Hadits: Larangan Berlebihan dalam Makan
Dari Al-Miqdam bin Ma'di Karib radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ
وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ،
فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ
لِنَفَسِهِ.
Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk daripada
perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang
punggungnya. Namun, jika ia harus melebihinya, maka sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.
HR At-Tirmidzi
(2380), An-Nasa'i dalam kitab As-Sunan Al-Kubra (6769), Ibnu Majah (3349), dan
Ahmad (17186).
Syarah Hadits
مِنَ الوَسَائِلِ
الَّتِي تَحْفَظُ لِلإِنسَانِ صِحَّتَهُ وَنَشَاطَهُ
Dari cara-cara
yang menjaga kesehatan dan kebugaran seseorang
أَلَّا يَبْلُغَ فِي
طَعَامِهِ إِلَى الشِّبَعِ المُفْرِطِ؛
adalah tidak
berlebihan dalam makan hingga mencapai kekenyangan yang berlebihan;
وَذَلِكَ حَتَّى لَا
يَضِيقَ بِهِ التَّنَفُّسُ،
dan hal itu
dilakukan agar tidak sampai mengganggu pernapasan
فَيُؤَثِّرَ سَلْبًا فِي
بَاقِي الأَعْضَاءِ وَالجَسَدِ مَادِّيًّا وَمَعْنَوِيًّا بِتَثَاقُلِهِ عَنِ
الطَّاعَاتِ،
sehingga berdampak
buruk pada anggota tubuh lainnya dan tubuh secara fisik maupun mental karena
menyebabkan seseorang menjadi berat untuk melaksanakan ketaatan
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ
يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً
شَرًّا مِنْ بَطْنٍ،
dan dalam hadits
ini, Nabi ﷺ
bersabda: Tidak ada wadah
yang diisi manusia lebih buruk daripada perutnya
أَي: يُشَبِّهُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ البَطْنَ بِمَا تَحْفَظُهُ مِنْ
طَعَامٍ وَشَرَابٍ،
yaitu Nabi ﷺ mengumpamakan perut dengan wadah yang menyimpan
makanan dan minuman
بِمِثْلِ الوِعَاءِ
الَّذِي يُتَّخَذُ لِحِفْظِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ،
seperti wadah
yang digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman
وَأَنَّ الإِنسَانَ
يَحْرِصُ عَلَى امْتِلَائِهِ كَمَا يَحْرِصُ عَلَى امْتِلَاءِ أَوْعِيَتِهِ
وَأَوَانِيهِ،
dan manusia
sangat berkeinginan agar perutnya penuh sebagaimana dia berkeinginan memenuhi
wadah dan bejana miliknya
وَوَصَفَهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالشَّرِّ؛ لأَنَّهُ إِذَا مَا امْتَلَأَ أَفْضَى
إِلَى الفَسَادِ فِي دِينِ المَرْءِ وَدُنْيَاهُ،
dan Nabi ﷺ menyifatinya dengan keburukan karena jika perutnya
penuh, hal itu akan menimbulkan kerusakan pada agama dan dunianya
ثُمَّ يُرْشِدُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُبَيِّنُ كَيْفَ لِلإِنسَانِ
أَنْ يَمْلَأَهُ،
kemudian Nabi ﷺ memberikan petunjuk dan menjelaskan bagaimana
seseorang harus mengisinya
فَيَقُولُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ،
beliau ﷺ bersabda: Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap
makanan
وَفِي رِوَايَةٍ: لُقَيْمَاتٌ
جَمْعُ لُقَيْمَةٍ، وَهِيَ تَصْغِيرُ لُقْمَةٍ،
dan dalam
riwayat lain: beberapa potong kecil makanan, yaitu jamak dari kata luqaymah,
bentuk kecil dari luqmah
أَي: يَكْفِيهِ الأَخْذُ
وَالتَّنَاوُلُ مِنَ الطَّعَامِ بِقَدْرِ لُقَيْمَاتٍ أَوْ أُكِيلَاتٍ قَلِيلَةٍ يُقِمْنَ
صُلْبَهُ، أَي: ظَهْرَهُ،
artinya, cukup
baginya untuk mengambil dan makan makanan sebanyak beberapa potong kecil atau
sedikit saja yang dapat menegakkan punggungnya, yaitu punggungnya
وَالمُرَادُ: أَنَّهُ
يَتَزَوَّدُ وَيَأْكُلُ بِقَدْرِ مَا يَتَقَوَّى بِهِ، لَا إِلَى أَنْ يَشْبَعَ،
dan yang
dimaksud adalah dia mengambil bekal dan makan hanya sebatas yang dapat
memberinya kekuatan, tidak sampai kenyang
فَإِنْ كَانَ لَا
مَحَالَةَ، أَي: فَإِذَا كَانَ لَا بُدَّ لَهُ أَنْ يَسْتَزِيدَ مِنَ الطَّعَامِ
وَيَتَجَاوَزَ فِيهِ فَوْقَ هَذَا القَدْرِ،
Namun jika dia
harus melakukannya, yaitu jika dia tidak dapat menahan diri dan harus menambah
makanan melebihi jumlah tersebut
فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ
وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ،
maka sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya
أَي: يَجْعَلُهُ
ثَلَاثَةَ أَثْلَاثٍ،
artinya, dia
membaginya menjadi tiga bagian
وَخَصَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّفَسَ بِالذِّكْرِ؛ لأَنَّ الرِّئَةَ تَحْتَاجُ إِلَى
مِسَاحَةٍ لِلتَّنَفُّسِ،
dan Nabi ﷺ secara khusus menyebutkan nafas karena paru-paru
membutuhkan ruang untuk bernapas
وَامْتِلَاءُ البَطْنِ
يُحَجِّمُ أَمْرَهَا وَيُقَلِّلُ مِنْ أَدَائِهَا،
dan perut yang
penuh akan mempersempit fungsinya dan mengurangi kemampuannya
وَفِي هَذَا صِحَّةُ
الإِنسَانِ وَسَلَامَتُهُ مِنَ الآفَاتِ،
dan dalam hal
ini terdapat kesehatan manusia dan keselamatannya dari berbagai penyakit
وَهَذَا لَيْسَ فِيهِ
مَنْعٌ مِنَ الشِّبَعِ فِي بَعْضِ المَرَّاتِ،
dan ini bukanlah
larangan untuk kenyang sesekali
وَلَكِنَّهُ إِرْشَادٌ
لِلأَفْضَلِ وَالأَنْفَعِ لِلْبَدَنِ وَالقَلْبِ؛
tetapi ini
adalah petunjuk kepada yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi tubuh dan hati
فَإِنَّ البَطْنَ إِذَا
امْتَلَأَتْ مِنَ الطَّعَامِ ضَاقَتْ عَنِ الشَّرَابِ،
karena jika
perut dipenuhi dengan makanan, maka ia akan menyempit untuk minuman
فَإِذَا وَرَدَ
عَلَيْهَا الشَّرَابُ ضَاقَتْ عَنِ النَّفَسِ وَعَرَضَ لَهَا الكَرْبُ وَالتَّعَبُ
بِحَمْلِهِ.
dan jika minuman
masuk ke dalamnya, ia akan menyempit untuk nafas, sehingga menyebabkan sesak
dan kelelahan akibat beban yang ditanggungnya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/74753
Pelajaran dari Hadits ini
1. Pentingnya Sikap Pertengahan dalam Makan
- Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam makan sehingga mencapai tingkat kekenyangan yang berlebihan. Sikap ini menunjukkan pentingnya wasathiyyah (kesederhanaan) dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal makan.
- Makan secukupnya membantu menjaga kesehatan tubuh, menghindari berbagai penyakit akibat makan berlebihan, seperti obesitas, gangguan pencernaan, dan penyakit metabolik.
2. Efek Makan Berlebihan pada Kesehatan
- Hadits ini menunjukkan bahwa makan berlebihan dapat mengganggu fungsi organ tubuh, seperti pernapasan yang menjadi terganggu akibat perut terlalu penuh.
- Selain itu, dampak fisik dari makan berlebihan juga bisa menyebabkan tubuh menjadi lesu dan malas, sehingga menghambat seseorang untuk melakukan amal ibadah dan aktivitas positif lainnya.
3. Keseimbangan Antara Tubuh dan Jiwa
- Rasulullah ﷺ menekankan bahwa makan tidak hanya soal memuaskan nafsu, tetapi juga soal menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan kebutuhan spiritual.
- Perut yang terlalu penuh dapat memengaruhi jiwa, membuat seseorang lebih sulit berkonsentrasi dalam beribadah, berpikir jernih, atau merasakan kedekatan dengan Allah SWT.
4. Pembagian Ideal dalam Konsumsi
- Rasulullah ﷺ memberikan panduan proporsi ideal: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernapasan.
- Prinsip ini mencerminkan ajaran Islam yang selalu menekankan keseimbangan dan harmoni dalam hidup, termasuk dalam hal-hal yang tampak sederhana seperti makan dan minum.
5. Pencegahan dari Keburukan
- Rasulullah ﷺ menyebut perut yang penuh sebagai “wadah terburuk” yang dapat diisi oleh manusia. Hal ini mengajarkan bahwa kebiasaan buruk dalam makan bisa menjadi pintu masuk bagi banyak keburukan lain, seperti kemalasan, ketidakpedulian terhadap kesehatan, hingga keserakahan.
- Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan nafsu makan, hal itu dapat mencerminkan kurangnya pengendalian diri secara umum, yang pada akhirnya memengaruhi aspek lain dalam kehidupannya.
6. Kesadaran terhadap Nikmat Allah
- Hadits ini juga mengingatkan umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan nikmat makanan yang telah Allah berikan dengan cara makan secara berlebihan atau membuang-buang makanan.
- Mengonsumsi makanan secukupnya adalah bentuk rasa syukur atas nikmat Allah sekaligus kepedulian terhadap orang lain yang mungkin membutuhkan.
7. Panduan Kesehatan dari Rasulullah ﷺ
- Nabi Muhammad ﷺ, jauh sebelum ilmu kedokteran modern berkembang, telah memberikan panduan kesehatan yang sangat relevan hingga hari ini. Prinsip makan secukupnya dan menjaga keseimbangan asupan makanan, minuman, dan ruang untuk bernapas adalah salah satu contoh nyata dari sunnah yang membawa maslahat besar bagi umat manusia.
8. Motivasi untuk Produktivitas
- Makan berlebihan dapat membuat tubuh terasa berat dan pikiran menjadi lamban, sehingga seseorang cenderung malas beraktivitas, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
- Rasulullah ﷺ mengajarkan agar umatnya menjaga pola makan agar tetap produktif, aktif, dan siap menjalankan tugas-tugas ibadah dan kewajiban sosial.
9. Keterkaitan antara Akhlak dan Kebiasaan Hidup
- Kebiasaan makan mencerminkan akhlak seseorang. Orang yang mampu menjaga pola makan biasanya lebih mampu mengontrol nafsunya, lebih disiplin, dan lebih bertanggung jawab.
- Hadits ini mengajarkan untuk menjadikan kontrol diri sebagai bagian dari pengembangan akhlak mulia.
10. Keseimbangan Dunia dan Akhirat
- Islam tidak melarang seseorang untuk menikmati makanan enak atau merasa kenyang, tetapi Rasulullah ﷺ mengajarkan agar hal itu dilakukan dengan pertimbangan yang bijak dan tidak menjadikan kenikmatan dunia sebagai tujuan utama hidup.
- Makan secukupnya membantu seseorang untuk menjaga fokus pada tujuan utama hidup, yaitu mencapai ridha Allah SWT.
Penutup
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya peduli pada aspek spiritual, tetapi juga fisik dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Dengan menjaga pola makan yang moderat, seorang Muslim akan lebih sehat, produktif, dan mampu menjalani kehidupan yang lebih baik. Prinsip ini adalah bagian dari keindahan ajaran Islam yang menekankan harmoni dalam setiap aspek kehidupan.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
من الوسائل التي تحفظ للإنسان صحته ونشاطه ألا يبلغ في طعامه إلى الشبع
المفرط؛ وذلك حتى لا يضيق به التنفس، فيؤثر سلبا في باقي الأعضاء والجسد ماديا
ومعنويا بتثاقله عن الطاعات، وفي هذا الحديث يقول النبي صلى الله عليه وسلم:
"ما ملأ آدمي وعاء شرا من بطن"، أي: يشبه النبي صلى الله عليه وسلم
البطن بما تحفظه من طعام وشراب، بمثل الوعاء الذي يتخذ لحفظ الطعام والشراب، وأن
الإنسان يحرص على امتلائه كما يحرص على امتلاء أوعيته وأوانيه، ووصفه صلى الله
عليه وسلم بالشر؛ لأنه إذا ما امتلأ أفضى إلى الفساد في دين المرء ودنياه، ثم يرشد
النبي صلى الله عليه وسلم ويبين كيف للإنسان أن يملأه، فيقول صلى الله عليه وسلم:
"بحسب ابن آدم أكلات"، وفي رواية: "لقيمات" جمع لقيمة، وهي
تصغير لقمة، أي: يكفيه الأخذ والتناول من الطعام بقدر لقيمات أو أكيلات قليلة
"يقمن صلبه"، أي: ظهره، والمراد: أنه يتزود ويأكل بقدر ما يتقوى به، لا
إلى أن يشبع، "فإن كان لا محالة"، أي: فإذا كان لا بد له أن يستزيد من
الطعام ويتجاوز فيه فوق هذا القدر، "فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث
لنفسه"، أي: يجعله ثلاثة أثلاث، وخص صلى الله عليه وسلم النفس بالذكر؛ لأن
الرئة تحتاج إلى مساحة للتنفس، وامتلاء البطن يحجم أمرها ويقلل من أدائها، وفي هذا
صحة الإنسان وسلامته من الآفات، وهذا ليس فيه منع من الشبع في بعض المرات، ولكنه
إرشاد للأفضل والأنفع للبدن والقلب؛ فإن البطن إذا امتلأت من الطعام ضاقت عن
الشراب، فإذا ورد عليها الشراب ضاقت عن النفس وعرض لها الكرب والتعب بحمله.