Hadits: Sebab Puasa Tidak Bernilai dan Shalat Malam Sia-sia

 Bismillahirrahmanirrahim.

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ:

Hadirin rahimakumullah,

Di tengah kesibukan kita dalam menjalankan berbagai ibadah, ada satu kenyataan yang mungkin sering kita abaikan: tidak semua ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah ﷻ. Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi puasanya hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang bangun di malam hari untuk shalat, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain rasa kantuk dan lelah. Fenomena ini bukanlah hal baru, tetapi menjadi permasalahan yang terus berulang di masyarakat kita.

Kita melihat sebagian kaum Muslimin begitu tekun dalam beribadah, namun masih terjerumus dalam kebiasaan buruk seperti berkata dusta, menggunjing, atau bahkan berbuat zalim kepada orang lain. Ada pula yang semangat beramal, tetapi niatnya tidak benar, entah karena ingin mendapatkan pujian atau sekadar mengikuti kebiasaan tanpa pemahaman yang mendalam. Apakah ibadah seperti ini akan diterima di sisi Allah? Apakah hanya dengan melakukan ibadah secara lahiriah kita sudah dijamin mendapatkan pahala?

Inilah yang menjadi urgensi dari kajian kita pada hari ini. Kita akan membahas sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana Rasulullah ﷺ memberikan peringatan keras bahwa ada orang-orang yang beribadah tetapi tidak mendapatkan pahala, melainkan hanya kelelahan belaka. Hadis ini mengandung pelajaran penting tentang bagaimana seharusnya kita beribadah dengan benar, agar tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sia-sia dalam amalnya.

Melalui kajian ini, kita akan memahami beberapa poin utama:

  1. Penyebab ibadah menjadi tidak bernilai di sisi Allah – baik dari sisi niat yang salah, maupun perilaku yang merusak pahala ibadah itu sendiri.
  2. Bagaimana menjaga keikhlasan dalam beribadah – agar amal yang kita lakukan benar-benar diterima oleh Allah dan membawa keberkahan bagi kehidupan kita.
  3. Cara menyempurnakan ibadah, bukan hanya dalam bentuk lahiriah, tetapi juga dari sisi batiniah dan akhlak – sehingga ibadah kita benar-benar memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan masyarakat.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Semoga melalui kajian ini kita dapat mengambil hikmah dan menerapkannya dalam kehidupan kita, agar ibadah yang kita lakukan tidak hanya menjadi ritual kosong, tetapi benar-benar menjadi jalan menuju ridha dan rahmat Allah ﷻ. 

Mari kita simak kajian ini dengan hati yang terbuka dan niat yang tulus, semoga Allah memberi kita taufik untuk beramal dengan ilmu yang benar.

----

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ.

"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang shalat malam, namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain begadang."

HR An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubra (3249), Ibnu Majah (1690), Ahmad (9683).


Syarah Hadits


يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يُؤَدِّيَ العِبَادَاتِ عَلَى وَجْهِ التَّمَامِ وَالإِحْسَانِ
Seorang Muslim seharusnya melaksanakan ibadah dengan sempurna dan penuh kebaikan.

حَتَّى يَفُوزَ بِالأَجْرِ وَالثَّوَابِ
Agar ia memperoleh pahala dan ganjaran.

وَقَدْ تُخَالِطُ العِبَادَاتِ أَعْمَالٌ تَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهَا أَوْ تُبْطِلُهَا
Terkadang, dalam ibadah bercampur perbuatan yang mengurangi pahalanya atau bahkan membatalkannya.

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُخْبِرُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dalam hadis ini, Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ"

Nabi bersabda: "Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar."

وَهَذَا مَحْمُولٌ عَلَى مَنْ صَامَ وَلَمْ يُخْلِصِ النِّيَّةَ
Ini dimaksudkan bagi orang yang berpuasa tanpa keikhlasan niat.

أَوْ لَمْ يَتَجَنَّبْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْكَذِبِ وَالْبُهْتَانِ وَالغِيبَةِ وَنَحْوِهَا مِنَ الْمَنَاهِي
Atau tidak menjauhi perkataan dusta, kebohongan, fitnah, ghibah, dan larangan-larangan lainnya.

فَيَحْصُلُ لَهُ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَلَا يَحْصُلُ لَهُ الثَّوَابُ
Sehingga ia hanya mendapatkan rasa lapar dan haus, tetapi tidak memperoleh pahala.

أَوْ هُوَ الَّذِي يُفْطِرُ عَلَى الْحَرَامِ وَلَا يَحْفَظُ جَوَارِحَهُ عَنِ الآثَامِ
Atau dia berbuka dengan sesuatu yang haram dan tidak menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan dosa.

"وَرُبَّ قَائِمٍ"، أَيْ: مُتَهَجِّدٍ بِالصَّلَاةِ فِي اللَّيْلِ

"Dan betapa banyak orang yang berdiri (shalat malam)," yaitu orang yang mengerjakan shalat tahajud di malam hari.

"لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ"
"Namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain begadang."

وَذَلِكَ لِسُوءِ نِيَّتِهِ أَوْ غَصْبِ مَنْزِلِ صَلَاتِهِ، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ
Itu disebabkan buruknya niatnya, atau karena dia menempati tempat shalat orang lain secara zalim, atau yang semisalnya.

وَجَعْلُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجُوعَ وَالْعَطَشَ وَالتَّعَبَ وَالسَّهَرَ حَظَّهُ مِنْ عَمَلِهِ كَالتَّهَكُّمِ
Nabi menjadikan lapar, haus, kelelahan, dan begadang sebagai satu-satunya hasil dari amalnya, seolah-olah sebagai sindiran (sarkasme).

كَأَنَّهُمَا أَجْرُهُ وَمَطْلُوبُهُ
Seakan-akan itu adalah pahala dan tujuan yang dia inginkan.

وَفِيهِ زَجْرٌ عَنْ إِتْعَابِ الإِنْسَانِ بَدَنَهُ وَإِجَاعَتِهِ وَإِعْطَاشِهِ مَعَ عَمَلٍ لَا أَجْرَ لَهُ فِيهِ
Dalam hadis ini terdapat larangan agar seseorang tidak menyiksa tubuhnya dengan lapar dan haus tanpa memperoleh pahala dari amalannya.

والمُرَادُ بِهِ الْمُبَالَغَةُ، وَالنَّفْيُ مَحْمُولٌ عَلَى نَفْيِ الْكَمَالِ
Maksudnya adalah penekanan (berlebihan dalam amalan), dan pengingkaran di sini dimaksudkan sebagai pengingkaran terhadap kesempurnaan amal.

أَوِ المُرَادُ بِهِ الْمُرَائِي؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَهُ ثَوَابٌ أَصْلًا
Atau yang dimaksud adalah orang yang riya (pamer), sehingga ia sama sekali tidak mendapatkan pahala.

وَفِي الحَدِيثِ: الحَثُّ عَلَى إِخْلَاصِ النِّيَّةِ لِلَّهِ تَعَالَى فِي الأَعْمَالِ، وَتَرْكِ مَا يُبْطِلُهَا
Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk ikhlas dalam beramal karena Allah Ta’ala dan menjauhi hal-hal yang dapat membatalkannya.

Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/42489


Pelajaran dari hadits ini


 

1. Pentingnya Menyempurnakan Ibadah dengan Baik

  • Seorang Muslim harus berusaha menyempurnakan ibadahnya dengan baik, baik secara lahir maupun batin.
  • Tidak cukup hanya sekadar menjalankan ibadah secara fisik, tetapi juga harus memperhatikan aspek spiritual dan akhlak.

2. Keikhlasan sebagai Syarat Diterimanya Ibadah

  • Ibadah harus dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah semata.
  • Jika ibadah dilakukan dengan riya (pamer) atau tujuan selain Allah, maka ibadah tersebut tidak bernilai di sisi-Nya.
  • Keikhlasan adalah inti dari setiap amal, dan tanpa keikhlasan, amal hanya menjadi beban tanpa pahala.

3. Bahaya Perbuatan yang Mengurangi atau Membatalkan Pahala Ibadah

  • Ada beberapa perbuatan yang dapat mengurangi atau bahkan membatalkan pahala ibadah, seperti:
    • Berbohong (الزور)
    • Menggunjing (الغيبة)
    • Memfitnah (البهتان)
    • Melakukan kedzaliman atau kemaksiatan lain.
  • Orang yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut hanya mendapatkan lapar dan haus dari puasanya, tanpa memperoleh pahala.

4. Hakikat Ibadah Bukan Sekadar Bentuk Lahiriah

  • Ibadah tidak hanya dinilai dari sisi fisiknya, tetapi juga dari niat dan kualitas amalnya.
  • Orang yang berpuasa tetapi tetap melakukan dosa tidak mendapatkan manfaat spiritual dari puasanya.
  • Demikian pula, orang yang shalat malam (qiyamul lail) tanpa niat yang benar hanya akan merasakan lelah dan begadang tanpa pahala.

5. Ancaman bagi Orang yang Beribadah dengan Niat yang Salah

  • Hadis ini memberikan peringatan keras bagi mereka yang beribadah tanpa menjaga niat dan adabnya.
  • Misalnya, seseorang yang shalat malam tetapi niatnya bukan untuk Allah, maka yang didapat hanya kelelahan tanpa pahala.
  • Demikian pula, orang yang berpuasa tetapi tidak menjaga lisan dan perbuatannya dari dosa, hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga.

6. Sindiran bagi Orang yang Salah dalam Beribadah

  • Nabi ﷺ menyindir mereka yang hanya mendapatkan lapar dan haus dari puasanya, seolah-olah itu adalah tujuan mereka berpuasa.
  • Ini menunjukkan bahwa ibadah yang tidak dilakukan dengan benar tidak membawa manfaat di sisi Allah.

7. Tidak Berfaedahnya Ibadah yang Tidak Berdampak Positif pada Akhlak

  • Seharusnya, ibadah membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik.
  • Jika seseorang tetap berperilaku buruk meskipun beribadah, maka ibadahnya belum memberikan manfaat yang seharusnya.
  • Ibadah yang benar akan menjauhkan seseorang dari perbuatan dosa dan maksiat.

8. Larangan Menyiksa Diri Tanpa Manfaat

  • Hadis ini juga memberikan peringatan agar seseorang tidak menyiksa dirinya dengan ibadah yang sia-sia.
  • Jika ibadah tidak membawa pahala, maka rasa lapar, haus, dan lelah yang dialami hanya menjadi siksaan tanpa manfaat.
  • Ini mengajarkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan pemahaman dan tujuan yang benar.

9. Menjauhi Kemaksiatan saat Beribadah

  • Seorang Muslim harus berhati-hati dalam beribadah, jangan sampai ia melaksanakan ibadah tetapi tetap melakukan dosa.
  • Misalnya, berpuasa tetapi tetap berbohong, menggunjing, atau melakukan perbuatan haram lainnya.

10. Ibadah Harus Berorientasi pada Akhirat, Bukan Dunia

  • Ibadah yang dilakukan dengan tujuan duniawi, seperti ingin dipuji orang lain, tidak akan mendapatkan pahala di akhirat.
  • Seorang Muslim harus beribadah dengan niat untuk mencari ridha Allah dan pahala akhirat.

11. Pentingnya Muhasabah dalam Beribadah

  • Seorang Muslim harus selalu mengevaluasi dirinya dalam beribadah, apakah sudah sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ atau belum.
  • Jangan sampai seseorang hanya melakukan ibadah secara rutin tetapi tidak memperhatikan kualitasnya.

12. Peringatan terhadap Riya dan Sum’ah dalam Ibadah

  • Hadis ini juga mengingatkan bahaya riya (pamer dalam ibadah) dan sum’ah (mencari popularitas dalam ibadah).
  • Orang yang riya dalam ibadah tidak akan mendapatkan pahala, karena amalnya ditujukan untuk manusia, bukan untuk Allah.

Penutupan Kajian


 Hadirin rahimakumullah,

Setelah kita menyelami makna dari hadis yang kita kaji hari ini, ada beberapa poin penting yang perlu kita garis bawahi sebagai bekal dalam menjalankan ibadah kita ke depan.

Pertama, ibadah bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi harus disertai dengan keikhlasan dan kesesuaian dengan tuntunan syariat. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa ada orang yang berpuasa tetapi hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga, serta ada yang shalat malam tetapi hanya mendapatkan kantuk dan kelelahan. Ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak hanya fokus pada aspek lahiriah ibadah, tetapi juga memperbaiki niat dan akhlak kita.

Kedua, ada hal-hal yang bisa menghapus atau mengurangi pahala ibadah. Perbuatan seperti dusta, ghibah, fitnah, memakan harta haram, dan akhlak buruk lainnya dapat menghilangkan keberkahan dari amal yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan, baik yang bersifat lisan maupun perbuatan.

Ketiga, ibadah yang sempurna adalah ibadah yang memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan. Jika ibadah kita benar, maka seharusnya ia membentuk pribadi yang lebih baik, lebih jujur, lebih sabar, lebih dermawan, dan lebih bermanfaat bagi orang lain.

Maka dari itu, sebagai penutup kajian ini, kami ingin memberikan beberapa nasihat yang bisa kita amalkan bersama:

  1. Periksa kembali niat kita dalam beribadah, pastikan bahwa setiap amal yang kita lakukan semata-mata karena Allah ﷻ, bukan karena ingin dipuji atau mendapat keuntungan duniawi.
  2. Jaga lisan dan perilaku kita, karena ibadah yang baik harus dibarengi dengan akhlak yang baik.
  3. Perbaiki kualitas ibadah kita, baik dari segi kekhusyukan, ketepatan tata cara, maupun ketulusan dalam melaksanakannya.
  4. Mohonlah selalu kepada Allah agar diberikan taufik dan hidayah untuk istiqamah dalam beribadah dengan benar, serta dijauhkan dari sifat riya, ujub, dan sum’ah yang bisa merusak amal.

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Semoga kajian ini memberikan manfaat bagi kita semua dan menjadi pengingat agar kita tidak menyia-nyiakan ibadah yang kita lakukan. Kita berdoa kepada Allah ﷻ agar menerima semua amal kita dan menjadikannya pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak.

Mari kita akhiri dengan doa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلَنَا كُلَّهُ صَالِحًا، وَاجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا، وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ فِيهِ شَيْئًا۔

(Ya Allah, jadikanlah semua amalan kami sebagai amalan yang saleh, ikhlas hanya karena-Mu, dan jangan biarkan ada bagian dari amal kami yang diniatkan untuk selain-Mu).

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

 

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers