Hadits: Barang Temuan (Luqathah)

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah ﷻ, Rabb semesta alam. Dialah yang mengatur seluruh urusan makhluk-Nya dengan penuh hikmah dan keadilan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan berbagai barang yang tercecer atau hilang. Bagaimana sikap seorang Muslim ketika menemukan barang yang bukan miliknya? Apakah boleh langsung mengambilnya? Ataukah ada aturan dalam Islam mengenai hal ini?

Hadits yang akan kita kaji hari ini memberikan tuntunan jelas tentang hukum luqathah, yaitu barang temuan. Rasulullah ﷺ menjelaskan bagaimana cara memperlakukan barang yang ditemukan, baik itu berupa emas, perak, hewan ternak, atau benda lainnya. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur etika dan hukum dalam menjaga hak kepemilikan, mencegah kecurangan, serta menumbuhkan sifat amanah dalam diri seorang Muslim.

Mari kita kaji bersama hadits tentang barang temuan ini:

-----

Hadits 1:

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu’anhuma, dia berkata:

سُئِلَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ عَنِ اللُّقَطَةِ، الذَّهَبِ، أَوِ الوَرِقِ؟ فَقالَ: اعْرِفْ وِكَاءَهَا وَعِفَاصَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً، فإنْ لَمْ تَعْرِفْ فَاسْتَنْفِقْهَا، وَلْتَكُنْ وَدِيعَةً عِنْدَكَ، فإنْ جَاءَ طَالِبُهَا يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ فأدِّهَا إلَيْهِ، وَسَأَلَهُ عن ضَالَّةِ الإبِلِ، فَقالَ: ما لكَ وَلَهَا، دَعْهَا، فإنَّ معهَا حِذَاءَهَا وَسِقَاءَهَا، تَرِدُ المَاءَ، وَتَأْكُلُ الشَّجَرَ، حتَّى يَجِدَهَا رَبُّهَا، وَسَأَلَهُ عَنِ الشَّاةِ، فَقالَ: خُذْهَا، فإنَّما هي لَكَ، أَوْ لأَخِيكَ، أَوْ لِلذِّئْبِ. وفي رواية: أنَّ رَجُلًا سَأَلَ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عن ضَالَّةِ الإبِلِ، زَادَ رَبِيعَةُ: فَغَضِبَ حتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ، وَاقْتَصَّ الحَدِيثَ بنَحْوِ حَديثِهِمْ. وَزَادَ: فإنْ جَاءَ صَاحِبُهَا فَعَرَفَ عِفَاصَهَا، وَعَدَدَهَا وَوِكَاءَهَا، فأعْطِهَا إيَّاهُ وإلَّا فَهي لَكَ.

Arti per kalimat:

سُئِلَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ عَنِ اللُّقَطَةِ، الذَّهَبِ، أَوِ الوَرِقِ؟
Rasulullah ditanya tentang barang temuan berupa emas atau perak.

فَقالَ: اعْرِفْ وِكَاءَهَا وَعِفَاصَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً،
Beliau bersabda, "Kenalilah tali pengikatnya dan bungkusnya, kemudian umumkan selama satu tahun."

فإنْ لَمْ تَعْرِفْ فَاسْتَنْفِقْهَا، وَلْتَكُنْ وَدِيعَةً عِنْدَكَ،
"Jika tidak ada yang mengenalinya, gunakanlah, tetapi tetap anggap sebagai titipan di tanganmu."

فإنْ جَاءَ طَالِبُهَا يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ فأدِّهَا إلَيْهِ،
"Jika suatu saat pemiliknya datang dan mengenalinya, maka serahkanlah kepadanya."

وَسَأَلَهُ عن ضَالَّةِ الإبِلِ، فَقالَ: ما لكَ وَلَهَا، دَعْهَا،
Beliau juga ditanya tentang unta yang hilang. Maka beliau bersabda, "Apa urusanmu dengannya? Biarkan saja."

