Hadits: Keutamaan Puasa Ramadan dan Malam Lailatul Qadar
الحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas sebuah hadits yang sangat penting dan relevan, terutama dalam menyambut bulan Ramadan. Hadits ini membahas tentang keutamaan berpuasa di bulan Ramadan dan menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan.
Namun, sebelum kita masuk ke dalam pembahasan hadits ini, ada baiknya kita melihat realitas yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Banyak di antara kita yang menjalankan ibadah Ramadan hanya sebatas rutinitas tahunan. Puasa dijalani, tetapi sekadar menahan lapar dan dahaga tanpa menghadirkan makna spiritual yang mendalam. Salat tarawih dilakukan, tetapi lebih sebagai kebiasaan sosial daripada sebagai bentuk ibadah yang penuh kesadaran. Bahkan, ada sebagian orang yang hanya semangat di awal Ramadan, tetapi semakin malas di pertengahan hingga akhirnya kurang maksimal dalam mengejar keutamaan di sepuluh malam terakhir, khususnya malam Lailatul Qadar.
Jika kita renungkan, fenomena ini sangat disayangkan. Karena Rasulullah ﷺ telah memberikan kabar gembira bagi mereka yang berpuasa Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, bahwa dosa-dosa mereka yang telah lalu akan diampuni. Begitu pula dengan orang yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan ketulusan. Ini adalah janji besar yang seharusnya menjadi motivasi utama kita dalam beribadah di bulan yang penuh berkah ini.
Oleh karena itu, kajian ini menjadi sangat penting. Kita akan menggali lebih dalam hadits ini, memahami makna "إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا" (dengan penuh keimanan dan mengharap pahala), serta bagaimana kita bisa menerapkannya dalam ibadah Ramadan kita agar benar-benar mendapatkan ampunan dari Allah.
Dalam kajian ini, kita akan membahas:
- Latar belakang hadits ini dan siapa yang meriwayatkannya.
- Makna mendalam dari kata "إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا" dan bagaimana kita bisa merealisasikannya dalam puasa dan qiyam Ramadan.
- Mengapa malam Lailatul Qadar begitu istimewa dan bagaimana cara terbaik menghidupkannya.
- Apa saja kesalahan umum yang sering dilakukan umat Islam dalam beribadah di bulan Ramadan, serta bagaimana cara menghindarinya.
- Bagaimana kita bisa menjadikan Ramadan ini sebagai momen perubahan hidup yang lebih baik, bukan sekadar menjalani ibadah tahunan tanpa makna.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Semoga dengan kajian ini, kita bisa lebih memahami bagaimana seharusnya kita menjalani Ramadan dengan penuh kesadaran, keimanan, dan harapan pahala dari Allah. Sehingga Ramadan kali ini benar-benar menjadi momentum bagi kita untuk mendapatkan ampunan dan keberkahan dari-Nya.
Mari kita simak pembahasan hadits ini dengan saksama, semoga Allah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya dalam kehidupan kita.
-----
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dan menunaikan
salat malamnya dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah), maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang menunaikan salat
pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala (dari
Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
HR At-Tirmidzi
(683), Al-Bukhari (38), dan Muslim (760).
Syarah Hadits
في هَذَا الحَدِيثِ بِشَارَةٌ عَظِيمَةٌ
Dalam hadits ini terdapat kabar gembira yang besar
مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
dari Nabi ﷺ
لِمَنْ وُفِّقَ لِصِيَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ
كُلِّهِ
Bagi siapa saja yang diberi taufik untuk berpuasa sepanjang bulan Ramadan
عِندَ القُدْرَةِ عَلَيْهِ
Ketika ia memiliki kemampuan untuk melakukannya
(إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا)
Dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala
المَرَادُ مَنْ صَامَهُ تَصْدِيقًا بِالأَمْرِ
بِهِ
Maksudnya adalah orang yang berpuasa karena membenarkan perintahnya
عَالِمًا بِوُجُوبِهِ
Mengetahui bahwa puasa itu wajib
خَائِفًا مِنْ عِقَابِ تَرْكِهِ
Takut akan hukuman jika meninggalkannya
مُحْتَسِبًا جَزِيلَ الأَجْرِ فِي صَوْمِهِ
Serta mengharapkan pahala yang besar dari puasanya
وَهَذِهِ صِفَةُ المُؤْمِنِ
Dan ini adalah sifat seorang mukmin
فَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ عَلَى الوَجْهِ
المَطْلُوبِ شَرْعًا
Maka siapa saja yang berpuasa Ramadan sesuai dengan tuntunan syariat
مُؤْمِنًا بِاللهِ وَبِمَا فَرَضَهُ اللهُ
عَلَيْهِ
Dalam keadaan beriman kepada Allah dan kepada apa yang Allah wajibkan atasnya
وَمُحْتَسِبًا لِلثَّوَابِ وَالأَجْرِ مِنَ
اللهِ
Serta mengharapkan pahala dan ganjaran dari Allah
فَإِنَّ المَرْجُوَّ مِنَ اللهِ أَنْ يَغْفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذُنُوبِهِ
Maka yang diharapkan dari Allah adalah bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosanya
yang telah lalu
ثُمَّ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلَ لَيْلَةِ القَدْرِ
Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan keutamaan malam Lailatul Qadar
وَأَنَّ مَنْ أَحْيَا هَذِهِ اللَّيْلَةَ
المُبَارَكَةَ
Dan bahwa siapa saja yang menghidupkan malam yang penuh keberkahan ini
بِالصَّلَاةِ وَتِلَاوَةِ القُرْآنِ
Dengan shalat dan membaca Al-Qur’an
غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ السَّابِقَةَ
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu
غَيْرَ الحُقُوقِ الآدَمِيَّةِ
Kecuali hak-hak sesama manusia
لأَنَّ الإِجْمَاعَ قَائِمٌ عَلَى أَنَّهَا لا
تَسْقُطُ إِلَّا بِرِضَاهُمْ
Karena para ulama telah sepakat bahwa hak sesama manusia tidak gugur kecuali
dengan keridhaan mereka
عَلَى أَنْ يَفْعَلَ ذَلِكَ "إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا"
Dengan syarat ia melakukannya dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala
أَيْ: تَصْدِيقًا بِفَضْلِ هَذِهِ
اللَّيْلَةِ، وَفَضْلِ العَمَلِ فِيهَا
Yaitu membenarkan keutamaan malam ini dan keutamaan amal yang dilakukan di
dalamnya
وَابْتِغَاءً لِوَجْهِ اللهِ فِي عِبَادَتِهِ
Serta mengharapkan wajah Allah dalam ibadahnya
وَقَدْ وَقَعَ
الجَزَاءُ بِصِيغَةِ المَاضِي )غُفِرَ(
Dan
balasan tersebut disebutkan dalam bentuk kata kerja lampau (غُفِرَ)
مَعَ أَنَّ المَغْفِرَةَ تَكُونُ فِي
المُسْتَقْبَلِ
Padahal pengampunan itu terjadi di masa depan
لِلإِشْعَارِ بِأَنَّهُ مُتَيَقَّنُ
الوُقُوعِ، مُتَحَقِّقُ الثُّبُوتِ
Untuk menunjukkan bahwa pengampunan itu pasti terjadi dan sudah ditetapkan
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى عَلَى عِبَادِهِ
Sebagai anugerah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya
وَفِي الحَدِيثِ: الحَثُّ عَلَى قِيَامِ
رَمَضَانَ
Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menunaikan qiyam Ramadan
وَفِيهِ الحَثُّ عَلَى الإِخْلَاصِ،
وَاحْتِسَابِ الأَعْمَالِ
Dan di dalamnya juga terdapat anjuran untuk ikhlas serta mengharapkan pahala
dalam setiap amal.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/10255
Pelajaran dari Hadits ini
1. Keutamaan Puasa di Bulan Ramadan
- Hadits ini menegaskan bahwa puasa Ramadan memiliki keutamaan besar, yaitu pengampunan dosa bagi orang yang menjalankannya dengan "إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا" (dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah).
- Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi harus dilakukan dengan kesadaran penuh akan perintah Allah serta harapan pahala dari-Nya.
2. Keutamaan Qiyam Ramadan (Salat Tarawih dan Tahajud)
- Selain puasa, salat malam (qiyam) di bulan Ramadan juga memiliki keutamaan yang besar.
- Rasulullah ﷺ tidak hanya menganjurkan puasa, tetapi juga menganjurkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadan dengan ibadah.
- Menghidupkan malam Ramadan ini termasuk salat Tarawih, Tahajud, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan doa.
3. Keistimewaan Malam Lailatul Qadar
- Rasulullah ﷺ memberikan motivasi khusus untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
- Malam ini adalah malam penuh keberkahan dan ampunan, dan siapa yang beribadah di dalamnya dengan keimanan dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
- Ini menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah yang diberikan kepada umat Islam di bulan Ramadan.
4. Makna "إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا" (Dengan Keimanan dan Mengharap Pahala)
Frasa ini disebut dua kali dalam hadits, menunjukkan bahwa amalan Ramadan harus memenuhi dua syarat utama agar diterima oleh Allah:
- إِيمَانًا (Dengan Keimanan) → Melakukan ibadah karena yakin bahwa itu adalah perintah Allah dan bagian dari ajaran Islam.
- وَاحْتِسَابًا (Mengharap Pahala) → Melakukan ibadah dengan penuh keikhlasan, mengharapkan pahala dari Allah, bukan sekadar rutinitas atau mengikuti kebiasaan masyarakat.
Tanpa dua hal ini, ibadah kita bisa menjadi sia-sia dan tidak mendapatkan ganjaran yang dijanjikan oleh Allah.
5. Pengampunan Dosa-Dosa yang Telah Lalu
- Hadits ini menunjukkan luasnya rahmat Allah, di mana orang yang berpuasa dan menghidupkan malam Ramadan serta Lailatul Qadar akan mendapatkan pengampunan dosa-dosanya yang telah lalu.
- Namun, menurut ulama, pengampunan ini berlaku untuk dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar memerlukan taubat nasuha secara khusus.
6. Motivasi untuk Bersungguh-Sungguh dalam Ramadan
- Ramadan bukan hanya bulan untuk menahan lapar, tetapi juga bulan untuk memperbanyak ibadah, meningkatkan keimanan, dan membersihkan diri dari dosa-dosa.
- Hadits ini menjadi motivasi besar bagi setiap Muslim agar tidak menyia-nyiakan Ramadan, terutama dalam sepuluh malam terakhir untuk mengejar Lailatul Qadar.
7. Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Mengamalkan Hadits Ini
- Puasa hanya sebagai kebiasaan tahunan, bukan karena keimanan dan harapan pahala.
- Lalai dalam qiyam Ramadan, hanya fokus pada puasa tanpa memperhatikan ibadah malam.
- Mengabaikan malam Lailatul Qadar dan lebih sibuk dengan urusan dunia.
- Kurangnya kesungguhan dan niat yang tulus dalam ibadah Ramadan.
8. Kesimpulan dan Implementasi dalam Kehidupan
- Hadits ini menegaskan bahwa Ramadan adalah kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan Allah dan meningkatkan kualitas iman.
- Kita harus menjadikan Ramadan sebagai momen untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah, baik di siang maupun malam hari.
- Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan buruk serta memperbanyak ibadah dengan keimanan dan keikhlasan.
- Harus berusaha menghidupkan malam-malam Ramadan, terutama sepuluh malam terakhir, dengan ibadah yang lebih intensif.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, kita telah sampai di penghujung kajian kita hari ini. Semoga apa yang telah kita pelajari bersama memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita, terutama dalam menyambut dan menjalani bulan Ramadan dengan penuh kesadaran dan kesungguhan.
Dari hadits yang kita bahas, ada beberapa poin penting yang perlu kita garis bawahi:
Keutamaan puasa Ramadan
- Puasa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi harus dijalankan "إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا", yaitu dengan penuh keimanan kepada Allah dan mengharap pahala dari-Nya.
- Siapa saja yang menjalankan puasa dengan keimanan dan keikhlasan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Keistimewaan malam Lailatul Qadar
- Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.
- Orang yang menghidupkan malam ini dengan ibadah, seperti shalat, tilawah Al-Qur’an, dan dzikir, akan mendapatkan pengampunan dari Allah, asalkan dilakukan dengan keimanan dan harapan pahala.
Pentingnya menjaga kualitas ibadah di bulan Ramadan
- Ramadan bukan hanya tentang menjalankan ibadah secara fisik, tetapi juga memperbaiki niat, menjaga kesungguhan, dan meningkatkan kedekatan kita kepada Allah.
- Jangan sampai kita terjebak dalam ibadah yang hanya bersifat rutinitas tanpa menghadirkan hati dan keikhlasan.
Kesalahan yang perlu dihindari
- Kurangnya kesungguhan dalam menjalankan ibadah Ramadan.
- Lalai dalam mengejar malam Lailatul Qadar karena sibuk dengan urusan duniawi.
- Tidak menjaga niat dan keikhlasan dalam ibadah.
Hadirin sekalian,
Setelah mengikuti kajian ini, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dan amalkan:
Jadikan Ramadan ini sebagai momentum perubahan. Jangan biarkan bulan yang penuh keberkahan ini berlalu begitu saja tanpa memberikan dampak bagi diri kita. Mari kita berusaha menjadikan ibadah kita lebih berkualitas, baik dalam puasa, qiyamullail, tilawah Al-Qur’an, maupun ibadah-ibadah lainnya.
Persiapkan diri untuk malam Lailatul Qadar. Jangan sampai kita melewatkan kesempatan emas yang hanya datang setahun sekali ini. Perbanyak doa, terutama doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
"Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku."Jaga keikhlasan dan kesabaran dalam beribadah. Ramadan adalah bulan latihan untuk memperbaiki diri. Bukan hanya dalam aspek ibadah ritual, tetapi juga dalam akhlak, kesabaran, dan ketulusan dalam berbuat kebaikan.
Harapan kami setelah kajian ini, semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang mendapatkan ampunan Allah, yang menjalani Ramadan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, serta yang beruntung meraih keutamaan malam Lailatul Qadar. Semoga setelah Ramadan, kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan semakin dekat kepada Allah.
Demikian kajian kita hari ini, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu yang membawa keberkahan dalam kehidupan kita. Jika ada kebenaran dalam kajian ini, itu datangnya dari Allah, dan jika ada kekurangan, itu dari diri saya pribadi. Kita tutup dengan membaca doa kafarat majelis.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا
أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.