Hadits: Penjelasan Tentang Ghibah
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang dengan karunia-Nya kita diberikan kesempatan untuk berkumpul di majelis yang penuh berkah ini. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas sebuah hadits yang mengingatkan kita tentang salah satu dosa yang sering kali tidak kita sadari, yaitu ghibah (ghibah atau menggunjing). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang menceritakan percakapan antara Rasulullah ﷺ dan para sahabat mengenai apa yang dimaksud dengan ghibah.
Mari kita simak hadits berikut ini:
-----
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ
كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ
اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
“Tahukah kamu. apa
itu ghibah?
Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu".
Rasulullah berkata: "Kamu menyebutkan saudaramu apa
yang dia tidak suka”
Dikatakan: "Bagaimana jika ada pada saudaraku apa yang
aku katakan?”
Rasulullah
berkata: "Jika ada padanya apa yang kamu katakan, maka sungguh kamu telah
mengghibahnya. Jika tidak ada padanya, maka sungguh kamu telah memfitnahnya.”
HR Muslim (2589)
Syarah Hadits
نَهَانَا ٱلْإِسْلَامُ عَنْ مَسَاوِئِ
ٱلْأَخْلَاقِ
Islam melarang kita dari akhlak yang buruk.
وَحَرَّمَ ٱلْغِيبَةَ تَحْرِيمًا مُغَلَّظًا
Dan mengharamkan ghibah (menggunjing) dengan pengharaman yang keras.
فَجَعَلَهَا مِن كَبَائِرِ ٱلذُّنُوبِ
Sehingga menjadikannya termasuk dosa-dosa besar.
وَهِيَ مِن أَكْثَرِهَا ٱنْتِشَارًا بَيْنَ
ٱلنَّاسِ
Dan ghibah merupakan salah satu dosa yang paling banyak tersebar di kalangan
manusia.
حَتَّى إِنَّهُ لَا يَكَادُ يَسْلَمُ مِنْهَا
إِلَّا ٱلْقَلِيلُ مِنَ ٱلنَّاسِ
Hingga hampir tidak ada yang selamat darinya kecuali sedikit dari manusia.
وَفِي هَذَا ٱلْحَدِيثِ يَسْأَلُ ٱلنَّبِيُّ
صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصْحَابَهُ
Dalam hadits ini, Nabi ﷺ bertanya kepada para sahabatnya.
«أَتَدْرُونَ»، أَي: أَتَعْلَمُونَ «مَا ٱلْغِيبَةُ؟»
"Tahukah kalian," yakni, "Apakah ghibah itu?"
فَأَجَابُوا: «ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ»
Lalu mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui."
وَهَذَا مِنَ ٱلْأَدَبِ مَعَ ٱللَّهِ
سُبْحَانَهُ وَمَعَ ٱلنَّبِيِّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ini adalah bagian dari adab terhadap Allah ﷻ dan Nabi ﷺ.
فَرَدُّوا ٱلْعِلْمَ لَهُمَا
Mereka mengembalikan pengetahuan kepada Allah dan Rasul-Nya.
فَأَجَابَ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ ٱلْغِيبَةَ «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ»
Maka Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ghibah adalah "engkau menyebut saudaramu
dengan sesuatu yang tidak disukainya."
وَٱلْمَعْنَى: أَنْ يَتَنَاوَلَ ٱلْمُسْلِمُ
أَخَاهُ ٱلْمُسْلِمَ فِي غِيَابِهِ بِكَلَامٍ وَأَوْصَافٍ مَذْمُومَةٍ
Artinya: Seorang Muslim membicarakan saudaranya sesama Muslim di belakangnya
dengan ucapan dan sifat yang tercela.
لَوْ كَانَ حَاضِرًا أَوْ وَصَلَتْ لَهُ
لَكَرِهَهَا
Jika dia hadir atau mendengar ucapan itu, dia akan membencinya.
سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ فِي بَدَنِ ٱلشَّخْصِ،
أَوْ دِينِهِ أَوْ دُنْيَاهُ
Baik itu berkaitan dengan tubuhnya, agamanya, atau dunianya.
أَوْ نَفْسِهِ، أَوْ خُلُقِهِ أَوْ خَلْقِهِ،
أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِهِ
Atau dirinya, akhlaknya, rupa fisiknya, atau hal lain yang berkaitan dengannya.
سَوَاءٌ ذَكَرْتَهُ بِٱللَّفْظِ أَوْ
بِٱلْإِشَارَةِ وَٱلرَّمْزِ
Baik engkau menyebutnya dengan ucapan langsung, isyarat, atau kode.
وَقَدْ حَذَّرَ ٱللَّهُ تَعَالَى مِنْهَا فِي
كِتَابِهِ ٱلْكَرِيمِ
Allah Ta'ala telah memperingatkan tentangnya dalam Kitab-Nya yang mulia.
فَقَالَ: {وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ}
Allah berfirman: "Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian
yang lain. Apakah kalian suka memakan daging saudara kalian yang sudah mati?
Maka tentu kalian merasa jijik." [Al-Hujurat: 12]
فَسَأَلَ بَعْضُ ٱلصَّحَابَةِ عَمَّا إِذَا
كَانَتْ هَذِهِ ٱلْأَوْصَافُ أَوْ بَعْضُهَا مُتَحَقِّقَةً فِي صَاحِبِهَا
Maka sebagian sahabat bertanya, apakah sifat-sifat ini atau sebagian darinya
memang ada pada orang yang dibicarakan.
أَيُعَدُّ هَذَا مِنَ ٱلْغِيبَةِ ٱلْمَنْهِيِّ
عَنْهَا؟
Apakah hal ini tetap dianggap sebagai ghibah yang dilarang?
فَأَجَابَ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ مِنَ ٱلْعَيْبِ وَٱلْمَنْقَصَةِ فَقَدِ
ٱغْتَبْتَهُ
Rasulullah ﷺ menjawab, jika apa yang kamu katakan tentangnya itu benar
adanya, maka kamu telah menggunjingnya.
أَيْ: لَا مَعْنَى لِلْغِيبَةِ إِلَّا هَذَا
Artinya: tidak ada makna lain dari ghibah kecuali ini.
وَهُوَ أَنْ تَكُونَ ٱلْمَنْقَصَةُ فِيهِ
Yaitu menyebutkan kekurangan yang memang ada padanya.
وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ
«بَهَتَّهُ»
Namun jika yang kamu katakan tidak ada pada dirinya, maka kamu telah
memfitnahnya.
أَيْ: قُلْتَ عَلَيْهِ ٱلْبُهْتَانَ
Artinya: kamu telah mengatakan kebohongan besar terhadapnya.
وَهُوَ ٱلْكَذِبُ ٱلْعَظِيمُ يُبْهَتُ فِيهِ
مَنْ يُقَالُ فِي حَقِّهِ
Kebohongan besar ini akan membuat tercengang orang yang menjadi sasaran
pembicaraan.
وَذَنْبُهُ أَعْظَمُ مِنَ ٱلْغِيبَةِ
Dan dosanya lebih besar daripada ghibah.
وَٱلْغِيبَةُ وَإِنْ كَانَتْ مُحَرَّمَةً
فَإِنَّهَا تُبَاحُ فِي بَعْضِ ٱلْأَحْوَالِ لِلْمَصْلَحَةِ
Ghibah meskipun haram, ada beberapa kondisi tertentu di mana ia dibolehkan demi
kemaslahatan.
وَمِنْ ذَلِكَ: دَفْعُ ٱلظُّلْمِ، بِحَيْثُ
يَذْكُرُ ٱلْمَظْلُومُ مَنْ ظَلَمَهُ
Di antaranya: untuk menghindari kezaliman, yaitu ketika orang yang dizalimi
menyebutkan siapa yang telah menzaliminya.
فَيَقُولُ: ظَلَمَنِي فُلَانٌ، أَوْ فَعَلَ
بِي كَذَا
Misalnya dengan mengatakan, “Si Fulan telah menzalimi saya,” atau “Dia
melakukan ini kepada saya.”
وَمِنْهَا: ٱلتَّحْذِيرُ مِنْ شَرِّ مَنْ
عُرِفَ بِٱلسُّوءِ وَنَصِيحَةُ مَنْ يَتَعَامَلُ مَعَهُ
Termasuk juga memperingatkan orang lain dari kejahatan seseorang yang diketahui
memiliki sifat buruk, atau memberi nasihat kepada orang yang berurusan
dengannya.
وَمِنْهَا: ٱلْمُشَاوَرَةُ فِي أَمْرِ
ٱلزَّوَاجِ أَوِ ٱلْمُشَارَكَةِ أَوِ ٱلْمُجَاوَرَةِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ
Termasuk meminta pendapat dalam urusan pernikahan, kerja sama (kemitraan), atau
bertetangga, dan semacamnya.
وَمِنْهَا: غِيبَةُ ٱلْمُجَاهِرِ بِفِسْقِهِ
أَوْ بِدْعَتِهِ، كَٱلْخَمْرِ
Juga diperbolehkan menggunjing orang yang secara terang-terangan berbuat
maksiat atau bid'ah, seperti minum khamr.
فَيَجُوزُ ذِكْرُهُ بِمَا يُجَاهِرُ بِهِ
فَقَطْ
Maka boleh menyebutkan apa yang dia lakukan secara terang-terangan saja.
وَفِي ٱلْحَدِيثِ: بَيَانُ مَعْنَى
ٱلْغِيبَةِ، وَٱلْفَرْقِ بَيْنَهَا وَبَيْنَ ٱلْبُهْتَانِ
Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang makna ghibah dan perbedaan antara
ghibah dan fitnah.
وَفِيهِ: ٱلنَّهْيُ عَنِ ٱلْغِيبَةِ
وَٱلْبُهْتَانِ
Di dalamnya juga terdapat larangan tentang ghibah dan fitnah.
وَفِيهِ: بَيَانُ تَعَاهُدِ ٱلنَّبِيِّ صَلَّى
ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ وَتَعْلِيمِهِمُ ٱلْمَفَاهِيمَ
ٱلصَّحِيحَةَ
Hadits ini juga menunjukkan perhatian Rasulullah ﷺ terhadap para
sahabatnya dan upayanya dalam mengajarkan pemahaman yang benar.
وَنَهْيِهِمْ عَنْ مَسَاوِئِ ٱلْأَخْلَاقِ
Serta larangan beliau terhadap akhlak yang buruk.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/17192
Pelajaran dari Hadits ini
1. Ghibah Adalah Perbuatan Tercela dan Termasuk Dosa Besar
Hadits ini menjelaskan bahwa ghibah, yaitu menyebutkan aib seseorang yang tidak disukainya saat ia tidak hadir, termasuk dosa besar yang dilarang dalam Islam. Rasulullah ﷺ menjelaskan secara tegas bahwa ghibah adalah bentuk pelanggaran terhadap hak sesama muslim.
2. Ghibah dan Fitnah (Buhtan) Berbeda dalam Tingkat Keparahan
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ membedakan antara ghibah dan fitnah (buhtan).
- Ghibah: Mengungkapkan kekurangan yang benar-benar ada pada seseorang.
- Buhtan: Memfitnah seseorang dengan menuduh hal yang tidak ada pada dirinya, yang dosanya lebih besar daripada ghibah.
3. Menjaga Kehormatan Sesama Muslim
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kehormatan sesama muslim. Hadits ini mengajarkan bahwa mencela atau menyebutkan kekurangan orang lain, meskipun benar, dapat merusak keharmonisan sosial dan kepercayaan di antara umat Islam.
4. Pentingnya Adab dalam Menjawab Pertanyaan
Para sahabat memberikan contoh adab yang baik dengan menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui," ketika ditanya oleh Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan pentingnya sikap rendah hati dalam menerima ilmu dan menghormati pengajar.
5. Larangan Ghibah dalam Al-Qur'an
Hadits ini diperkuat dengan ayat Al-Qur'an dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, di mana Allah melarang ghibah dengan perumpamaan yang sangat kuat, yaitu seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Larangan ini menunjukkan betapa menjijikkan dan keji perbuatan ghibah.
6. Kondisi di Mana Ghibah Diperbolehkan
Islam memperbolehkan ghibah dalam situasi tertentu yang bersifat darurat atau demi kemaslahatan, seperti:
- Mengadukan kezaliman: Seorang yang terzalimi boleh menceritakan siapa yang menzaliminya kepada pihak yang berwenang untuk mendapatkan keadilan.
- Memberi peringatan: Seperti memperingatkan seseorang dari bahaya bergaul atau berbisnis dengan orang yang dikenal buruk perilakunya.
- Konsultasi atau musyawarah: Dalam urusan pernikahan, kerja sama, atau bertetangga, seseorang boleh menyebutkan kekurangan orang lain dengan tujuan memberikan informasi yang valid demi kebaikan bersama.
- Mengungkapkan kemaksiatan terbuka: Ghibah terhadap orang yang terang-terangan melakukan dosa, seperti minum khamr, diperbolehkan untuk mengingatkan orang lain.
7. Pentingnya Membina Akhlak Mulia
Rasulullah ﷺ menunjukkan perhatian besar dalam membina akhlak para sahabat. Beliau memberikan pendidikan yang sistematis untuk menghilangkan sifat buruk dan membangun masyarakat yang saling menjaga kehormatan satu sama lain.
8. Konsekuensi Sosial dan Spiritual Ghibah
Ghibah tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga mengundang murka Allah dan dapat menghapus pahala kebaikan seseorang. Oleh karena itu, seorang muslim harus selalu berhati-hati dalam menjaga lisannya.
9. Berbicara Hanya yang Bermanfaat
Hadits ini mengingatkan pentingnya mengendalikan lisan dan hanya berbicara yang mendatangkan manfaat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
10. Membiasakan Introspeksi Diri
Sebelum membicarakan orang lain, hadits ini mengajarkan untuk introspeksi dan melihat kekurangan diri sendiri. Dengan demikian, seseorang akan lebih sibuk memperbaiki dirinya daripada mencari-cari kesalahan orang lain.
11. Dampak Negatif Ghibah Terhadap Keberkahan Hidup
Ghibah menghilangkan keberkahan dalam hubungan sosial dan kehidupan. Orang yang terbiasa menggunjing akan kehilangan kepercayaan dari orang lain, dan amal kebaikannya dapat terhapus di akhirat.
12. Keutamaan Menghindari Ghibah
Orang yang menjaga diri dari ghibah dan fitnah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah. Ia juga akan menjadi contoh teladan dalam masyarakat sebagai pribadi yang amanah dan dapat dipercaya.
13. Mencontoh Rasulullah ﷺ dalam Mendidik Umat
Rasulullah ﷺ menggunakan pendekatan dialogis dan bertahap dalam mengajarkan nilai-nilai Islam kepada para sahabat. Metode ini efektif untuk menjelaskan konsep yang sulit dipahami dan menginternalisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Hadits ini merupakan pedoman penting untuk menjaga lisan, memperbaiki akhlak, dan membangun masyarakat yang harmonis berdasarkan nilai-nilai Islam.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hadits ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga lisan dan hati kita dari berbicara buruk tentang orang lain, apalagi jika itu menyangkut kekurangan atau aib saudara kita. Ghibah, meskipun terlihat ringan dan biasa dalam percakapan sehari-hari, namun sangat besar dosanya di sisi Allah. Bahkan, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa ghibah lebih buruk daripada zina.
Kita harus berusaha menjaga lisan kita dan tidak berbicara tentang orang lain kecuali yang baik-baik saja. Jika kita terpaksa harus berbicara tentang seseorang, mari kita pastikan bahwa itu adalah sesuatu yang membangun dan bermanfaat, bukan malah merugikan dan menyinggung perasaan orang lain.
Semoga dengan kajian ini, kita semakin paham akan bahaya ghibah dan semakin menjaga lisan kita agar tetap berbicara yang baik dan benar. Marilah kita berusaha menjadi pribadi yang selalu menjaga kehormatan orang lain, sebagaimana kita juga ingin dihormati.
Belajar
membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat
نهانا الإسلام عن مساوئ الأخلاق، وحرم الغيبة تحريما
مغلظا، فجعلها من كبائر الذنوب، وهي من أكثرها انتشارا بين الناس، حتى إنه لا يكاد
يسلم منها إلا القليل من الناس.
وفي هذا الحديث يسأل النبي صلى الله عليه وسلم
أصحابه: «أتدرون»، أي: أتعلمون «ما الغيبة؟» فأجابوا: «الله ورسوله أعلم»، وهذا من
الأدب مع الله سبحانه ومع النبي صلى الله عليه وسلم، فردوا العلم لهما، فأجاب صلى
الله عليه وسلم أن الغيبة «ذكرك أخاك بما يكره» والمعنى: أن يتناول المسلم أخاه
المسلم في غيابه بكلام وأوصاف مذمومة، لو كان حاضرا أو وصلت له لكرهها، سواء كان
ذلك في بدن الشخص، أو دينه أو دنياه، أو نفسه، أو خلقه أو خلقه، أو غير ذلك مما
يتعلق به، سواء ذكرته باللفظ أو بالإشارة والرمز، وقد حذر الله تعالى منها في
كتابه الكريم، فقال: {ولا يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا
فكرهتموه} [الحجرات: 12].
فسأل بعض الصحابة عما إذا كانت هذه الأوصاف أو بعضها
متحققة في صاحبها، أيعد هذا من الغيبة المنهي عنها؟ فأجاب صلى الله عليه وسلم أنه
إن كان فيه ما تقول من العيب والمنقصة، فقد اغتبته، أي: لا معنى للغيبة إلا هذا،
وهو أن تكون المنقصة فيه، وإن لم يكن فيه ما تقول، فقد «بهته»، أي: قلت عليه
البهتان، وهو الكذب العظيم يبهت فيه من يقال في حقه، وذنبه أعظم من الغيبة.
والغيبة وإن كانت محرمة فإنها تباح في بعض الأحوال
للمصلحة؛ ومن ذلك: دفع الظلم، بحيث يذكر المظلوم من ظلمه، فيقول: ظلمني فلان، أو
فعل بي كذا. ومنها: التحذير من شر من عرف بالسوء ونصيحة من يتعامل معه. ومنها:
المشاورة في أمر الزواج أو المشاركة أو المجاورة، ونحو ذلك. ومنها: غيبة المجاهر
بفسقه أو بدعته، كالخمر؛ فيجوز ذكره بما يجاهر به فقط.
وفي الحديث: بيان معنى الغيبة، والفرق بينها وبين
البهتان.
وفيه: النهي عن الغيبة والبهتان.
وفيه: بيان تعاهد النبي صلى الله عليه وسلم لأصحابه
وتعليمهم المفاهيم الصحيحة، ونهيهم عن مساوئ الأخلاق..