فإنَّ معهَا حِذَاءَهَا وَسِقَاءَهَا، تَرِدُ المَاءَ، وَتَأْكُلُ الشَّجَرَ، حتَّى يَجِدَهَا رَبُّهَا،
"Karena ia membawa alas kakinya (kuku kakinya) dan tempat airnya, ia akan mendatangi sumber air dan memakan tumbuhan hingga pemiliknya menemukannya."

وَسَأَلَهُ عَنِ الشَّاةِ، فَقالَ: خُذْهَا، فإنَّما هي لَكَ، أَوْ لأَخِيكَ، أَوْ لِلذِّئْبِ.
Beliau ditanya tentang kambing yang hilang. Beliau bersabda, "Ambillah, karena itu untukmu, atau untuk saudaramu, atau untuk serigala."

وفي رواية: أنَّ رَجُلًا سَأَلَ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عن ضَالَّةِ الإبِلِ،
Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang lelaki bertanya kepada Nabi tentang unta yang hilang.

زَادَ رَبِيعَةُ: فَغَضِبَ حتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ، وَاقْتَصَّ الحَدِيثَ بنَحْوِ حَديثِهِمْ.
Rabi'ah menambahkan, "Beliau marah hingga wajahnya memerah, lalu beliau menyebutkan hadis dengan makna serupa."

وَزَادَ: فإنْ جَاءَ صَاحِبُهَا فَعَرَفَ عِفَاصَهَا، وَعَدَدَهَا وَوِكَاءَهَا، فأعْطِهَا إيَّاهُ وإلَّا فَهي لَكَ.
Ia juga menambahkan, "Jika pemiliknya datang, mengenali bungkusnya, jumlahnya, dan tali pengikatnya, maka berikan kepadanya. Jika tidak, maka itu menjadi milikmu."

HR Al-Bukhari (2428) dan Muslim (1722)


Hadits 2:

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu’anhu, dia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إلى رَسولِ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَسَأَلَهُ عَنِ اللُّقَطَةِ، فَقَالَ: اعْرِفْ عِفَاصَهَا ووِكَاءَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً، فإنْ جَاءَ صَاحِبُهَا وإلَّا فَشَأْنَكَ بهَا، قَالَ: فَضَالَّةُ الغَنَمِ؟ قَالَ: هي لكَ أوْ لأخِيكَ أوْ لِلذِّئْبِ، قَالَ: فَضَالَّةُ الإبِلِ؟ قَالَ: ما لكَ ولَهَا؟! معهَا سِقَاؤُهَا وحِذَاؤُهَا، تَرِدُ المَاءَ، وتَأْكُلُ الشَّجَرَ حتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا

Arti per kalimat:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَسَأَلَهُ عَنِ اللُّقَطَةِ،

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah lalu bertanya tentang hukum barang temuan (luqaṭhah).

فَقَالَ: اعْرِفْ عِفَاصَهَا ووِكَاءَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً،

Rasulullah   bersabda, Kenalilah ikatannya dan wadahnya, lalu umumkan selama setahun.

فَإِنْ جَاءَ صَاحِبُهَا وإِلَّا فَشَأْنَكَ بِهَا

Jika pemiliknya datang, maka kembalikanlah kepadanya; jika tidak, maka hendaklah kamu memanfaatkannya.

قَالَ: فَضَالَّةُ الغَنَمِ؟

Orang itu bertanya: Bagaimana dengan domba yang tersesat?

قَالَ: هِيَ لَكَ أَوْ لِأَخِيكَ أَوْ لِلذِّئْبِ

Rasulullah bersabda: Domba itu (miliki) untukmu, atau untuk saudaramu, atau untuk serigala.

قَالَ: فَضَالَّةُ الإِبِلِ؟

Dia bertanya lagi: Bagaimana dengan unta yang tersesat?

قَالَ: مَا لَكَ وَلَهَا؟! مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا، تَرِدُ الْمَاءَ، وَتَأْكُلُ الشَّجَرَ حَتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا

Rasulullah menjawab: Apakah kamu memiliki klaim terhadapnya? Dia datang dengan air minum dan alas kakinya; dia bisa minum air dan makan daun-daun sampai pemiliknya menemukannya.

HR. Al-Bukhari (2372) dan Muslim (1722)


Syarah Hadits


مِن مَقَاصِدِ الشَّرِيعَةِ العُظْمَى
Di antara tujuan besar syariat...

الحِفَاظُ عَلَى أَمْوَالِ النَّاسِ وَصَوْنُهَا مِنَ النَّهْبِ وَالسَّرِقَةِ وَالضَّيَاعِ
...adalah menjaga harta manusia dan melindunginya dari perampasan, pencurian, dan kehilangan...

أَوْ أَنْ يَطْمَعَ فِيهَا أَحَدُهُمْ عِنْدَ فَقْدِهَا
...atau agar tidak ada yang berambisi memilikinya saat hilang.

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُكْمَ اللُّقَطَةِ وَضَالَّةِ الحَيَوَانِ
Dalam hadis ini, Nabi menjelaskan hukum barang temuan dan hewan yang tersesat.

فَيَرْوِي زَيْدُ بْنُ خَالِدٍ الجُهَنِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ جَاءَ رَجُلٌ - قِيلَ: اسْمُهُ عُمَيْرٌ أَبُو مَالِكٍ - إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid Al-Juhani ra. bahwa seorang laki-laki –dikatakan namanya adalah Umair Abu Malik– datang kepada Rasulullah ...

فَسَأَلَهُ عَنِ اللُّقَطَةِ، كَيْفَ يَتَعَامَلُ مَعَهَا؟ وَمَا يَحِلُّ لَهُ فِيهَا وَمَا لَا يَحِلُّ؟
...kemudian ia bertanya kepada beliau tentang barang temuan: bagaimana memperlakukannya? Apa yang halal dan apa yang tidak halal baginya?

وَاللُّقَطَةُ: هِيَ مَا يُلْتَقَطُ مِنَ الأَرْضِ مِنَ الأَشْيَاءِ وَالأَمْتِعَةِ المُحْتَرَمَةِ، المَمْلُوكَةِ لآدَمِيٍّ، غَيْرِ المُحْرَزَةِ، وَلَا مُمتَنِعَةٍ بِقُوَّتِهَا
Barang temuan adalah sesuatu yang ditemukan di tanah, berupa barang atau peralatan yang berharga, milik seseorang, yang tidak dalam penjagaan dan tidak bisa melindungi dirinya sendiri dengan kekuatan.


فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اعْرِفْ عِفَاصَهَا وَوِكَاءَهَا»
Maka Rasulullah bersabda: 'Kenalilah wadahnya dan pengikatnya...'

وَالعِفَاصُ: هُوَ الوِعَاءُ الَّذِي تَكُونُ فِيهِ، وَالوِكَاءُ: هُوَ الخَيْطُ الَّذِي يُربَطُ بِهِ وِعَاؤُهَا
Wadahnya adalah tempat barang tersebut disimpan, dan pengikatnya adalah tali yang mengikat wadahnya.

فَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَهَا أَنْ يَعْرِفَ مُوَاصَفَاتِهَا مَعْرِفَةً جَيِّدَةً مِنْ غَيْرِ شَكٍّ
Nabi memerintahkan orang yang menemukannya agar mengenali sifat-sifat barang tersebut dengan baik, tanpa keraguan...

وَالحِكْمَةُ فِي ذَلِكَ: أَنْ يَعْرِفَ صِدْقَ وَاصِفِهَا أَوْ كَذِبَهُ، وَلِئَلَّا تَخْتَلِطَ بِمَالِهِ
...hikmahnya adalah agar dapat mengetahui apakah deskripsi pemiliknya benar atau tidak, dan agar tidak tercampur dengan hartanya sendiri.


قَالَ: «ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً»
Beliau bersabda: 'Kemudian umumkan selama satu tahun.'

وَالمَقْصُودُ بِالتَّعْرِيفِ: أَنْ يُخْبِرَ عَنْهَا فِي التَّجَمُّعَاتِ وَالأَمَاكِنِ الَّتِي يَظُنُّ أَنَّهُ يَجِدُ صَاحِبَهَا فِيهَا
Yang dimaksud dengan pengumuman adalah menginformasikannya di tempat-tempat berkumpul dan lokasi yang diyakini dapat menemukan pemiliknya.

«فَإِنْ جَاءَ صَاحِبُهَا» قَبْلَ الفَرَاغِ مِنَ التَّعْرِيفِ أَوْ بَعْدَهُ، فَأَدِّهَا إِلَيْهِ
'Jika pemiliknya datang, baik sebelum selesai pengumuman atau setelahnya, maka serahkan kepadanya.'

«وَإِلَّا فَشَأْنَكَ بِهَا» أَيْ: فَإِنْ لَمْ يَأْتِ صَاحِبُهَا فَهِيَ لِمَنْ وَجَدَهَا، يَفْعَلُ بِهَا مَا أَرَادَ
'Jika tidak ada yang datang, maka milikmu barang itu,' yaitu, jika pemiliknya tidak datang, barang tersebut menjadi milik orang yang menemukannya, yang boleh memperlakukannya sesuai kehendaknya.


ثُمَّ سَأَلَ الرَّجُلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ضَالَّةِ الغَنَمِ
Kemudian lelaki tersebut bertanya kepada Nabi tentang kambing yang tersesat.

وَالضَّالَّةُ: هِيَ الضَّائِعَةُ مِنْ كُلِّ مَا يُقْتَنَى مِنَ الحَيَوَانِ وَغَيْرِهِ
Hewan yang tersesat adalah yang hilang dari semua jenis hewan peliharaan dan lainnya.

فَقَالَ لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَكُونُ مِلْكَكَ إِنْ أَخَذْتَهَا وَعَرَّفْتَهَا وَلَمْ تَجِدْ صَاحِبَهَا
Maka Rasulullah bersabda kepadanya: 'Hewan tersebut menjadi milikmu jika engkau mengambilnya, mengumumkannya, dan tidak menemukan pemiliknya.'

أَوْ لِأَخِيكَ، أَيْ: يَلْتَقِطُهَا غَيْرُكَ
'Atau milik saudaramu,' yaitu, orang lain yang menemukannya.

أَوْ أَنَّهَا تَبْقَى ضَالَّةً حَتَّى يَفْتَرِسَهَا وَيَأْكُلَهَا الذِّئْبُ
'Atau ia tetap tersesat hingga dimangsa dan dimakan oleh serigala.'

فَضَالَّةُ الغَنَمِ هِيَ رِزْقُ مَنْ وَجَدَهَا إِذَا عَرَفَهَا وَلَمْ يَأْتِ صَاحِبُهَا
Maka, kambing yang tersesat adalah rezeki bagi siapa saja yang menemukannya, jika ia telah mengumumkannya dan pemiliknya tidak datang.

ثُمَّ سَأَلَ الرَّجُلُ عَنْ حُكْمِ ضَالَّةِ الإِبِلِ
Kemudian seorang lelaki bertanya tentang hukum unta yang tersesat.

فَقَالَ لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا لَكَ وَلَهَا؟
Maka Rasulullah bersabda kepadanya: Apa urusanmu dengannya?!

وَهَذَا اِسْتِنْكَارٌ مِنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَخْذِ ضَالَّةِ الإِبِلِ
Ini adalah bentuk pengingkaran dari Rasulullah terhadap pengambilan unta yang tersesat.

وَفِي رِوَايَةِ الصَّحِيحَيْنِ: فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ
Dalam riwayat dari kedua kitab shahih disebutkan: Maka beliau marah hingga kedua pipinya memerah.

قِيلَ: إِنَّمَا كَانَ غَضَبُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ السُّؤَالِ عَنْ ضَالَّةِ الإِبِلِ اِسْتِقْصَارًا لِعِلْمِ السَّائِلِ
Dikatakan bahwa kemarahan Rasulullah saat ditanya tentang unta yang tersesat adalah karena kurangnya pengetahuan si penanya.

وَسُوءِ فَهْمِهِ
Dan karena kesalahpahaman si penanya.

إِذْ لَمْ يُرَاعِ الْمَعْنَى الْمُشَارَ إِلَيْهِ
Karena dia tidak memperhatikan makna yang ditunjukkan.

وَلَمْ يَتَنَبَّهْ لَهُ
Dan tidak menyadarinya.

فَقَاسَ الشَّيْءَ عَلَى غَيْرِ نَظِيرِهِ
Lalu dia membuat analogi sesuatu dengan yang tidak sebanding.

فَإِنَّ اللُّقَطَةَ إِنَّمَا هِيَ اِسْمٌ لِلشَّيْءِ الَّذِي يَسْقُطُ مِنْ صَاحِبِهِ وَلَا يَدْرِي أَيْنَ مَوْضِعُهُ؟
Karena sesungguhnya istilah barang temuan adalah sesuatu yang terjatuh dari pemiliknya dan pemiliknya tidak tahu di mana tempatnya.

وَضَالَّةُ الإِبِلِ لَيْسَتْ كَذَلِكَ
Sedangkan unta yang tersesat tidak seperti itu.

لِأَنَّهَا قَدْ تَرْعَى أَيَّامًا، ثُمَّ تَعُودُ إِلَى مَكَانِهَا الَّذِي تَعْرِفُهُ أَوْ يَأْتِي صَاحِبُهَا فَيَأْخُذُهَا
Karena ia bisa merumput selama beberapa hari, lalu kembali ke tempat yang ia kenali atau pemiliknya datang dan mengambilnya.


وَقَدْ بَيَّنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّبَبَ فِي ذَلِكَ بِقَوْلِهِ: «مَعَهَا سِقَاؤُهَا»
Rasulullah telah menjelaskan alasannya dengan sabda beliau: Ia membawa kantong airnya.

أَيْ: جَوْفُهَا
Yakni perutnya.

فَإِذَا وَرَدَتِ الْمَاءَ شَرِبَتْ مَا يَكْفِيهَا حَتَّى تَرِدَ مَاءً آخَرَ
Ketika ia mendatangi sumber air, ia minum sebanyak yang mencukupinya hingga mendatangi sumber air lainnya.

أَوِ الْمُرَادُ بِالسِّقَاءِ: الْعُنُقُ
Atau yang dimaksud dengan kantong air adalah lehernya.

لِأَنَّهَا تَرِدُ الْمَاءَ وَتَشْرَبُ مِنْ غَيْرِ سَاقٍ يَسْقِيهَا
Karena ia mendatangi sumber air dan minum tanpa ada orang yang memberinya minum.

أَوْ أَرَادَ أَنَّهَا أَجْلَدُ الْبَهَائِمِ عَلَى الْعَطَشِ
Atau yang dimaksud adalah bahwa ia adalah hewan yang paling tahan terhadap haus.

وَمَعَهَا حِذَاؤُهَا، وَهُوَ خُفُّهَا
Dan ia membawa alas kakinya, yakni telapak kakinya.

أَيْ: تَقْوَى بِأَخْفَافِهَا عَلَى السَّيْرِ وَقَطْعِ الْبِلَادِ الشَّاسِعَةِ وَوُرُودِ الْمِيَاهِ النَّائِيَةِ
Yakni ia mampu berjalan dengan telapak kakinya melewati negeri-negeri yang luas dan mendatangi sumber-sumber air yang jauh.

فَشَبَّهَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْ كَانَ مَعَهُ سِقَاءٌ وَحِذَاءٌ فِي سَفَرِهِ
Maka Rasulullah menyerupakannya dengan seseorang yang membawa kantong air dan alas kaki dalam perjalanannya.

«تَرِدُ الْمَاءَ وَتَأْكُلُ الشَّجَرَ»
Ia mendatangi air dan memakan dedaunan.

أَيْ: تَأْتِي الْمَاءَ فَتَشْرَبُ، وَتَأْكُلُ مِنْ نَبَاتِ الْأَرْضِ، حَتَّى يَجِدَهَا صَاحِبُهَا
Yakni ia mendatangi sumber air lalu minum, dan memakan tumbuhan di tanah hingga pemiliknya menemukannya.


وَذَلِكَ هُوَ الْفَرْقُ بَيْنَ الإِبِلِ وَالْغَنَمِ
Itulah perbedaan antara unta dan kambing.

أَنَّ الإِبِلَ تَمْلِكُ مِنَ الْقُوَّةِ مَا تَسْتَطِيعُ بِهِ الْحِفَاظَ عَلَى حَيَاتِهَا إِلَى أَنْ يَجِدَهَا صَاحِبُهَا
Bahwa unta memiliki kekuatan yang memungkinkannya menjaga hidupnya hingga pemiliknya menemukannya.

بِخِلَافِ الْغَنَمِ؛ فَإِنَّهَا إِنْ شَرَدَتْ عَنْ رَاعِيهَا وَقَطِيعِهَا هَلَكَتْ
Berbeda dengan kambing; jika ia tersesat dari penggembalanya dan kawanannya, ia akan binasa.


وَفِي الْحَدِيثِ: مُرَاعَاةُ الإِسْلَامِ لِكُلِّ أُمُورِ الْحَيَاةِ
Dalam hadits ini terkandung pengajaran bahwa Islam memperhatikan setiap urusan kehidupan.

الَّتِي يَهْتَمُّ لَهَا الإِنسَانُ وَتَدْخُلُ فِي حَيَاتِهِ
Yang menjadi perhatian manusia dan masuk dalam kehidupannya.

سَوَاءٌ بِقَصْدٍ أَوْ بِغَيْرِ قَصْدٍ
Baik disengaja maupun tidak disengaja.

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/9233


Pelajaran dari hadits ini


Hadits ini mengandung berbagai pelajaran penting yang menunjukkan kesempurnaan syariat Islam dalam menjaga harta dan hak manusia, yaitu:


1. Penjagaan terhadap Harta dan Hak Milik

  • Salah satu tujuan utama syariat Islam adalah menjaga harta manusia dari kerusakan, kehilangan, atau penyalahgunaan.
  • Hadits ini menekankan pentingnya mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya melalui langkah-langkah yang jelas, seperti mengenali barang tersebut dan mengumumkannya di tempat yang tepat selama waktu tertentu.
  • Hukum mengenai barang temuan (luqatah) menegaskan kewajiban untuk menghormati hak milik orang lain, meskipun barang tersebut tidak sedang dijaga oleh pemiliknya.

2. Prosedur dalam Mengelola Barang Temuan

  • Pengidentifikasian Barang Temuan: Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan untuk mengenali ciri-ciri barang temuan secara detail, seperti a‘faṣ (wadah) dan wikā’ (pengikatnya).
    • Tujuan:
      • Agar orang yang mengklaim barang tersebut dapat diverifikasi kebenarannya.
      • Untuk menghindari pencampuran dengan harta si penemu.
  • Mengumumkan Barang Temuan: Barang tersebut harus diumumkan selama satu tahun di tempat-tempat yang memungkinkan pemiliknya mendengar kabar tentangnya.
  • Pemanfaatan Barang Setelah Masa Pengumuman: Jika dalam satu tahun pemilik tidak datang, barang tersebut boleh dimanfaatkan oleh si penemu. Namun, jika pemiliknya muncul di kemudian hari, barang tersebut tetap wajib dikembalikan.

3. Perbedaan Hukum antara Unta, Kambing, dan Barang Temuan Lainnya

  • Barang Temuan Lainnya: Wajib diumumkan selama satu tahun, dengan aturan yang sudah disebutkan.
  • Kambing yang Tersesat:
    • Kambing dapat diambil, karena kondisinya yang rentan. Jika tidak segera dijaga, ia berisiko dimangsa oleh predator.
    • Si penemu dapat memilikinya, mengumumkannya, atau menjaganya hingga pemiliknya datang.
  • Unta yang Tersesat:
    • Nabi ﷺ melarang mengambil unta yang tersesat, karena unta memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri.
    • Unta dapat bertahan hidup dengan makan rumput dan minum air, serta memiliki daya tahan terhadap perjalanan jauh.
    • Pemilik unta yang tersesat biasanya akan menemukannya, karena unta memiliki kebiasaan kembali ke tempat asalnya.

4. Keseimbangan dalam Penerapan Hukum

  • Nabi ﷺ membedakan hukum antara jenis barang temuan berdasarkan kondisinya:
    • Barang yang rentan rusak atau hilang, seperti kambing, perlu segera dijaga atau diambil.
    • Barang yang dapat menjaga dirinya sendiri, seperti unta, tidak boleh diambil karena pemiliknya masih memiliki kemungkinan besar untuk menemukannya.
  • Hal ini menunjukkan syariat Islam yang tidak kaku, tetapi memperhatikan realitas dan keadaan praktis.

5. Kesempurnaan Syariat dalam Mengatur Kehidupan Manusia

  • Hadits ini mengajarkan bahwa Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga semua aspek kehidupan, termasuk yang berkaitan dengan barang temuan, hewan peliharaan, dan hak milik.
  • Islam memberikan pedoman yang komprehensif tentang cara menjaga harmoni sosial, menghormati hak orang lain, dan memanfaatkan sesuatu secara adil.

6. Penghormatan terhadap Akal dan Pemahaman

  • Ketika Nabi ﷺ marah saat ditanya tentang hukum unta yang tersesat, ini menunjukkan betapa pentingnya memahami sesuatu sesuai konteksnya.
  • Kesalahan analogi yang dilakukan oleh si penanya menjadi pelajaran bahwa hukum tidak bisa diterapkan secara sembarangan tanpa memahami sifat dan karakteristik kasus yang bersangkutan.

7. Prinsip Keadilan dan Kemudahan

  • Nabi ﷺ tidak hanya memberi aturan, tetapi juga menjelaskan hikmah di balik aturan tersebut. Misalnya:
    • Unta tidak perlu diambil karena ia memiliki sumber daya untuk bertahan hidup.
    • Kambing boleh diambil untuk melindunginya dari bahaya.
  • Penjelasan ini menekankan keadilan Islam yang selaras dengan akal sehat dan realitas kehidupan.

Kesimpulan

Hadits ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, yang memperhatikan semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal harta benda. Islam menetapkan aturan yang tidak hanya melindungi hak individu, tetapi juga mencegah kerusakan sosial. Pelajaran yang dapat diambil mencakup pentingnya menjaga amanah, bertindak adil, dan memahami konteks hukum secara mendalam.

  


Penutup Kajian


Dari hadits ini, kita telah belajar bahwa dalam Islam, menemukan barang yang tercecer bukan sekadar "keberuntungan pribadi", tetapi ada tanggung jawab yang harus dipikul. Seorang Muslim diperintahkan untuk mengenali ciri-ciri barang tersebut, mengumumkannya selama setahun, dan mengembalikannya jika pemiliknya datang mencarinya. Adapun hewan yang hilang, terdapat hukum yang berbeda tergantung pada jenisnya.

Hadits ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya sifat amanah dan ketelitian dalam mengelola harta, baik milik sendiri maupun milik orang lain. Semoga dengan memahami hadits ini, kita semakin sadar akan tanggung jawab kita dalam menjaga hak sesama, sehingga hidup kita dipenuhi dengan keberkahan dan kejujuran.

Semoga Allah memberikan taufikNya kepada kita agar ilmu yang kita peroleh dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin yaa Rabbal 'Alamin.




Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


من مقاصد الشريعة العظمى الحفاظ على أموال الناس وصونها من النهب والسرقة والضياع، أو أن يطمع فيها أحدهم عند فقدها.

وفي هذا الحديث يبين النبي صلى الله عليه وسلم حكم اللقطة وضالة الحيوان، فيروي زيد بن خالد الجهني رضي الله عنه أنه جاء رجل -قيل: اسمه عمير أبو مالك- إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فسأله عن اللقطة، كيف يتعامل معها؟ وما يحل له فيها وما لا يحل؟ واللقطة: هي ما يلتقط من الأرض من الأشياء والأمتعة المحترمة، المملوكة لآدمي، غير المحرزة، ولا ممتنعة بقوتها. فقال صلى الله عليه وسلم: «اعرف عفاصها ووكاءها»، والعفاص: هو الوعاء الذي تكون فيه، والوكاء: هو الخيط الذي يربط به وعاؤها، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم من وجدها أن يعرف مواصفاتها معرفة جيدة من غير شك، والحكمة في ذلك: أن يعرف صدق واصفها أو كذبه، ولئلا تختلط بماله. قال: «ثم عرفها سنة»، والمقصود بالتعريف: أن يخبر عنها في التجمعات والأماكن التي يظن أنه يجد صاحبها فيها، «فإن جاء صاحبها» قبل الفراغ من التعريف أو بعده، فأدها إليه، «وإلا فشأنك بها»، أي: فإن لم يأت صاحبها فهي لمن وجدها، يفعل بها ما أراد، فإن جاء صاحبها في أي وقت بعد ذلك تؤدى إليه.

ثم سأل الرجل النبي صلى الله عليه وسلم عن ضالة الغنم، والضالة: هي الضائعة من كل ما يقتنى من الحيوان وغيره، فقال له صلى الله عليه وسلم: تكون ملكك إن أخذتها وعرفتها ولم تجد صاحبها، أو لأخيك، أي: يلتقطها غيرك، أو أنها تبقى ضالة حتى يفترسها ويأكلها الذئب، فضالة الغنم هي رزق من وجدها إذا عرفها ولم يأت صاحبها.

ثم سأل الرجل عن حكم ضالة الإبل، فقال له صلى الله عليه وسلم: «ما لك ولها؟!» وهذا استنكار منه صلى الله عليه وسلم لأخذ ضالة الإبل، وفي رواية الصحيحين: «فغضب حتى احمرت وجنتاه» قيل: إنما كان غضبه صلى الله عليه وسلم عند السؤال عن ضالة الإبل استقصارا لعلم السائل، وسوء فهمه؛ إذ لم يراع المعنى المشار إليه، ولم يتنبه له، فقاس الشيء على غير نظيره؛ فإن اللقطة إنما هي اسم للشيء الذي يسقط من صاحبه ولا يدري أين موضعه؟ وضالة الإبل ليست كذلك؛ لأنها قد ترعى أياما، ثم تعود إلى مكانها التي تعرفه أو يأتي صاحبها فيأخذها.

وقد بين صلى الله عليه وسلم السبب في ذلك بقوله: «معها سقاؤها»، أي: جوفها، فإذا وردت الماء شربت ما يكفيها حتى ترد ماء آخر، أو المراد بالسقاء: العنق؛ لأنها ترد الماء وتشرب من غير ساق يسقيها، أو أراد أنها أجلد البهائم على العطش، ومعها حذاؤها، وهو خفها، أي: تقوى بأخفافها على السير وقطع البلاد الشاسعة وورود المياه النائية، فشبهها النبي صلى الله عليه وسلم بمن كان معه سقاء وحذاء في سفره، «ترد الماء وتأكل الشجر»، أي: تأتي الماء فتشرب، وتأكل من نبات الأرض، حتى يجدها صاحبها. وذلك هو الفرق بين الإبل والغنم: أن الإبل تملك من القوة ما تستطيع به الحفاظ على حياتها إلى أن يجدها صاحبها، بخلاف الغنم؛ فإنها إن شردت عن راعيها وقطيعها هلكت.

وفي الحديث: مراعاة الإسلام لكل أمور الحياة التي يهتم لها الإنسان وتدخل في حياته، سواء بقصد أو بغير قصد.



Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers