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupanmu setelah mati
وَفِي الْحَدِيثِ: أَنَّ التَّفْكِيرَ فِي
فَنَاءِ الدُّنْيَا وَعَدَمِ دَوَامِهَا يُؤَدِّي بِالْعَبْدِ إِلَى
الْاسْتِقَامَةِ، وَالْمُوَاظَبَةِ عَلَى صَارِحِ الْأَعْمَالِ
Dalam hadits ini (ada pelajaran bahwa) sesungguhnya berpikir tentang kefanaan dunia dan ketidakkekalannya membawa seorang hamba kepada keteguhan dan konsistensi dalam melakukan amal shalih
وَفِيهِ: الْحَثُّ عَلَى التَّشَبُّهِ
بِالْغَرِيبِ وَعَابِرِ السَّبِيلِ؛ فَكِلاهُمَا لَا يَلْتَفِتُ إِلَى الدُّنْيَا
Dalam hadits ini, terdapat anjuran untuk meneladani orang
asing dan musafir, karena keduanya tidak
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/86351
Pelajaran dari hadits ini
Dunia Sebagai Tempat Amal dan Ibadah:
- Seorang mukmin seharusnya memandang dunia sebagai tempat untuk beramal dan beribadah, dengan tujuan untuk meraih pahala di akhirat. Dunia ini bukanlah tempat yang abadi dan pasti akan berakhir, sedangkan akhirat adalah tempat yang kekal dan abadi. Ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kenikmatan duniawi yang sementara dan fokus pada tujuan yang lebih mulia, yaitu akhirat.
Nasihat Nabi Muhammad kepada Abdullah bin Umar:
- Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ memegang pundak Abdullah bin Umar untuk menekankan pentingnya nasihat yang akan disampaikan. Nabi ﷺ mengajarkan untuk menjadikan dunia sebagai tempat sementara, layaknya seorang asing yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, atau seperti seorang musafir yang hanya berhenti sejenak untuk melanjutkan perjalanan. Ini adalah gambaran bagaimana seharusnya sikap seorang mukmin terhadap dunia; tidak terikat dengan kenyamanan dunia dan selalu siap untuk berpindah ke tujuan akhirat.
Sikap Seperti Orang Asing dan Musafir:
- Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk hidup di dunia seperti seorang asing atau musafir, yang tidak terlalu berpegang pada dunia ini karena ia hanya akan singgah sementara. Hal ini mengajarkan kita untuk menjaga sikap zuhud, tidak terlalu terikat pada dunia, dan selalu mengingat bahwa kehidupan dunia hanya sementara, dan tujuan utama adalah akhirat.
Zuhud dan Kesiapan Menghadapi Kematian:
- Hadits ini menekankan pentingnya sikap zuhud (menjauhkan diri dari keterikatan dengan dunia) dan kesiapan menghadapi kematian kapan saja. Abdullah bin Umar, yang mempelajari pesan ini, selalu mengingatkan diri untuk tidak menunda amal baik, baik pada pagi maupun sore hari, karena kematian bisa datang kapan saja. Oleh karena itu, manfaatkan waktu yang ada untuk berbuat baik dan meningkatkan ibadah sebelum kematian datang.
Perhatian terhadap Waktu dan Kesehatan:
- Hadits ini juga mengajarkan kita untuk memanfaatkan waktu sehat kita untuk beramal baik, sebelum penyakit atau halangan datang. Hidup yang penuh dengan amal shalih adalah bekal utama untuk kehidupan setelah mati.
Menghadapi Kehidupan Dunia dengan Hati yang Tertuju pada Akhirat:
- Pesan utama dari hadits ini adalah agar seorang mukmin selalu menghadirkan dalam hatinya kenyataan bahwa dunia adalah tempat yang sementara, dan fokuslah pada akhirat. Sebagai orang yang percaya pada hari kiamat, kita seharusnya tidak terlalu menikmati dunia secara berlebihan, melainkan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat.
Mencari Kebaikan dan Tidak Menunda-Nunda:
- Hadits ini mengajarkan untuk tidak menunda-nunda amal baik. Jika sudah berada di waktu tertentu (seperti pagi atau sore), jangan menunda amal ibadah karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang. Menggunakan waktu dengan baik adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Tafakkur tentang Kefanaan Dunia:
- Pemikiran tentang kefanaan dunia ini seharusnya membawa kita kepada kesadaran akan pentingnya amal yang akan memberikan manfaat di akhirat. Dengan menyadari bahwa dunia akan berakhir, seorang hamba seharusnya semakin berfokus pada tujuan akhirat, yakni kehidupan yang abadi dan mulia di sisi Allah.
Mencontohkan Sikap Zuhud Seperti Orang Asing dan Musafir:
- Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk meneladani sikap orang asing dan musafir yang tidak terikat pada dunia dan hanya berfokus pada tujuan mereka. Mereka tidak terpengaruh oleh kenikmatan dunia dan selalu fokus pada tujuan akhir mereka.
Kesimpulan:
Hadits ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat dengan dunia, menjaga sikap zuhud, memanfaatkan waktu dengan baik, beramal untuk kehidupan akhirat, dan selalu siap menghadapi kematian. Kita juga diajarkan untuk meneladani sikap orang asing dan musafir dalam hal tidak bergantung pada dunia.
----- Penutup Kajian -----
Hadirin sekalian,
Melalui hadits ini, kita diajak untuk hidup dengan kesadaran penuh bahwa waktu adalah anugerah yang sangat berharga. Mari kita gunakan waktu yang kita miliki untuk memperbanyak amal shalih, mendekatkan diri kepada Allah, dan mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mengamalkan nasihat Rasulullah ﷺ ini dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
المؤمن يجعل الدنيا دار عمل وعبادة ليحصد ثواب ذلك في الآخرة؛ لأن الآخرة
هي دار القرار، وليست الدنيا إلا دارا فانية ستنتهي إن عاجلا أو آجلا.
وفي هذا الحديث يروي عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم أمسك بمنكبه -والمنكب: مجمع العضد والكتف-؛ لتنبيهه إلى التوجه إليه،
وليجعله في اهتمام لما سيوصيه به، وقال صلى الله عليه وسلم واعظا له: «كن في
الدنيا كأنك غريب» قدم بلدا لا مسكن له فيه يؤويه، ولا ساكن يسليه، خال عن الأهل
والعيال والعلائق، التي هي سبب الاشتغال عن الخالق، «أو عابر سبيل» أي: أو كن
كالذي خرج مسافرا يمر بالبلاد غير متوقف فيها إلا ليتزود منها؛ فعابر السبيل أشد
زهدا في مغريات طريقه من الغريب؛ لأن الغريب قد يسكن في بلاد الغربة ويقيم فيها،
بخلاف عابر السبيل القاصد للبلد، وبينه وبين بلده مسافات شاسعة، وهو في حالة تخفف
دائمة من الأثقال حتى لا تعيقه أو تؤخره عن بلوغ مقصده. وقيل: إن «أو» للإضراب
بمعنى «بل»، والمعنى: بل كن كأنك عابر سبيل، وهو ارتفاع به إلى منزلة أعلى في الزهد
من منزلة الغريب.
والمراد: أن على المؤمن أن يستحضر في قلبه دائما حالة الغريب أو المسافر
لحاجته وغايته في تعامله مع شهوات الدنيا ومتطلباتها؛ ليصل بذلك إلى آخرته -التي
هي دار إقامته الدائمة- في أسلم حال؛ فهو لا يركن إلى الدنيا، بل يعلق قلبه بالدار
الآخرة، فإذا فاجأه الموت كان كمن وصل إلى غايته.
وقد تعلم ابن عمر رضي الله عنهما هذا الدرس ووعاه جيدا، فكان يقول لنفسه
ولغيره: «إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح»؛ بألا تؤخر عملا من الطاعات إلى الصباح؛
فلعلك تكون من أهل القبور، وإذا أصبحت فلا تؤخر عمل الخير إلى المساء؛ فقد يعاجلك
الموت، واغتنم الأعمال الصالحة في الصحة قبل أن يحول بينك وبينها المرض، واغتنم
حياتك في الدنيا، فاجمع فيها ما ينفعك بعد موتك.
وفي الحديث: أن التفكير في فناء الدنيا وعدم دوامها يؤدي بالعبد إلى
الاستقامة، والمواظبة على صالح الأعمال.
وفيه: الحث على التشبه بالغريب وعابر السبيل؛ فكلاهما لا يلتفت إلى الدنيا.