Hadits: Disyariatkannya Menerima Pemberian Yang Tidak Diminta atau Tidak Diinginkan
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, dan sahabatnya. Semoga kita semua senantiasa diberi taufik dan hidayah-Nya untuk senantiasa berada di jalan yang lurus.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dua hadits yang sangat mengajarkan kita tentang sikap yang benar dalam menerima dan menggunakan rezeki atau pemberian. Hadits pertama dan kedua yang kita baca bersama ini datang dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, yang menceritakan tentang Rasulullah ﷺ ketika memberikan pemberian kepada Umar. Mari kita simak bersama:
-----
Hadits 1:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya:
خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ،
أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ، مَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا المَالِ، وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ،
وَلَا سَائِلٍ، فَخُذْهُ، وَمَا لَا، فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
Artinya per
kalimat:
خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ،
أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ
Ambillah (harta ini), lalu
jadikan dia sebagai harta
milikmu, atau bersedekahlah dengannya.
مَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا
المَالِ،
Apa yang datang
kepadamu dari harta ini,
وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ،
sementara engkau
bukan orang yang mengharapkan,
وَلَا سَائِلٍ،
dan tidak pula
orang yang meminta (memohon),
فَخُذْهُ
maka ambillah.
وَمَا لَا، فَلَا
تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
Dan apa yang tidak
datang (kepadamu), maka dirimu jangan mengejarnya (berkeinginan
untuk mendapatkannya).
HR Al-Bukhari
(7164), Muslim (1045), An-Nasa’i (2606), dan Ahmad (100),
Hadits 2:
Dari Umar bin
Khattab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِينِي الْعَطَاءَ، فَأَقُولُ: أَعْطِهِ
مَنْ هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ مِنِّي، فَقَالَ: خُذْهُ؛ إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا
الْمَالِ شَيْءٌ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ، فَخُذْهُ، وَمَا لَا
فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِينِي الْعَطَاءَ
Adalah Rasulullah ﷺ memberiku pemberian.
فَأَقُولُ: أَعْطِهِ مَنْ هُوَ أَفْقَرُ
إِلَيْهِ مِنِّي
lalu aku berkata: 'Berikanlah kepada orang yang lebih
membutuhkan daripadaku.'
فَقَالَ: خُذْهُ
Maka beliau ﷺ bersabda:
'Ambillah.'
إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْءٌ
Jika datang kepadamu dari harta ini sesuatu...
وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ
...dan kamu tidak mengharapkan dan
tidak meminta.
فَخُذْهُ
maka ambillah.
وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
dan adapun yang tidak (datang), maka janganlah dirimu mengikutinya (jangan terlalu menginginkannya).
(HR. Al-Bukhari No.
1473).
Syarah Hadits
المالُ مِن فِتَنِ
الحَياةِ الدُّنيا
Harta adalah salah satu ujian kehidupan dunia.
الَّتي يَنبَغِي
لِلمُؤمِنِ أَنْ يَصُونَ نَفْسَهُ عَنِ الحِرْصِ عَلَيْهِ
Yang seharusnya seorang mukmin menjaga dirinya dari keserakahan terhadapnya.
وَيَحْتَرِزَ مِنْ أَنْ
يَطْلُبَهُ بِغَيْرِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ تَعَالَى
Dan berhati-hati agar tidak mencarinya dengan cara yang tidak dihalalkan oleh Allah Ta'ala.
أَوْ يُنْفِقَهُ فِي
غَيْرِ مَرْضَاتِهِ
Atau membelanjakannya di jalan yang tidak diridhai-Nya.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ
يَرْوِي عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْطِيهِ شَيْئًا مِنَ العَطَاءِ
Dalam hadits ini, Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ memberinya sesuatu dari pemberian.
وَفِي رِوَايَةِ
النَّسَائِيِّ: «يُعْطِينِي المَالَ»
Dalam riwayat An-Nasa'i disebutkan: 'Beliau memberiku harta.'
فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي لِعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ شَيْئًا
مِنْ مَالِ الزَّكَاةِ عَلَى أَنَّهُ نَظِيرُ عَمَلِهِ فِيهَا
Rasulullah ﷺ memberikan kepada Umar radhiyallahu 'anhu sesuatu dari harta zakat sebagai imbalan atas pekerjaannya mengurusnya.
لَا عَلَى أَنَّهُ
صَدَقَةٌ
Bukan sebagai sedekah.
وَظَنَّ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِيهِ إِيَّاهُ لِظَنِّهِ فَقْرَهُ
Dan Umar mengira bahwa Nabi ﷺ memberikannya karena beliau mengira Umar fakir.
فَطَلَبَ مِنَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعْطِيَ هَذَا المَالَ مَنْ هُوَ
أَفْقَرُ مِنْهُ
Maka Umar meminta kepada Nabi ﷺ agar memberikannya kepada orang yang lebih fakir darinya.
فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَأْخُذَهُ
Lalu Nabi ﷺ memerintahkannya untuk mengambilnya.
وَقَالَ لَهُ -كَمَا فِي
رِوَايَةِ مُسْلِمٍ-: «خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ، أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ»
Dan beliau bersabda kepadanya -sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim-: 'Ambillah, jadikan itu sebagai hartamu, atau bersedekahlah dengannya.'
فَخَيَّرَهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَنْ يُبْقِيَهُ مَعَهُ وَيَنْتَفِعَ بِهِ
Lalu Nabi ﷺ memberinya pilihan antara menyimpan dan memanfaatkannya.
أَوْ يَتَصَدَّقَ بِهِ
هُوَ بَعْدَ أَنْ يَحُوزَهُ مِنْهُ
...atau bersedekah dengannya setelah harta itu berada di tangannya.
ثُمَّ بَيَّنَ لَهُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَبَ أَمْرِهِ لَهُ بِأَخْذِ
هَذَا المَالِ
Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan alasan memerintahkannya untuk menerima harta tersebut.
وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا
جَاءَهُ مِنْ هَذَا المَالِ شَيْءٌ وَهُوَ غَيْرُ مُتَطَلِّعٍ إِلَيْهِ،
Karena jika harta
itu datang kepadanya tanpa ia mengharap,
وَلَا حَرِيصٍ عَلَيْهِ،
وَلَا سَاعٍ فِي سَبِيلِهِ، وَغَيْرُ طَالِبٍ لَهُ؛
Dan
tidak serakah, tidak mencarinya, dan
tidak memintanya,
فَلْيَأْخُذْهُ
maka ia boleh
mengambilnya.
وَأَمَّا لَمْ يُعْطَهُ
Dan adaun harta yang tidak diberikan kepadanya,
فَلَا يَنْبغِي لَهُ أَنْ
يَطْلُبَهُ أَوْ يَسْأَلَهُ وَيَتَمَنَّاهُ
maka ia tidak
seharusnya memintanya, mengharapkannya, atau menginginkannya.
وَفِي الحَدِيثِ: أَنَّهُ
لَمْ يَكُنْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مُتَهَافِتِينَ عَلَى الدُّنْيَا
Dalam hadits ini juga terdapat pelajaran bahwa para sahabat Rasulullah ﷺ tidak berlomba-lomba mengejar dunia.
وَلَا كَانُوا يُرِيدُونَ
بِأَعْمَالِهِمْ فِيهَا إِلَّا وَجْهَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dan mereka tidak menginginkan dari amal-amal mereka di dunia kecuali untuk mencari wajah Allah Azza wa Jalla.
وَفِيهِ: مَشْرُوعِيَّةُ
قَبُولِ العَطِيَّةِ إِذَا جَاءَتْ مِنْ غَيْرِ طَلَبٍ وَلَا تَطَلُّعٍ
Hadits ini juga menunjukkan disyariatkannya menerima pemberian jika datang tanpa permintaan atau harapan.
وَفِيهِ: مَنْقَبَةٌ
لِعُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَبَيَانُ فَضْلِهِ، وَزُهْدِهِ،
وَإِيثَارِهِ
Dan di dalamnya
terdapat keutamaan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, serta penjelasan
tentang keutamaan, kezuhudannya, dan sifat mengutamakan orang lain yang
dimilikinya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/9156
Pelajaran dari Hadits ini
Hadits ini memberikan pelajaran yang sangat penting tentang sikap terhadap pemberian, rezeki, dan adab dalam menerima atau menolak harta. Berikut adalah penjelasan rinci pelajaran dari hadits ini:
1. Sikap Rasulullah ﷺ yang Dermawan
- Rasulullah ﷺ sering memberikan pemberian kepada sahabat-sahabatnya: Ini menunjukkan sifat kemurahan hati beliau, yang tidak hanya dalam bentuk harta tetapi juga dalam kasih sayang dan perhatian terhadap kebutuhan orang lain.
- Keutamaan berbagi: Islam mendorong umatnya untuk membantu orang lain sesuai kemampuan mereka, baik dengan harta, tenaga, atau doa.
2. Keutamaan Menyadari Kebutuhan Orang Lain
- Sikap sahabat yang merasa ada orang lain yang lebih membutuhkan: Ini menunjukkan betapa para sahabat memiliki jiwa altruistik, mengutamakan orang lain meskipun mereka sendiri juga membutuhkan.
- Mengutamakan saudara seiman: Dalam Islam, membantu saudara yang lebih membutuhkan menjadi salah satu bentuk ibadah yang besar pahalanya.
3. Prinsip Tawakal dan Qana'ah
- Tawakal (berserah diri): Hadits ini mengajarkan untuk menerima rezeki yang datang tanpa perlu terlalu berharap atau memintanya secara berlebihan.
- Qana'ah (merasa cukup): Jika sesuatu datang dengan cara yang halal tanpa diusahakan secara serakah atau memalukan, maka boleh diterima. Namun, jika tidak datang, jangan memaksa diri untuk menginginkannya.
4. Etika Menerima Pemberian
- Tidak meminta-minta: Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa seseorang tidak seharusnya meminta harta kecuali dalam keadaan mendesak. Meminta tanpa keperluan mendesak menunjukkan sifat yang kurang baik dalam Islam.
- Menerima dengan ikhlas: Jika sesuatu diberikan tanpa memintanya, maka diterima sebagai bentuk karunia Allah, tanpa harus merasa bersalah.
5. Larangan Serakah terhadap Harta
- "Janganlah engkau mengikuti (mengharapkan) dengan dirimu": Ini adalah ajakan untuk tidak rakus terhadap harta yang tidak kita miliki. Sikap serakah dapat merusak hati, menjauhkan seseorang dari ketenangan, dan membawa kepada dosa.
- Menghindari obsesi terhadap dunia: Islam mengajarkan untuk fokus pada akhirat. Harta duniawi adalah sarana, bukan tujuan utama.
6. Penerapan dalam Kehidupan
- Pemberian sebagai Amanah: Jika menerima sesuatu, maka harus dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan kebutuhan, dan tidak disalahgunakan.
- Jangan meminta kecuali mendesak: Meminta-minta tanpa alasan yang jelas tidak hanya merendahkan martabat seseorang tetapi juga dilarang oleh Islam kecuali dalam keadaan darurat.
- Bersikap tenang terhadap rezeki: Islam mengajarkan agar rezeki yang datang tidak membuat seseorang terlalu gembira, dan kekurangan rezeki tidak membuatnya gelisah. Sikap ini akan melahirkan ketenangan jiwa.
7. Pentingnya Niat dalam Menerima Harta
- Harta yang diterima dengan cara yang baik akan membawa keberkahan: Ketika seseorang menerima sesuatu tanpa meminta dan dengan niat yang lurus, maka itu menjadi berkah baginya.
- Hati yang bersih lebih penting daripada banyaknya harta: Hadits ini menekankan pentingnya memiliki hati yang tidak terlalu terikat pada dunia.
Kesimpulan
Hadits ini mengajarkan keseimbangan antara menerima rezeki, bersyukur, dan menjaga kehormatan diri. Umat Islam diajarkan untuk memiliki sifat qana'ah, tidak serakah terhadap dunia, dan tetap menjaga etika dalam menerima pemberian. Selain itu, hadits ini menanamkan nilai bahwa rezeki yang datang secara halal dan tanpa meminta adalah karunia Allah yang patut disyukuri dan dimanfaatkan dengan bijak.
----- Penutup Kajian -----
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah ﷺ menegaskan kepada Umar, bahwa ketika menerima harta atau pemberian yang datang tanpa diminta, selama kita tidak dalam keadaan bergantung pada orang lain atau dalam posisi meminta, maka kita diperbolehkan untuk mengambilnya. Kita menerimanya dengan lapang dada, meskipun kita merasa bahwa orang lain mungkin lebih membutuhkan. Ini adalah ajaran yang menekankan pentingnya rasa syukur dan bijak dalam memanfaatkan rezeki yang diberikan.
Mari kita tutup kajian ini, semoga kita telah memperoleh pemahaman yang bermanfaat bagi kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
المال من فتن الحياة الدنيا التي ينبغي للمؤمن أن
يصون نفسه عن الحرص عليه، ويحترز من أن يطلبه بغير ما أحل الله تعالى، أو ينفقه في
غير مرضاته.
وفي هذا الحديث يروي عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن
النبي صلى الله عليه وسلم كان يعطيه شيئا من العطاء، وفي رواية النسائي: «يعطيني
المال»، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعطي لعمر رضي الله عنه شيئا من مال
الزكاة على أنه نظير عمله فيها، لا على أنه صدقة، وظن أن النبي صلى الله عليه وسلم
يعطيه إياه لظنه فقره، فطلب من النبي صلى الله عليه وسلم أن يعطي هذا المال من هو
أفقر منه، فأمره النبي صلى الله عليه وسلم أن يأخذه، وقال له -كما في رواية مسلم-:
«خذه فتموله، أو تصدق به»، فخيره صلى الله عليه وسلم بين أن يبقيه معه وينتفع به،
أو يتصدق به هو بعد أن يحوزه منه، ثم بين له النبي صلى الله عليه وسلم سبب أمره له
بأخذ هذا المال؛ وذلك أنه إذا جاءه من هذا المال شيء وهو غير متطلع إليه، ولا حريص
عليه، ولا ساع في سبيله، وغير طالب له؛ فليأخذه، وأما لم يعطه فلا ينبغي له أن
يطلبه أو يسأله ويتمناه.
وفي الحديث: أنه لم يكن أصحاب رسول الله صلى الله
عليه وسلم متهافتين على الدنيا، ولا كانوا يريدون بأعمالهم فيها إلا وجه الله عز
وجل.
وفيه: مشروعية قبول العطية إذا جاءت من غير طلب ولا
تطلع.
وفيه: منقبة لعمر بن الخطاب رضي الله عنه، وبيان
فضله، وزهده، وإيثاره.