Hadits: Keluarga, Harta dan Amal Akan Mengikuti Mayit ke Kuburan
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثٌ، فَيَرْجِعُ
اثْنَانِ، وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ،
فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ.
Tiga hal mengikuti mayit. Dua di antaranya akan kembali, dan satu akan tetap bersamanya. Yang mengikutinya yaitu
keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarganya dan hartanya akan kembali,
sedangkan amalnya akan tetap bersamanya.
HR Al-Bukhari
(6514), Muslim (2960), At-Tirmidhi (2379), An-Nasa'i (1937), dan Ahmad (12080).
Syarah Hadits
الآخِرَةُ هِيَ الدَّارُ البَاقِيَةُ
Akherat adalah rumah yang kekal.
وَالسَّعِيدُ هُوَ مَن أَكْثَرَ مِنَ
الأعْمَالِ الصَّالِحَةِ فِي دُنْيَاهُ
Dan orang yang berbahagia adalah dia yang banyak melakukan amal saleh di
dunianya.
لِتَكُونَ نَجَاةً لَهُ فِي قَبْرِهِ وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ
Agar menjadi keselamatan baginya di kuburnya dan di hari kiamat.
وَالشَّقِيُّ مَن ضَيَّعَ دُنْيَاهُ فِي
جَمْعِ المَالِ
Dan orang yang celaka adalah dia yang menyia-nyiakan dunianya dengan
mengumpulkan harta.
وَالانْشِغَالِ بِالأَهْلِ وَالأَبْنَاءِ
فِيمَا لَا يَنْفَعُ فِي الآخِرَةِ
Dan sibuk dengan keluarga dan anak-anak dalam hal yang tidak bermanfaat untuk
akhirat.
فَهَذَا كُلُّهُ يُفَارِقُ الإِنسَانَ عِندَ
مَوْتِهِ
Semua ini akan meninggalkan seseorang saat kematiannya.
وَلَا يَبْقَى لَهُ سِوَى عَمَلِهِ
Dan tidak ada yang tersisa baginya kecuali amalnya.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يُخْبِرُنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ إِلَى
قَبْرِهِ ثَلاَثَةٌ
Dan dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada kita bahwa tiga hal
mengikuti jenazah ke kuburnya.
فَيَرْجِعُ اثْنَانِ مِنْهَا إِلَى مَكَانِهِمَا
Maka dua di antaranya kembali ke tempatnya.
وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ
Dan yang satu tetap bersama dengannya.
يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ حَقِيقَةً مِنْ وَلَدِهِ
وَأَقَارِبِهِ
Yang mengikuti adalah keluarganya, yakni anak-anak dan kerabatnya.
وَمَالُهُ كَرَقِيقِهِ
Dan hartanya seperti budaknya.
فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ إِذَا انْقَضَى
أَمْرُ الْحَزْنِ عَلَيْهِ
Keluarganya dan hartanya akan kembali setelah urusan kesedihan terhadapnya
selesai.
سَوَاءٌ أَقَامُوا بَعْدَ الدَّفْنِ أَمْ لَا
Apakah mereka tinggal setelah penguburan atau tidak.
وَيَبْقَى عَمَلُهُ فَيَدْخُلُ مَعَهُ
الْقَبْرَ
Dan amalnya tetap tinggal, dan amalnya itu masuk bersama jenazahnya ke dalam
kubur.
وَيُحَاسَبُ عَلَيْهِ وَحْدَهُ
Dan dia akan diperhitungkan hanya untuk amalnya sendiri.
وَفِي هَذَا الْمَعْنَى تَرْغِيبٌ وَتَرْهِيبٌ
Dan dalam makna ini terdapat dorongan dan ancaman.
تَرْغِيبٌ فِي أَنْ يَسْعَى الإِنسَانُ فِي
دُنْيَاهُ لِاِكْتِسَابِ كُلِّ عَمَلٍ صَالِحٍ يَبْقَى لَهُ فِي قَبْرِهِ
Dorongan agar seseorang berusaha di dunianya untuk mendapatkan setiap amal baik
yang tetap ada baginya di kuburnya.
وَيَنْفَعُهُ فِي آخِرَتِهِ
Dan yang bermanfaat untuknya di akhirat.
فَيَكُونُ سَبَبًا لِدُخُولِ الْجَنَّةِ
Sehingga menjadi sebab untuk memasuki surga.
وَتَرْهِيبٌ وَتَخْوِيفٌ أَنْ يَأْتِيَ
الإِنسَانَ الْمَوْتُ وَقَدْ فَرَّطَ فِي الأعْمَالِ الصَّالِحَةِ
Dan ancaman agar seseorang datang kematian dan ia telah meremehkan amal-amal
saleh.
وَأَكْثَرَ مِنَ الْمَعَاصِي وَالذُّنُوبِ
Dan banyak melakukan dosa dan kesalahan.
فَتَكُونُ سَبَبًا فِي عَذَابِهِ
Sehingga menjadi sebab bagi siksaannya.
وَفِي الْحَدِيثِ: زَوَالُ الدُّنْيَا
مُتَمَثِّلَةً فِي الْأَهْلِ وَالْمَالِ
Dan dalam hadits ini: hilangnya dunia yang terwujud dalam keluarga dan harta.
وَبَقَاءُ الْعَمَلِ
Dan kekalnya amal.
وَفِيهِ: الْحَثُّ عَلَى كَثْرَةِ الأعْمَالِ
الصَّالِحَةِ الَّتِي تَبْقَى بَعْدَ الْمَوْتِ
Dan di dalamnya: anjuran untuk banyak melakukan amal saleh yang tetap ada
setelah kematian.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/10325
Pelajaran dari Hadits ini
Rasulullah ﷺ memberikan pelajaran yang sangat mendalam tentang hakikat kehidupan, kematian, dan akhirat, serta bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim terhadap dunia dan amal perbuatannya. Berikut ini beberapa pelajaran penting dari hadits ini:
1. Prioritas Akhirat sebagai Tujuan Utama
Hadits ini menekankan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal, sedangkan dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. "الآخِرَةُ هِيَ الدَّارُ البَاقِيَةُ" (Akherat adalah rumah yang kekal). Ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita jalani di dunia ini adalah sementara dan tidak bisa diharapkan akan tetap bersama kita selamanya. Oleh karena itu, kita harus memprioritaskan bekal untuk kehidupan akhirat melalui amal saleh yang kita lakukan di dunia.
2. Perbedaan antara Orang yang Bahagia dan Orang yang Celaka
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa orang yang berbahagia (السَّعِيدُ) adalah mereka yang banyak melakukan amal saleh di dunia, karena amal saleh tersebut akan memberikan manfaat bagi mereka di kehidupan setelah kematian. Sebaliknya, orang yang celaka (الشَّقِيُّ) adalah mereka yang hanya sibuk mengumpulkan harta dan terlarut dalam kesenangan duniawi, melupakan kehidupan akhirat. Ini mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, dengan memberi prioritas pada persiapan akhirat.
3. Keterbatasan Dunia dan Ketidakabadian Harta dan Keluarga
Dunia, harta, dan keluarga adalah bagian dari kehidupan kita yang sangat berharga, tetapi semua itu akan meninggalkan kita ketika kita meninggal dunia. Dalam hadits ini dijelaskan, "فَهَذَا كُلُّهُ يُفَارِقُ الإِنسَانَ عِندَ مَوْتِهِ" (Semua ini akan meninggalkan seseorang saat kematiannya). Keluarga dan harta hanya menjadi pendamping sementara di dunia, sedangkan amal adalah satu-satunya yang dapat ikut bersamanya menuju kehidupan setelah kematian. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu terikat pada dunia ini dan selalu siap menghadapi kematian.
4. Amal Saleh adalah Satu-satunya yang Tetap Bersama Seseorang setelah Kematian
Hadits ini mengajarkan bahwa amal saleh adalah satu-satunya yang dapat mengikut seseorang setelah mati, seperti yang disebutkan dalam "وَيَبْقَى عَمَلُهُ فَيَدْخُلُ مَعَهُ الْقَبْرَ" (Amalnya tetap ada dan akan masuk bersama dia ke dalam kubur). Ini menunjukkan pentingnya berusaha untuk selalu melakukan amal yang bermanfaat dan mendapatkan pahala yang akan terus mengalir meskipun kita sudah meninggal.
5. Keluarga dan Harta Tidak Bisa Menolong di Alam Kubur
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa yang mengikuti jenazah adalah keluarga, harta, dan amal. Namun, hanya amal yang dapat bertahan dan memberi manfaat. "فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ إِذَا انْقَضَى أَمْرُ الْحَزْنِ عَلَيْهِ" (Keluarga dan hartanya akan kembali setelah urusan kesedihan selesai). Ini adalah peringatan agar kita tidak terlalu bergantung pada dunia atau keluarga, karena mereka tidak akan dapat menolong kita dalam menghadapi pertanyaan di kubur atau di hari kiamat.
6. Dorongan untuk Memperbanyak Amal Saleh
Hadits ini juga memberi dorongan untuk memperbanyak amal saleh. "تَرْغِيبٌ فِي أَنْ يَسْعَى الإِنسَانُ فِي دُنْيَاهُ لِاِكْتِسَابِ كُلِّ عَمَلٍ صَالِحٍ يَبْقَى لَهُ فِي قَبْرِهِ" (Dorongan agar seseorang berusaha di dunianya untuk mendapatkan setiap amal baik yang tetap ada baginya di kuburnya). Ini mengingatkan kita untuk selalu berusaha melakukan amal yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga yang memberikan manfaat di kehidupan setelah kematian.
7. Bahaya Meninggalkan Amal Saleh dan Terjerumus dalam Dosa
Sebaliknya, hadits ini juga memberikan peringatan bagi mereka yang mengabaikan amal saleh dan terjatuh dalam perbuatan dosa. "تَرْهِيبٌ وَتَخْوِيفٌ أَنْ يَأْتِيَ الإِنسَانَ الْمَوْتُ وَقَدْ فَرَّطَ فِي الأعْمَالِ الصَّالِحَةِ" (Ancaman agar seseorang datang kematian dan ia telah meremehkan amal-amal saleh). Hal ini memperingatkan kita agar tidak menunda-nunda untuk beramal, karena kematian bisa datang kapan saja dan kita harus siap menghadapinya dengan bekal amal saleh.
8. Zaman Dunia yang Sementara dan Keabadian Amal
Hadits ini mengingatkan kita bahwa dunia akan berlalu, sementara amal tetap ada dan berlanjut. "زَوَالُ الدُّنْيَا مُتَمَثِّلَةً فِي الْأَهْلِ وَالْمَالِ" (Hilangnya dunia yang terwujud dalam keluarga dan harta). Ini menunjukkan bahwa kita harus fokus pada sesuatu yang kekal, yaitu amal yang dapat memberi manfaat di dunia dan akhirat.
9. Kehidupan Setelah Mati: Kematian Adalah Awal dari Kehidupan yang Kekal
Dari hadits ini, kita juga diajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu, tetapi justru awal dari kehidupan yang kekal. Hal ini mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat dengan melakukan amal baik yang dapat menolong kita di alam kubur dan hari kiamat.
10. Pentingnya Mengingat Kematian dan Mempersiapkan Bekal
Hadits ini juga mengingatkan kita untuk selalu mengingat kematian dan mempersiapkan bekal terbaik. Jangan sampai kita terlarut dalam kehidupan dunia yang sementara ini, tetapi melupakan persiapan untuk kehidupan yang lebih kekal.
Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan kita tentang pentingnya amal saleh, mengingat akhirat, dan tidak terlalu bergantung pada duniawi. Semua yang ada di dunia ini akan berlalu, tetapi amal saleh adalah satu-satunya yang akan mengiringi kita dalam kehidupan setelah kematian.