Hadits Qudsi: Allah Tidak Pernah Ridha Dengan Kesyirikan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, ia berkata:
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قالَ اللَّهُ تَبارَكَ وتَعالَى:
 أنَا أغْنَى الشُّرَكاءِ عَنِ الشِّرْكِ،
 مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ،
 تَرَكْتُهُ وشِرْكَهُ

“Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:
‘Aku adalah Dzat yang tidak membutuhkan sekutu. Maka barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang padanya dia menyekutukan Aku bersama selainKu. maka Aku meninggalkannya dan amalan kesyirikannya".

(HR. Muslim 2985)

Mp3: https://t.me/mp3qhn/146


Syarah Hadits


الشِّركُ الأصغَرُ:
Syirik kecil

هو كلُّ ما نَهى عنه الشَّرعُ:
Adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syariat

ممَّا هو ذَريعةٌ إلى الشِّركِ الأكبَرِ:
Yang menjadi jalan menuju syirik besar

ووسيلةٌ لِلوُقوعِ فيه:
Dan sarana untuk terjerumus ke dalamnya

وهو غيرُ مُخرِجٍ مِن مِلَّةِ الإسلامِ:
Dan itu bukanlah sesuatu yang mengeluarkan dari agama Islam

ومن أنواعِ هذا الشِّركِ:
Dan di antara jenis-jenis syirik ini

الرِّياءُ:
Riyaa' (pamer)

وهو مِن صَنيعِ المنافِقين:
Dan itu adalah perbuatan orang-orang munafik

وفي هذا الحديثِ يُخبِرُ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ:
Dan dalam hadis ini, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memberitakan

أنَّ اللهَ تبارَك وتعالى قال:
Bahwa Allah, Subhanahu wa Ta'ala, berfirman

«أنا أغنى الشُّركاءِ عن الشِّرك»:
Aku adalah yang paling tidak membutuhkan syirik di antara para syarikat

فاللهُ تَعالى هُو الغنيُّ عن كُلِّ شيءٍ:
Karena Allah, Ta'ala, adalah Maha Kaya dari segala sesuatu

لا نِدَّ له:
Tidak ada yang setara dengan-Nya

ومُعطِيَ إلَّا هو:
Dan tidak ada yang memberi kecuali hanya Dia

وأنه إذا عَمِلَ الإنسانُ عَمَلًا منَ الطَّاعاتِ:
Dan bahwa jika seseorang melakukan amal perbuatan dari ketaatan

مما يَختَصُّ به اللهُ:
Yang merupakan hak Allah

فجَعَله للهِ ولِغيرِ اللهِ:
Kemudian ia niatkan untuk Allah dan selain Allah

تَرَكَه اللهُ فلم يَقبَلْه منه ولم يُعطِه ثَوابًا عليه:
Allah meninggalkannya, tidak menerima amalannya darinya, dan tidak memberikan pahala kepadanya

فلَو صلَّى الإنسانُ للهِ ولِلنَّاسِ:
Jika seseorang shalat untuk Allah dan untuk manusia

لم يَقبَلِ اللهُ صَلاتَه:
Allah tidak menerima shalatnya

فاللهُ سُبحانَه وتَعالَى هو الَّذي خلَقَ الخَلقَ:
Karena Allah, Subhanahu wa Ta'ala, adalah yang menciptakan makhluk

وهو الَّذي يَرزُقُهم:
Dan Dia yang memberikan rizki kepada mereka

فكيْف يُقابِلون نِعَمَه وأفضالَه عليهم بإشراكِ غيرِه معه في التَّوجُّهِ إليه بالطَّاعةِ؟!:
Lalu bagaimana mereka membalas nikmat dan karunia-Nya kepada mereka dengan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya dalam ketaatan kepada-Nya?!

بلِ الواجبُ عليهم إخلاصُ النِّيَّةِ للهِ وإفرادُه بالعبادةِ:
Sebenarnya yang wajib bagi mereka adalah ikhlas dalam niat untuk Allah dan menyendirikan-Nya dalam ibadah

فأخبَرَ اللهُ عزَّ وجلَّ:
Maka Allah, Azza wa Jalla, memberitakan

أنَّه يَتبرَّأُ مِنَ العملِ الَّذي لم يُخلِصْ فيه صاحِبُه النِّيَّةَ له سُبحانَه:
Bahwa Dia membebaskan diri dari amal perbuatan yang tidak ikhlas niatnya untuk-Nya

وشابَتْهُ شائبةُ الشِّركِ:
Dan tercampur dengan unsur syirik

فيَرُدُّه على صاحِبِه:
Maka Dia mengembalikannya kepada pemiliknya

ولا يَقبَلُه:
Dan tidak menerimanya

لأنَّه سُبحانَه لا يَقبَلُ إلَّا ما كان خالِصًا لوَجْهِه
Karena Dia, Subhanahu, tidak menerima kecuali apa yang ikhlas hanya untuk wajah-Nya,

 لا رِياءَ فيه
tidak ada riya' di dalamnya

ولا سُمْعةَ تُخالِطُه:
dan tidak ada sum'ah yang tercampur

وفي الحديثِ:
Dan dalam hadis ini

أنَّ الرِّياءَ إذا دخَلَ في العِبادةِ:
Bahwa riya' apabila masuk dalam ibadah

فإنَّها لا تُقبَلُ:
Maka ibadah itu tidak akan diterima

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/17850


Pelajaran dari hadits ini


 

  1. Pentingnya Niat yang Ikhlas: Hadits ini menekankan bahwa amal ibadah hanya diterima oleh Allah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas, semata-mata karena Allah. Jika amal tersebut tercampur dengan riya' (pamer) atau niat selain Allah, maka amal itu tidak akan diterima.

  2. Bahaya Riya' dalam Ibadah: Riya' adalah salah satu bentuk syirik kecil yang dapat merusak amal ibadah. Dalam hadits ini, riya' dianggap sebagai sesuatu yang membatalkan penerimaan amal, bahkan jika amal tersebut dilakukan dengan tujuan baik, seperti shalat, namun jika tidak ikhlas karena Allah, amal tersebut tidak diterima.

  3. Keutamaan Beribadah Hanya untuk Allah: Allah mengingatkan kita bahwa Dia adalah Maha Kaya dan tidak membutuhkan penyekutuan dalam ibadah. Menggabungkan ibadah untuk Allah dengan niat atau dedikasi untuk selain-Nya menghilangkan keikhlasan dan mengurangi nilai amal tersebut.

  4. Menjaga Kemurnian Ibadah: Hadits ini mengajarkan kita untuk menjaga agar ibadah yang dilakukan tetap murni dan tidak tercampur dengan unsur-unsur yang dapat mengurangi nilainya, seperti mencari pujian atau popularitas dari orang lain.

  5. Allah Tidak Menerima Amal yang Tercampur Syirik: Jika amal ibadah tercampur dengan syirik, seperti riya' atau sum'ah (ingin didengar pujian), Allah tidak akan menerima amal tersebut. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha menjaga keikhlasan dalam setiap amal yang kita lakukan.

  6. Kewajiban Ikhlas dalam Semua Amal: Hadits ini mengingatkan kita bahwa setiap amal yang kita lakukan, baik itu ibadah wajib seperti shalat maupun amal sunnah lainnya, harus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah semata, bukan untuk tujuan duniawi seperti mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain.

Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga niat dan keikhlasan dalam setiap perbuatan kita, serta memperingatkan kita terhadap bahaya riya' yang bisa menghilangkan pahala amal ibadah.

 


Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


الشرك الأصغر هو كل ما نهى عنه الشرع مما هو ذريعة إلى الشرك الأكبر، ووسيلة للوقوع فيه، وهو غير مخرج من ملة الإسلام، ومن أنواع هذا الشرك: الرياء، وهو من صنيع المنافقين.
وفي هذا الحديث يخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن الله تبارك وتعالى قال: «أنا أغنى الشركاء عن الشرك»؛ فالله تعالى هو الغني عن كل شيء، لا ند له، ومعطي إلا هو، وأنه إذا عمل الإنسان عملا من الطاعات مما يختص به الله، فجعله لله ولغير الله، تركه الله فلم يقبله منه ولم يعطه ثوابا عليه، فلو صلى الإنسان لله وللناس لم يقبل الله صلاته؛ فالله سبحانه وتعالى هو الذي خلق الخلق، وهو الذي يرزقهم، فكيف يقابلون نعمه وأفضاله عليهم بإشراك غيره معه في التوجه إليه بالطاعة؟! بل الواجب عليهم إخلاص النية لله وإفراده بالعبادة.
فأخبر الله عز وجل أنه يتبرأ من العمل الذي لم يخلص فيه صاحبه النية له سبحانه، وشابته شائبة الشرك؛ فيرده على صاحبه، ولا يقبله؛ لأنه سبحانه لا يقبل إلا ما كان خالصا لوجهه لا رياء فيه ولا سمعة تخالطه.
وفي الحديث: أن الرياء إذا دخل في العبادة؛ فإنها لا تقبل.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers