Hadits Arbain ke-37: Balasan Kebaikan Dilipatgandakan, Balasan Dosa Satu
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang dengan kasih sayang-Nya memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kita melalui wahyu-Nya yang mulia. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia mengikuti sunnah-Nya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini, kita akan merenungkan sebuah hadits yang sangat dalam maknanya. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Abbas ra, yang mengisahkan bagaimana Allah SWT mencatat setiap niat dan amal perbuatan kita, baik itu yang kita lakukan maupun yang belum sempat kita lakukan. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menyampaikan wahyu dari Allah mengenai cara-Nya mencatat amal kebaikan dan keburukan.
Hadits ini mengajarkan kita betapa besar rahmat dan kemurahan Allah terhadap umat-Nya. Allah tidak hanya mencatat amal perbuatan kita, tetapi juga memberikan pahala bagi setiap niat baik yang kita miliki, bahkan sekalipun kita belum sempat melaksanakannya.
Sebaliknya, jika kita berniat melakukan keburukan namun tidak jadi melakukannya, Allah menggantinya dengan pahala.
Mari kita kaji hadits yang mulia ini, yang juga merupakan Hadits Arbain ke-37:
----
Hadits ke-1:
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَن
هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، وَمَن هَمَّ
بِحَسَنَةٍ فَعَمِلَهَا، كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ، وَمَن
هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، لَمْ تُكْتَبْ، وَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ.
Barangsiapa berniat (melakukan) kebaikan
lalu tidak melakukannya, dituliskan untuknya satu kebaikan; dan barangsiapa
berniat (melakukan) kebaikan lalu melakukannya, dituliskan untuknya sepuluh
(pahala) hingga tujuh ratus kali lipat; dan barangsiapa berniat (melakukan)
keburukan lalu tidak melakukannya, tidak dituliskan; dan jika melakukannya,
dituliskan.
HR Muslim (130)
Hadits ke-2:
Dari Abdullah
bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِندَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِندَهُ
عَشْرَ حَسَنَاتٍ، إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ،
وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِندَهُ
حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ
سَيِّئَةً وَاحِدَةً.
Sesungguhnya
Allah telah menetapkan (catatan) kebaikan dan keburukan, kemudian Dia
menjelaskannya. Barangsiapa berniat (melakukan) kebaikan lalu tidak
melakukannya, Allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang
sempurna. Jika ia berniat dan melakukannya, Allah mencatatnya di sisi-Nya
sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan hingga kelipatan
yang banyak. Dan barangsiapa berniat (melakukan) keburukan lalu tidak
melakukannya, Allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna.
Jika ia berniat dan melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja.
HR Al-Bukhari
(6491) dan Muslim (131)
Syarah Hadits
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَاسِعُ الرَّحْمَةِ،
Allah ‘Azza wa Jalla Maha Luas Rahmat-Nya,
جَزِيلُ العَطَاءِ،
dan Maha Melimpah Pemberian-Nya,
وَمُعَامَلَتُهُ لِعِبَادِهِ دَائِرَةٌ بَيْنَ
العَدْلِ وَالفَضْلِ.
dan perlakuan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya berputar antara keadilan dan
karunia.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ بَيَانٌ لِكَرَمِ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ العِبَادِ فِي كِتَابَةِ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ؛
Dan dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang kemurahan Allah ‘Azza wa Jalla
terhadap hamba-hamba-Nya dalam penulisan amal baik dan amal buruk;
فَيَرْوِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي هَذَا الحَدِيثِ القُدُسِيِّ الَّذِي يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ
وَجَلَّ:
maka Nabi صلى الله عليه وسلم meriwayatkan dalam hadis qudsi ini yang
beliau riwayatkan dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla:
أَنَّ اللَّهَ أَمَرَ المَلَائِكَةَ
الحَفَظَةَ بِكِتَابَةِ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لِلْعَبْدِ؛
bahwa Allah memerintahkan malaikat penjaga untuk mencatat amal baik dan amal
buruk seorang hamba;
لِيُجَازِيَهُ بِهَا فِي الدَّارِ الآخِرَةِ،
agar Dia membalasnya dengan catatan itu di negeri akhirat,
أَوْ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدَّرَ
الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ قَدِيمًا وَفْقَ عِلْمِهِ سُبْحَانَهُ،
atau bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan amal baik dan amal buruk sejak
dahulu sesuai dengan ilmu-Nya
ثُمَّ بَيَّنَ لِلْمَلَكَيْنِ كَيْفَ
يَكْتُبَانِهَا،
kemudian Dia menjelaskan kepada dua malaikat bagaimana cara mencatatnya,
«فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ»
‘Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan,’
وَالهَمُّ هُوَ النِّيَّةُ وَعَقْدُ العَزْمِ،
dan niat adalah keinginan dan tekad yang kuat,
والمَعْنَى: فَمَنْ نَوَى حَسَنَةً وَأَرَادَ
أَنْ يَفْعَلَهَا،
maknanya: barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan dan ingin melakukannya,
وَلَكِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهَا لِمَانِعٍ، أَوْ
لِغَيْرِ مَانِعٍ،
tetapi dia tidak melakukannya karena ada halangan, atau tanpa halangan,
كَتَبَهَا اللَّهُ عِندَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً
غَيْرَ مَنْقُوصَةٍ،
Allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna tanpa
dikurangi,
وَاطِّلَاعُ المَلَكِ عَلَى النِّيَّةِ
الَّتِي هِيَ مِنْ فِعْلِ القَلْبِ يَكُونُ بِإِطْلَاعِ اللَّهِ تَعَالَى
إِيَّاهُ،
dan pengetahuan malaikat tentang niat yang merupakan perbuatan hati terjadi
karena Allah Ta'ala memberitahukannya,
فَإِذَا هَمَّ العَبْدُ بِالحَسَنَةِ
فَعَمِلَهَا،
maka jika seorang hamba berniat melakukan kebaikan lalu melakukannya,
كَتَبَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَضَاعَفَهَا
مِنْ عَشْرِ حَسَنَاتٍ،
Allah ‘Azza wa Jalla mencatatnya dan melipatgandakannya dari sepuluh kebaikan,
إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ،
sampai tujuh ratus kali lipat,
إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ،
hingga lipatan yang banyak,
كَمَا قَالَ تَعَالَى:
sebagaimana firman-Nya:
{مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ} [البَقَرَة: 261]؛
{Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas lagi
Maha Mengetahui} [QS. Al-Baqarah: 261];
وَذَلِكَ بِحَسَبِ الإِخْلَاصِ وَصِدْقِ
العَزْمِ،
dan itu sesuai dengan keikhlasan dan ketulusan tekad,
وَحُضُورِ القَلْبِ،
serta kehadiran hati,
وَتَعَدِّي النَّفْعِ.
dan meluasnya manfaat.
وَمَنْ نَوَى عَمَلَ سَيِّئَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا -خَوْفًا مِنَ اللَّهِ وَحَيَاءً مِنْهُ-
Dan barangsiapa yang berniat melakukan kejahatan tetapi tidak melakukannya
karena takut kepada Allah dan malu kepada-Nya,
كَتَبَهَا اللَّهُ عِندَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً؛
Allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna;
لَا يَنْقُصُ مِنْ ثَوَابِهَا شَيْءٌ،
tidak ada sedikit pun pengurangan dari pahalanya,
فَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا،
namun jika dia berniat melakukannya lalu melakukannya,
كَتَبَهَا اللَّهُ عَلَيْهِ سَيِّئَةً
وَاحِدَةً دُونَ زِيَادَةٍ أَوْ مُضَاعَفَةٍ كَمَا فِي الحَسَنَاتِ.
Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan tanpa penambahan atau pelipatgandaan
seperti pada amal baik.
وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ سَعَةِ فَضْلِ
اللَّهِ عَلَى هَذِهِ الأُمَّةِ؛
Dan dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang luasnya karunia Allah atas umat
ini;
إِذْ لَوْلَا ذَلِكَ كَادَ لَا يَدْخُلُ
أَحَدٌ الجَنَّةَ؛
karena jika bukan karena itu, hampir tidak ada seorang pun yang masuk surga;
لِأَنَّ عَمَلَ العِبَادِ لِلسَّيِّئَاتِ
أَكْثَرُ مِنْ عَمَلِهِمْ لِلحَسَنَاتِ.
karena amal hamba-hamba untuk kejahatan lebih banyak daripada amal mereka untuk
kebaikan.
مِنْ فَوَائِدِ الحَدِيثِ
Diantara faedah hadis ini:
هَذَا الحَدِيثُ مِمَّا يَرْوِيهِ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ رَبِّهِ، وَيُسَمَّى بِالحَدِيثِ
القُدُسِيِّ أَوِ الإِلٰهِيِّ، وَهُوَ الَّذِي لَفْظُهُ وَمَعْنَاهُ مِنَ اللَّهِ،
غَيْرَ أَنَّهُ لَيْسَتْ فِيهِ خَصَائِصُ القُرْآنِ الَّتِي اِمْتَازَ بِهَا
عَمَّا سِوَاهُ، مِنَ التَّعَبُّدِ بِتِلَاوَتِهِ وَالطَّهَارَةِ لَهُ
وَالتَّحَدِّي وَالإِعْجَازِ وَغَيْرِ ذٰلِكَ.
Hadis ini termasuk yang diriwayatkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم
dari Rabbnya, dan disebut
sebagai hadis qudsi atau ilahi, yaitu
hadis yang lafaz dan maknanya berasal dari Allah, hanya saja, ia tidak memiliki ciri-ciri khusus Al-Qur'an yang
membedakannya dari yang lain, seperti
ibadah dalam membacanya, kesucian untuk menyentuhnya, tantangan, kemukjizatan,
dan lainnya.
وَ مِنْهَا: إِثْبَاتُ
كِتَابَةِ اللَّهِ تَعَالَى الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَانُهُ ذٰلِكَ
لِعِبَادِهِ حَتَّى يَعْلَمُوا ذٰلِكَ، وَيَكُونُوا عَلَى بَصِيرَةٍ مِنْ
أَمْرِهِمْ،
فَيَمْتَثِلُوا أَمْرَهُ وَيَجْتَنِبُوا نَهْيَهُ عَلَى هُدًى مِنْ
رَبِّهِمْ.
Dan dari faidah
hadits yaitu:
Pembuktian bahwa Allah Ta'ala mencatat amal baik dan amal
buruk, kemudian
penjelasan-Nya tentang hal itu kepada hamba-hamba-Nya agar mereka
mengetahuinya, dan agar mereka berada dalam kesadaran akan urusan mereka, sehingga mereka
menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan petunjuk dari Rabb
mereka.
وَ مِنْهَا: بَيَانُ فَضْلِ اللَّهِ
تَعَالَى العَظِيمِ عَلَى هٰذِهِ الأُمَّةِ فِي كِتَابَةِ الحَسَنَاتِ
وَمُضَاعَفَتِهَا، وَعَدَمِ كِتَابَةِ السَّيِّئَاتِ إِلَّا بَعْدَ فِعْلِهَا
وَكِتَابَتِهَا سَيِّئَةً وَاحِدَةً.
Dan dari faidah
hadits yaitu:
Penjelasan tentang karunia Allah Ta'ala yang besar atas
umat ini dalam penulisan amal baik dan pelipatgandaannya, dan tidak dicatatnya amal
buruk kecuali setelah dilakukan, serta pencatatannya sebagai satu kejahatan.
وَ مِنْهَا: الزِّيَادَةُ فِي مُضَاعَفَةِ الحَسَنَاتِ
بِحَسَبِ مَا فِي القَلْبِ مِنَ الإِخْلَاصِ وَتَعَدِّي النَّفْعِ وَنَحْوِ
ذٰلِكَ،
فَيُضَاعِفُهَا اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ وَفَضْلِهِ.
Dan dari faidah
hadits yaitu:
Penambahan dalam pelipatgandaan amal baik sesuai dengan
apa yang ada di hati seperti keikhlasan dan meluasnya manfaat, maka Allah
melipatgandakannya dengan rahmat dan karunia-Nya.
وَ مِنْهَا: بَيَانُ الفَضْلِ
الَّذِي يَتَرَتَّبُ لِلْعَبْدِ عَلَى تَرْكِ السَّيِّئَةِ وَهِجْرَانِ
لَذَّتِهَا، وَتَرْكِ شَهْوَتِهِ مِنْ أَجْلِ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، رَغْبَةً فِي
ثَوَابِهِ، وَرَهْبَةً مِنْ عِقَابِهِ.
Dan dari faidah
hadits yaitu:
Penjelasan tentang karunia yang diberikan kepada seorang
hamba karena meninggalkan kejahatan dan menjauhi kenikmatannya, serta meninggalkan
syahwatnya karena Rabbnya ‘Azza wa Jalla, karena mengharap pahala-Nya dan takut akan siksa-Nya.
وَ مِنْهَا: مِنْ لُطْفِ اللَّهِ
تَعَالَى بِالأُمَّةِ أَنَّ ضَاعَفَ لَهَا حَسَنَاتِهَا وَلَمْ يُضَاعِفْ
سَيِّئَاتِهَا.
Dan dari faidah
hadits yaitu:
Di antara kelembutan Allah Ta'ala terhadap umat ini adalah
bahwa Dia melipatgandakan kebaikan mereka dan tidak melipatgandakan kejahatan
mereka.
كِتَابَةُ المَلَائِكَةِ لِجَمِيعِ
الأَعْمَالِ مِنْ أَعْمَالِ القُلُوبِ وَالجَوَارِحِ.
Dan dari faidah hadits yaitu: Pencatatan
malaikat terhadap semua amal, baik amal hati maupun amal anggota badan.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/10309
Pelajaran dari Hadits ini
Berikut adalah beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari hadits di atas:
1. Luasnya Rahmat dan Kemurahan Allah
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memiliki rahmat yang sangat luas dan kemurahan yang tak terbatas. Allah memberikan balasan kebaikan berlipat-lipat meskipun amalnya kecil, sedangkan keburukan hanya dihitung satu saja. Ini menunjukkan betapa Allah lebih mengutamakan rahmat-Nya dibandingkan azab-Nya.
2. Keadilan Allah dalam Memberi Balasan
Allah memperlakukan hamba-Nya dengan adil. Kebaikan dibalas dengan lipatan pahala, sedangkan kejahatan dibalas setimpal tanpa tambahan siksa. Bahkan, dalam beberapa kondisi, dosa bisa dihapuskan jika pelakunya bertaubat atau tidak jadi melakukannya karena takut kepada Allah.
3. Pentingnya Niat dalam Islam
Hadits ini menegaskan bahwa niat adalah dasar dari setiap amal.
- Niat baik yang belum terlaksana tetap dicatat sebagai satu kebaikan.
- Niat baik yang dilaksanakan akan dilipatgandakan pahalanya.
- Niat buruk yang tidak jadi dilakukan karena takut kepada Allah malah dicatat sebagai kebaikan.
- Niat buruk yang dilakukan dicatat sebagai satu dosa saja.
4. Motivasi untuk Selalu Berniat Baik
Karena niat baik saja sudah mendapatkan pahala, maka ini menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk senantiasa berniat baik dalam setiap waktu, bahkan jika belum bisa mewujudkannya.
5. Menghindari Dosa karena Takut kepada Allah
Jika seseorang berniat melakukan dosa tetapi tidak jadi melaksanakannya karena takut kepada Allah, maka ini justru menjadi pahala baginya. Ini menunjukkan pentingnya rasa takut kepada Allah (khashyah) sebagai benteng dari perbuatan maksiat.
6. Ganjaran Kebaikan yang Berlipat Ganda
Allah melipatgandakan pahala kebaikan dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, bahkan lebih sesuai dengan keikhlasan, ketulusan niat, dan manfaat kebaikan tersebut. Seperti dalam firman Allah:
"مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ..." (Al-Baqarah: 261)
7. Allah Maha Mengetahui Isi Hati
Meski niat adalah urusan hati yang tersembunyi, Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada manusia. Para malaikat hanya mencatat berdasarkan petunjuk Allah yang mengetahui segala rahasia hati.
8. Bukti Kasih Sayang Allah terhadap Umat Nabi Muhammad ﷺ
Hadits ini menjadi bukti bahwa umat Nabi Muhammad ﷺ memiliki keistimewaan dibanding umat-umat sebelumnya dalam hal kemudahan mendapatkan pahala dan penghapusan dosa.
9. Membiasakan Muhasabah Diri (Introspeksi Diri)
Dengan mengetahui bagaimana amal dicatat, seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam mengelola niat dan amal perbuatannya, serta rajin melakukan introspeksi untuk memperbaiki diri.
10. Harapan Besar untuk Mendapatkan Surga
Meskipun manusia penuh dengan dosa, rahmat dan ampunan Allah yang luas memberikan harapan besar untuk meraih surga asalkan selalu berusaha melakukan kebaikan, bertaubat, dan memperbaiki diri.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Sungguh, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, memberikan kesempatan kepada kita untuk meraih pahala yang berlimpah meski dengan niat baik yang belum terwujud.
Setelah menyimak bersama hadits ini, kita dapat memahami betapa pentingnya menjaga niat baik dan berusaha selalu melakukan amal kebajikan. Hadits ini juga menjadi dorongan bagi kita untuk selalu berusaha mengendalikan diri, agar tidak terjerumus dalam perbuatan buruk, dan senantiasa berupaya untuk mendapatkan ridha Allah.
Semoga dengan memahami hadits ini, kita semakin dekat dengan-Nya, dan semakin semangat dalam berbuat kebaikan.