Hadits: Allah Mencintai Amalan Konsisten

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita nikmat Islam dan iman, serta kesempatan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji sebuah hadits yang penuh hikmah, yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ memberikan nasihat penting tentang konsistensi dalam ibadah.

Kita sering kali merasa semangat di awal ketika hendak memperbanyak amal, baik itu shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, berzikir, atau ibadah lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, semangat itu bisa meredup, bahkan sebagian dari kita mungkin meninggalkannya sama sekali. Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah ﷺ: Allah tidak akan bosan menerima amal kita hingga kita sendiri yang merasa bosan.

Mari kita simak hadits lengkapnya.

-----

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِندَهَا امْرَأَةٌ، قَالَ: مَن هَذِهِ؟ قَالَتْ: فُلَانَةُ، تَذْكُرُ مِن صَلَاتِهَا، قَالَ: مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ، فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ.

Sesungguhnya Nabi masuk ke rumahnya dan di sana ada seorang wanita, lalu beliau bertanya: 'Siapa ini?' Aisyah menjawab: 'Fulanah,  Aisyah menyebut-nyebut tentang shalatnya wanita itu.' Nabi berkata: 'Tahanlah, lakukanlah apa yang kamu mampu, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian merasa bosan. Dan agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus dilaksanakan oleh pemeluknya

HR. Muslim (782), An-Nasa’I (1642), Ibnu Majah (4238)

mp3 hadits ini


Syarah Hadits


الدِّينُ يُسْرٌ لَا عُسْرٌ
Agama itu mudah, bukan kesulitan.

وَقَدْ أَرْشَدَ النَّبِيُّ ﷺ أُمَّتَهُ إِلَى الطَّرِيقِ الْأَرْشَدِ لِلْدِّينِ وَالتَّدَيُّنِ
Dan Nabi telah menunjukkan kepada umatnya jalan yang paling tepat untuk agama dan beragama.

فَأَوْضَحَ أَنَّهُ يَنْبَغِي عَلَى الْمُؤْمِنِ أَنْ يَقُومَ بِمَا يُطِيقُهُ مِنَ الْعِبَادَةِ
Maka beliau menjelaskan bahwa seorang mukmin seharusnya melaksanakan ibadah sesuai dengan apa yang mampu ia lakukan.

مَعَ التَّرْغِيبِ فِي الْقَصْدِ فِي الْعَمَلِ
Dengan mendorong niat yang baik dalam beramal.

حَتَّى لَا يُصَابَ بِالْمَلَلِ وَالْفُتُورِ
Agar tidak merasa bosan dan lelah.

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ تَرْوِي أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Dalam hadits ini, Ummul Mukminin Aisyah رضي الله عنها meriwayatkan.

أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمًا وَكَانَتْ عِندَهَا امْرَأَةٌ
Bahwa Nabi suatu hari memasuki rumahnya dan di sana ada seorang wanita.

فَلَمَّا سَأَلَ عَنْهَا النَّبِيُّ ﷺ
Ketika Nabi bertanya tentang wanita itu.

ذَكَرَتْ عَائِشَةُ أَنَّ هَذِهِ فُلَانَةُ وَسَمَّتْهَا
Aisyah menyebutkan bahwa wanita itu adalah si Fulan, dan ia menyebutkan namanya.

ثُمَّ ذَكَرَتْ كَثْرَةَ صَلَاتِهَا وَعِبَادَتِهَا
Kemudian Aisyah menyebutkan banyaknya shalat dan ibadahnya.

وَأَطْنَبَتْ فِي مَدْحِهَا
Dan ia memuji dengan panjang lebar.

فَزَجَرَهَا النَّبِيُّ ﷺ وَقَالَ: مَهْ!

Nabi menegurnya dan berkata: "Mah!"

أَي: كُفُّوا عَنْ مَدْحِهَا وَالثَّنَاءِ عَلَيْهَا
Artinya: Berhentilah memujinya dan memuji dirinya.

فَمَا فَعَلَتْهُ لَا يَسْتَحِقُّ الثَّنَاءَ
Apa yang ia lakukan tidak pantas untuk dipuji.

لِمُخَالَفَتِهِ السُّنَّةَ
Karena ia menyelisihi sunnah.

فَإِنَّ الدِّينَ فِي مُتَابَعَةِ النَّبِيِّ ﷺ
Karena agama itu dalam mengikuti Nabi .

وَالْعَمَلِ بِسُنَنِهِ
Dan beramal dengan sunnah-sunnah beliau.

وَلَيْسَ فِي التَّشْدِيدِ عَلَى النَّفْسِ وَإِرْهَاقِهَا بِالْعِبَادَةِ
Dan bukan dalam mempersulit diri dan memberatkan diri dengan ibadah.

ثُمَّ أَرْشَدَنَا النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: «وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ»
Kemudian Nabi memberi petunjuk dan berkata: "Tetapi kalian lakukanlah sesuai kemampuan kalian."

فَاشْتَغِلُوا مِنَ الْأَعْمَالِ بِمَا تَسْتَطِيعُونَ الْمُدَاوَمَةَ عَلَيْهِ
Maka lakukanlah pekerjaan yang dapat kalian lakukan secara terus-menerus.

وَافْعَلُوا مَا تَقْدِرُونَ عَلَيْهِ مِنَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ
Dan lakukanlah apa yang kalian mampu lakukan dari puasa dan qiyam.

وَلَا تَشُقُّوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ
Dan jangan memberatkan diri kalian.

وَقَوْلُهُ: فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا
Dan perkataannya: "Demi Allah, Allah tidak bosan sampai kalian bosan."

مِنَ الْعُلَمَاءِ مَنْ قَالَ: إِنَّ هَذَا دَلِيْلٌ عَلَى إِثْبَاتِ صِفَةِ الْمَلَلِ لِلَّهِ تَعَالَى
Dari kalangan ulama ada yang berkata: Bahwa ini adalah dalil untuk membuktikan adanya sifat bosan pada Allah.

لَكِنَّ مَلَلَ اللَّهِ لَيْسَ كَمَلَلِ الْمَخْلُوقِ
Namun bosannya Allah tidak seperti bosannya makhluk.

إِذْ إِنَّ مَلَلَ الْمَخْلُوقِ نَقْصٌ
Karena bosannya makhluk adalah kekurangan.

لِأَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى سَأَمِهِ وَضَجَرِهِ مِنْ هَذَا الشَّيْءِ
Karena itu menunjukkan rasa jenuh dan kesal terhadap sesuatu.

أَمَّا مَلَلُ اللَّهِ فَهُوَ كَمَالٌ وَلَيْسَ فِيهِ نَقْصٌ
Sedangkan bosannya Allah adalah sempurna dan tidak ada kekurangan di dalamnya.

وَيَجْرِي هَذَا كَسَائِرِ الصِّفَاتِ الَّتِي نُثْبِتُهَا لِلَّهِ عَلَى وَجْهِ الْكَمَالِ وَإِنْ كَانَتْ فِي حَقِّ الْمَخْلُوقِ لَيْسَتْ كَمَالًا
Dan ini berlaku sebagaimana sifat-sifat lainnya yang kita tetapkan untuk Allah dalam kesempurnaan, meskipun dalam hak makhluk tidaklah sempurna.

وَمِنَ الْعُلَمَاءِ مَن يَقُولُ: إِنَّ قَوْلَهُ: «لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا» يُرَادُ بِهِ بَيَانُ أَنَّهُ مَهْمَا عَمِلْتَ مِنْ عَمَلٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُجَازِيكَ عَلَيْهِ
Dan dari kalangan ulama ada yang mengatakan bahwa perkataan "Allah tidak bosan sampai kalian bosan" dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa apapun yang kalian lakukan, Allah akan memberikan balasan atasnya.

فَاعْمَلْ مَا بَدَا لَكَ
Maka kerjakanlah apa yang kalian kehendaki.

فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ مِنْ ثَوَابِكَ حَتَّى تَمَلَّ مِنَ الْعَمَلِ
Karena Allah tidak bosan memberi pahala sampai kalian bosan dari beramal.

وَعَلَى هَذَا فَيَكُونُ الْمَرَادُ بِالْمَلَلِ لَازِمَ الْمَلَلِ
Maka pada pandangan ini, yang dimaksud dengan "bosan" adalah keharusan dari kebosanan itu sendiri.

وَمِنْهُمْ مَن قَالَ: إِنَّ هَذَا الْحَدِيثَ لَا يَدُلُّ عَلَى صِفَةِ الْمَلَلِ لِلَّهِ إِطْلَاقًا
Dan di antara mereka ada yang mengatakan bahwa hadits ini tidak menunjukkan sifat kebosanan pada Allah secara mutlak.

لِأَنَّ قَوْلَ القَائِلِ: «لَا أَقُومُ حَتَّى تَقُومَ» لَا يَسْتَلْزِمُ قِيَامَ الثَّانِي
Karena perkataan seseorang "Saya tidak akan berdiri sampai Anda berdiri" tidak memerlukan berdirinya orang kedua.

وَهَذَا أَيْضًا: «لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا» لَا يَسْتَلْزِمُ ثُبُوتَ الْمَلَلِ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dan perkataan ini juga: "Allah tidak bosan sampai kalian bosan" tidak mengharuskan terbuktinya sifat kebosanan pada Allah عزَّ وجلَّ.

قَالَتْ: وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ -وَفِي رِوَايَةِ الصَّحِيحَيْنِ: «إِلَى اللَّهِ»- مَا دَامَ وَاسْتَمَرَّ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ قَلَّ
Aisyah berkata: Dan agama yang paling disukai oleh Rasulullah -dalam riwayat Shahihain: "oleh Allah"- adalah yang terus menerus dilakukan oleh pemiliknya meskipun sedikit.

كَمَا فِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ
Sebagaimana dalam riwayat Muslim.

لِأَنَّ بِالدَّوَامِ عَلَى الْقَلِيلِ تَدُومُ الطَّاعَةُ وَالذِّكْرُ
Karena dengan terus-menerus melakukan sedikit, maka ketaatan dan dzikir akan terus berlangsung.

وَالْمُرَاقَبَةُ وَالنِّيَّةُ وَالْإِخْلَاصُ
Dan pengawasan diri, niat, dan keikhlasan.

وَالْإِقْبَالُ عَلَى الْخَالِقِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Dan berfokus pada Sang Pencipta, Maha Suci dan Maha Tinggi.

وَيُثْمِرُ الْقَلِيلُ الدَّائِمُ حَتَّى يَزِيدُ عَلَى الْكَثِيرِ الْمُنْقَطِعِ أَضعَافًا كَثِيرَةً
Dan sedikit yang terus menerus itu akan berbuah banyak, bahkan melebihi banyaknya yang terputus-putus.

وَفِي الْحَدِيثِ: بَيَانُ شَفَقَتِهِ وَرَأْفَتِهِ بِأُمَّتِهِ ﷺ
Dan dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang rasa kasih sayang dan perhatian beliau kepada umatnya.

وَفِيهِ: أَنَّ الْعَمَلَ الْقَلِيلَ الدَّائِمَ خَيْرٌ مِنَ الْكَثِيرِ الْمُنْقَطِعِ
Dan dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa amal yang sedikit namun terus menerus lebih baik daripada amal yang banyak tetapi terputus-putus.

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/42034


Pelajaran dari hadits ini


 

1. Agama itu Mudah, Tidak Sulit

  • Pelajaran: Agama Islam pada dasarnya adalah sesuatu yang mudah dan tidak membebani umatnya. Hal ini sesuai dengan prinsip "الدِّينُ يُسْرٌ لَا عُسْرٌ" (Agama itu adalah kemudahan, bukan kesulitan). Oleh karena itu, dalam menjalankan ibadah, seseorang tidak dianjurkan untuk memberatkan dirinya dengan hal-hal yang berlebihan yang dapat menimbulkan rasa lelah dan jenuh.

  • Impak Praktis: Dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim diharapkan menjalankan agama dengan penuh kesungguhan namun tidak berlebihan. Dalam ibadah, seseorang harus menyeimbangkan antara kewajiban dan kemampuan diri untuk menjaga konsistensi dan ketenangan dalam beribadah.

2. Konsistensi dalam Ibadah Lebih Utama daripada Berlebihan

  • Pelajaran: Dalam hadits ini, Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa amal yang konsisten meskipun sedikit lebih baik daripada amal yang banyak namun tidak berkelanjutan. Nabi ﷺ mencontohkan bahwa beribadah secara terus-menerus dalam kapasitas yang dapat dilakukan lebih bernilai daripada berlebihan yang akhirnya menyebabkan kelelahan dan kekosongan dalam spiritualitas.

  • Impak Praktis: Dalam beribadah, seorang Muslim seharusnya memilih ibadah yang dapat terus dijaga meskipun sedikit, daripada berusaha melakukan banyak ibadah namun akhirnya tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Sebagai contoh, lebih baik seseorang melakukan shalat tahajjud setiap hari meski hanya dua rakaat, daripada melakukannya dalam jumlah besar dalam beberapa malam namun kemudian berhenti.

3. Menghindari Tazkiyah Berlebihan pada Diri Orang Lain

  • Pelajaran: Dalam hadits tersebut, Aisyah radhiyallahu 'anha menyebutkan bahwa seorang wanita banyak beribadah, tetapi Nabi ﷺ melarang untuk berlebihan memuji orang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi ﷺ mengingatkan umatnya untuk tidak terlalu memuji atau memberi sanjungan berlebihan terhadap orang yang beramal, karena pujian tersebut bisa menimbulkan riya' atau kesombongan.

  • Impak Praktis: Kita perlu berhati-hati dalam memberikan pujian, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Jika berlebihan, hal itu bisa merusak ikhlas dan merusak tujuan amal yang sebenarnya. Sebaiknya kita memberikan apresiasi dengan cara yang moderat dan tidak membuat orang yang dipuji merasa sombong atau tinggi hati.

4. Melakukan Apa yang Mampu Dikerjakan

  • Pelajaran: Nabi ﷺ mengajarkan agar kita fokus pada amal yang kita mampu untuk melakukannya, tanpa berlebihan atau memaksakan diri. "ولكن عليكم بما تطقون" (Tetapi lakukanlah apa yang kamu mampu) menunjukkan bahwa Islam tidak memerintahkan umatnya untuk melakukan sesuatu yang melebihi kemampuannya.

  • Impak Praktis: Dalam setiap aktivitas, baik itu ibadah atau tugas lainnya, kita harus realistis dengan kemampuan yang kita miliki. Misalnya, dalam pekerjaan, studi, atau kegiatan sosial, kita sebaiknya tidak membebani diri dengan target yang tidak dapat dicapai. Fokus pada kualitas dan kelangsungan, bukan kuantitas semata.

5. Menghindari Keletihan dalam Beribadah

  • Pelajaran: Dalam hadits ini juga disebutkan, "فوالله لا يمل الله حتى تملوا" (Demi Allah, Allah tidak merasa jenuh hingga kalian merasa jenuh). Ini mengajarkan kita bahwa Allah tidak akan pernah merasa jenuh memberi pahala dan mengampuni dosa hamba-Nya, tetapi kita sendiri yang sering merasa jenuh dalam beribadah.

  • Impak Praktis: Agar tidak merasa jenuh, kita perlu mengatur tempo dalam beribadah. Jangan memaksakan diri untuk melaksanakan ibadah dengan cara yang menyebabkan kita merasa lelah atau terbebani. Misalnya, dalam menjalankan puasa sunnah atau qiyamullail, kita bisa mulai dengan sedikit demi sedikit dan bertahap meningkatkan intensitasnya sesuai dengan kemampuan.

6. Pahala yang Konsisten Lebih Berharga

  • Pelajaran: Pahala yang diperoleh dari amal yang konsisten lebih tinggi daripada amal yang banyak namun tidak berkelanjutan. Dengan melakukan amal sedikit tetapi rutin, kita dapat meraih keberkahan yang lebih banyak dalam jangka panjang. Hal ini mengajarkan pentingnya konsistensi dalam melakukan amal soleh.

  • Impak Praktis: Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mulai menerapkan ini dalam bentuk amalan yang mudah dan bisa dilakukan setiap hari, seperti membaca dzikir pagi dan petang, salat sunnah rawatib, atau membantu orang lain dalam bentuk amal kecil namun rutin.

7. Memahami Makna "Melalukan Amal"

  • Pelajaran: Perkataan "لا يمل الله حتى تملوا" (Allah tidak merasa jenuh hingga kalian merasa jenuh) dapat dipahami bahwa Allah tidak akan bosan memberi pahala, sedangkan kita sebagai manusia sering merasa bosan atau jenuh jika terlalu banyak beribadah tanpa melihat hasilnya dengan segera.

  • Impak Praktis: Jangan terburu-buru dalam mengharapkan hasil yang langsung terlihat. Dalam beribadah, kita harus yakin bahwa Allah selalu melihat dan memberi pahala, meskipun kita tidak langsung merasakan hasilnya.

8. Menghargai Kebersamaan dalam Ibadah

  • Pelajaran: Nabi ﷺ menunjukkan rasa kasih sayang kepada umatnya dengan menuntun mereka untuk tidak melakukan ibadah secara berlebihan, yang bisa menimbulkan kesulitan fisik dan mental. Ini menunjukkan betapa Nabi ﷺ sangat peduli terhadap umatnya dan ingin agar mereka dapat menjalankan ibadah dengan penuh rasa tenang dan ikhlas.

  • Impak Praktis: Kita harus menjaga keseimbangan antara ibadah dan kebutuhan tubuh serta jiwa. Jangan sampai kita terjebak dalam kebiasaan beribadah yang tidak sehat atau berlebihan sehingga merusak kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Hadits ini mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam beragama, beribadah sesuai dengan kemampuan, dan menghindari keletihan yang berlebihan. Konsistensi dalam amal lebih utama daripada amal yang banyak namun tidak berkelanjutan. Kita juga perlu menghindari memuji orang lain secara berlebihan, serta memahami bahwa Allah tidak akan pernah jenuh memberikan pahala selama kita tetap ikhlas dalam amal kita.

 ----- Penutup Kajian -----

Hadirin yang dirahmati Allah,

Hadits ini mengajarkan bahwa istiqamah lebih utama daripada sekadar semangat sesaat. Sebuah amal kecil yang dilakukan terus-menerus lebih dicintai oleh Allah ﷻ daripada amal besar yang hanya dilakukan sesekali. Oleh karena itu, dalam menjalani ibadah, kita perlu menyesuaikan dengan kemampuan kita, namun tetap menjaga kontinuitasnya.

Semoga kajian ini memberikan motivasi kepada kita semua untuk lebih istiqamah dalam beribadah, sehingga amal kita menjadi ringan, tetapi tetap bernilai besar di sisi Allah ﷻ. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.


Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


 الدين يسر لا عسر، وقد أرشد النبي صلى الله عليه وسلم أمته إلى الطريق الأرشد للدين والتدين، فأوضح أنه ينبغي على المؤمن أن يقوم بما يطيقه من العبادة، مع الترغيب في القصد في العمل؛ حتى لا يصاب بالملل والفتور.وفي هذا الحديث تروي أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل عليها يوما وكانت عندها امرأة، فلما سأل عنها النبي صلى الله عليه وسلم، ذكرت عائشة أن هذه فلانة، وسمتها، ثم ذكرت كثرة صلاتها وعبادتها، وأطنبت في مدحها، فزجرها النبي صلى الله عليه وسلم وقال: «مه»! أي: كفي عن مدحها والثناء عليها؛ فما فعلته لا يستحق الثناء؛ لمخالفته السنة؛ فإن الدين في متابعة النبي صلى الله عليه وسلم، والعمل بسننه، وليس في التشديد على النفس وإرهاقها بالعبادة. ثم أرشدنا النبي صلى الله عليه وسلم فقال: «ولكن عليكم بما تطيقون»، فاشتغلوا من الأعمال بما تستطيعون المداومة عليه، وافعلوا ما تقدرون عليه من الصيام والقيام، ولا تشقوا على أنفسكم.وقوله: «فوالله لا يمل الله حتى تملوا»، من العلماء من قال: إن هذا دليل على إثبات صفة الملل لله تعالى، لكن ملل الله ليس كملل المخلوق؛ إذ إن ملل المخلوق نقص؛ لأنه يدل على سأمه وضجره من هذا الشيء، أما ملل الله فهو كمال وليس فيه نقص، ويجري هذا كسائر الصفات التي نثبتها لله على وجه الكمال وإن كانت في حق المخلوق ليست كمالا. ومن العلماء من يقول: إن قوله: «لا يمل حتى تملوا» يراد به بيان أنه مهما عملت من عمل فإن الله يجازيك عليه، فاعمل ما بدا لك؛ فإن الله لا يمل من ثوابك حتى تمل من العمل، وعلى هذا فيكون المراد بالملل لازم الملل. ومنهم من قال: إن هذا الحديث لا يدل على صفة الملل لله إطلاقا؛ لأن قول القائل: «لا أقوم حتى تقوم» لا يستلزم قيام الثاني، وهذا أيضا: «لا يمل حتى تملوا» لا يستلزم ثبوت الملل لله عز وجل.قالت: وكان أحب الدين إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم -وفي رواية الصحيحين: «إلى الله»- ما دام واستمر عليه صاحبه وإن قل، كما في رواية مسلم؛ لأن بالدوام على القليل تدوم الطاعة والذكر، والمراقبة، والنية والإخلاص، والإقبال على الخالق سبحانه وتعالى، ويثمر القليل الدائم بحيث يزيد على الكثير المنقطع أضعافا كثيرة.وفي الحديث: بيان شفقته ورأفته بأمته صلى الله عليه وسلم.وفيه: أن العمل القليل الدائم خير من الكثير المنقطع.



Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers