Hadits: Mendahulukan Orang di Kanan Ketika Mengedarkan Makanan
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
Bismillah,
Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Islam adalah agama yang mengatur setiap aspek kehidupan, termasuk dalam adab keseharian kita, sekecil apa pun itu. Salah satu adab yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ adalah mendahulukan yang kanan dalam berbagai hal yang bersifat kemuliaan dan kebaikan, seperti mengenakan pakaian, bersuci, dan bahkan dalam mengedarkan makanan atau minuman.
Hadits yang akan kita bahas hari ini menunjukkan betapa Rasulullah ﷺ sangat teliti dalam menanamkan kebiasaan baik ini. Dikisahkan bahwa suatu ketika, Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah salah seorang sahabat, lalu beliau minum dari susu yang telah disiapkan. Ketika selesai, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma berada di sebelah kiri beliau, sedangkan di sebelah kanan ada seorang Arab Badui. Secara logika, mungkin kita berpikir orang yang lebih utama mendapatkan sisa minuman beliau adalah Abu Bakar atau Umar. Namun, Rasulullah ﷺ tetap memberikan minuman tersebut kepada orang yang ada di sebelah kanan, ..
Mengapa tema ini penting?
Karena dalam Islam, setiap aturan dan sunnah memiliki hikmah besar, termasuk dalam perkara yang tampaknya sederhana seperti mendahulukan yang di kanan. Dengan memahami hadits ini, kita akan mendapatkan beberapa pelajaran penting, di antaranya:
- Meneladani akhlak Rasulullah ﷺ dalam membangun adab sosial yang tertata dan penuh berkah.
- Memahami prinsip keadilan dan penghormatan dalam interaksi sosial, termasuk dalam momen berbagi makanan dan minuman, terutama di bulan Ramadhan.
- Menyadari urgensi mempraktikkan sunnah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak ada perkara kecil yang diremehkan dalam agama ini.
- Membentuk kebiasaan baik yang jika diamalkan secara luas, akan menjadikan masyarakat lebih harmonis dan beradab.
Semoga dengan kajian ini, kita semua semakin terdorong untuk menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita simak pembahasan hadits ini dengan seksama, agar kita dapat mengamalkannya dengan benar dan mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
------
Dari Anas bin
Malik radhiyallahu 'anhu,
ia berkata:
قَدِمَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرٍ، وَمَاتَ
وَأَنَا ابْنُ عِشْرِينَ، وَكُنَّ أُمَّهَاتِي يَحْثُثْنَنِي عَلَى خِدْمَتِهِ،
فَدَخَلَ عَلَيْنَا دَارَنَا فَحَلَبْنَا لَهُ مِنْ شَاةٍ دَاجِنٍ، وَشِيبَ لَهُ
مِنْ بِئْرٍ فِي الدَّارِ، فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ، وَأَبُو بَكْرٍ عَنْ شِمَالِهِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَعْطِ أَبَا بَكْرٍ، فَأَعْطَاهُ أَعْرَابِيًّا عَنْ يَمِينِهِ، وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الأَيْمَنَ فَالأَيْمَنَ.
Nabi ﷺ tiba di Madinah saat aku berusia sepuluh
tahun, dan beliau wafat saat aku berusia dua puluh tahun. Ibu-ibuku selalu
mendorongku untuk melayani beliau.
Suatu hari, beliau ﷺ memasuki rumah kami,
lalu kami memerah susu untuk beliau dari seekor kambing jinak, dan mencampurnya
dengan air dari sumur yang ada di rumah. Rasulullah ﷺ pun meminumnya.
Saat itu, Umar dan Abu Bakar berada di sebelah kiri beliau.
Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, berikanlah (minuman itu) kepada Abu
Bakar." Namun, beliau justru memberikannya kepada seorang Arab Badui yang
berada di sebelah kanan beliau, lalu bersabda: "Dahulukan yang di kanan,
lalu yang di kanan berikutnya."
HR Al-Bukhari (2352)
dan Muslim (2029).
----
Hadits ke-2:
Dari Anas bin
Malik radhiyallahu 'anhu,
ia berkata:
أَتَانَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَارِنَا هَذِهِ،
فَاسْتَسْقَى، فَحَلَبْنَا لَهُ شَاةً لَنَا، ثُمَّ شُبْتُهُ مِنْ مَاءِ بِئْرِنَا
هَذِهِ، فَأَعْطَيْتُهُ، وَأَبُو بَكْرٍ عَنْ يَسَارِهِ، وَعُمَرُ تُجَاهَهُ،
وَأَعْرَابِيٌّ عَنْ يَمِينِهِ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ عُمَرُ: هَذَا أَبُو
بَكْرٍ، فَأَعْطَى الْأَعْرَابِيَّ فَضْلَهُ، ثُمَّ قَالَ: الْأَيْمَنُونَ
الْأَيْمَنُونَ، أَلَا فَيَمِّنُوا. قَالَ أَنَسٌ: فَهِيَ سُنَّةٌ، فَهِيَ سُنَّةٌ.
(ثَلَاثَ مَرَّاتٍ(
Rasulullah ﷺ datang ke rumah kami ini, lalu beliau
meminta minum. Maka kami memerah susu seekor kambing milik kami, kemudian aku
mencampurnya dengan air dari sumur kami ini, lalu aku memberikannya kepada
beliau.
Saat itu, Abu Bakar berada di sebelah kiri beliau, Umar
berada di hadapan beliau, dan seorang Arab Badui berada di sebelah kanan
beliau. Setelah selesai minum, Umar berkata, "Ini Abu Bakar (berada di
sebelahmu, wahai Rasulullah)."
Namun, Rasulullah ﷺ memberikan sisa
minuman tersebut kepada orang Arab Badui, kemudian beliau bersabda: "Dahulukan
yang di kanan, dahulukan yang di kanan! Ingatlah, utamakan yang di kanan."
Anas berkata: "Ini adalah sunnah, ini
adalah sunnah." (Beliau mengulanginya tiga kali).
HR Al-Bukhari
(2571) dan Muslim (2029).
Syarah Hadits
عَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ الخَيْرَ وَالهَدْيَ القَوِيمَ
Nabi ﷺ mengajarkan kepada umatnya kebaikan dan petunjuk yang lurus.
وَمِنْ ذَلِكَ البَدْءُ بِاليَمِينِ فِي
الأَفْعَالِ الَّتِي فِيهَا اخْتِيَارٌ بَيْنَ اليَمِينِ وَالشِّمَالِ
Di antara ajaran tersebut adalah memulai dengan tangan kanan dalam perbuatan
yang memiliki pilihan antara kanan dan kiri.
فَاليَمِينُ جِهَةٌ مُبَارَكَةٌ فِي
مُسَمَّاهَا
Sebab, kanan adalah arah yang diberkahi dalam namanya.
فَأَهْلُ اليَمِينِ هُم أَهْلُ الجَنَّةِ
Maka, penghuni kanan adalah penghuni surga.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَحْكِي أَنَسٌ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ
Dalam hadis ini, Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَهُمْ فِي دَارِهِمْ، فَطَلَبَ أَنْ يَشْرَبَ
Bahwa Rasulullah ﷺ datang ke rumah mereka, lalu beliau meminta minuman.
فَحَلَبُوا لَهُ شَاةً، ثُمَّ خَلَطَ أَنَسٌ
اللَّبَنَ بِمَاءٍ مِنْ بِئْرٍ فِي بَيْتِهِمْ
Lalu mereka memerah susu kambing untuk beliau, kemudian Anas mencampurkan susu
tersebut dengan air dari sumur rumah mereka.
ثُمَّ أَعْطَاهُ لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Lalu ia memberikan minuman tersebut kepada Rasulullah ﷺ.
وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ radhiyallahu ‘anhu
عَنْ يَسَارِهِ، وَعُمَرُ radhiyallahu ‘anhu أَمَامَهُ
Saat itu, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berada di sebelah kiri beliau, sedangkan
Umar radhiyallahu ‘anhu di hadapan beliau.
وَأَعْرَابِيٌّ -وَهُوَ مَنْ يَسْكُنُ
الصَّحْرَاءَ مِنَ العَرَبِ- عَنْ يَمِينِهِ
Dan seorang Arab Badui (yaitu orang yang tinggal di padang pasir dari kalangan
Arab) berada di sebelah kanannya.
فَشَرِبَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: هَذَا أَبُو بَكْرٍ
Maka Rasulullah ﷺ minum, lalu setelah beliau selesai, Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
"Ini Abu Bakar."
أَيِ: أَعْطِ فَضْلَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
لِأَبِي بَكْرٍ
Maksudnya, "Berikanlah kelebihan minumanmu kepada Abu Bakar, wahai Rasulullah."
فَأَعْطَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَا بَقِيَ لِلأَعْرَابِيِّ
Namun, Rasulullah ﷺ memberikan sisa minuman tersebut kepada orang Arab Badui itu.
ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "الأَيْمَنُونَ الأَيْمَنُونَ"
Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Yang di kanan, yang di kanan."
أَيْ: إِنَّهُمْ مُقَدَّمُونَ
Artinya, mereka lebih didahulukan.
"أَلَا فَيَمِّنُوا"، وَهُوَ أَمْرٌ
بِتَقْدِيمِ مَنْ فِي جِهَةِ اليَمِينِ
"Ketahuilah, dahulukan yang di kanan," ini adalah perintah untuk
mendahulukan orang yang berada di sebelah kanan.
وَهُوَ تَأْكِيدٌ بَعْدَ تَأْكِيدٍ
Dan ini merupakan penegasan setelah penegasan.
قَالَ أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَهِيَ
-أَيْ: البَدَاءَةُ بِالأَيْمَنِ- سُنَّةٌ
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, "Maka ini—yakni memulai dari sebelah
kanan—adalah sunnah."
فَهِيَ سُنَّةٌ، فَهِيَ سُنَّةٌ
"Ini adalah sunnah, ini adalah sunnah," (diulang dua kali).
وَكَرَّرَهَا ثَلَاثًا بَيَانًا
لِأَهَمِّيَّتِهَا، وَتَأْكِيدًا عَلَى الأَمْرِ
Dan ia mengulanginya tiga kali sebagai penegasan atas pentingnya hal tersebut
dan sebagai bentuk penekanan terhadap perintah itu.
وَفِي حَدِيثِ البُخَارِيِّ مِنْ حَدِيثِ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari hadits Sahal bin Sa’d
As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ
وسلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ، فَشَرِبَ مِنْهُ
bahwa Rasulullah ﷺ didatangkan minuman, lalu beliau meminumnya.
وَعَنْ يَمِينِهِ غُلَامٌ -وَهُوَ ابْنُ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا-، وَعَنْ يَسَارِهِ الأَشْيَاخُ
Di sebelah kanannya ada seorang anak muda—dia adalah Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma—dan di sebelah kirinya ada para orang tua.
فَقَالَ لِلْغُلَامِ: «أَتَأْذَنُ لِي أَنْ
أُعْطِيَ هَؤُلَاءِ؟»
Maka beliau berkata kepada anak muda itu, “Apakah engkau mengizinkanku untuk
memberikan (minuman ini) kepada mereka?”
فَقَالَ الغُلَامُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، لَا أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا
Anak muda itu menjawab, “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak akan
mengutamakan orang lain atas bagianku darimu.”
قَالَ: فَتَلَّهُ -أَيْ: وَضَعَهُ- رَسُولُ
اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فِي يَدِهِ
Maka Rasulullah ﷺ pun memberikan (minuman itu) kepadanya—yaitu meletakkannya di
tangannya.
فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ
عليهِ وسلَّمَ ابْنَ عَبَّاسٍ؛ لِأَنَّهُ عَنْ يَمِينِهِ، وَهُوَ الأَحَقُّ
بِالبَدَاءَةِ
Rasulullah ﷺ meminta izin kepada Ibnu Abbas karena dia berada di sebelah
kanannya, dan dialah yang lebih berhak untuk didahulukan.
وَلَمْ يَسْتَأْذِنِ الأَعْرَابِيَّ فِي هَذَا
الحَدِيثِ فِي أَنْ يُعْطِيَ أَبَا بَكْرٍ
Namun dalam hadits ini, beliau tidak meminta izin kepada seorang Arab Badui
untuk memberikan (minuman itu) kepada Abu Bakar.
لِيَتَأَلَّفَ الأَعْرَابِيَّ بِذَلِكَ؛
لِقُرْبِ عَهْدِهِ بِالإِسْلَامِ
Hal itu dilakukan agar dapat melunakkan hati Arab Badui tersebut, karena dia
baru saja masuk Islam.
أَوْ لِئَلَّا يَظُنَّ الأَعْرَابِيُّ بِهِ
غَضَاضَةً مِنْهُ، وَتَقْصِيرًا فِي حَقِّهِ مَعَ أَنَفَةِ الجَاهِلِيَّةِ،
وَجَفَاءِ الأَعْرَابِ
Atau agar Arab Badui itu tidak mengira bahwa beliau menghinanya atau mengurangi
haknya, mengingat sifat kesombongan zaman Jahiliyah dan kekasaran tabiat
orang-orang Arab Badui.
وَقَدِ اسْتَأْذَنَ ابْنَ عَبَّاسٍ بِدَفْعِ
الشَّرَابِ لِلأَشْيَاخِ وَالكُبَرَاءِ مِنْ آلِهِ وَقَوْمِهِ
Namun beliau meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberikan minuman itu kepada
orang-orang tua dan pemuka kaumnya.
ثِقَةً مِنْهُ بِطِيبِ نَفْسِهِ
بِاسْتِئْذَانِهِ، وَلَاسْتِئْلَافِ الأَشْيَاخِ أَيْضًا بِهَذَا الاسْتِئْذَانِ
Karena beliau yakin bahwa Ibnu Abbas akan rela jika dimintai izin, serta untuk
menarik hati para orang tua dengan cara meminta izin kepadanya.
وَتَعْرِيفِ الحُكْمِ -بِأَنَّهُ لَا يُصْرَفُ
عَنْهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ- لِمَنْ لَمْ يَكُنْ عَلِمَهُ مِنْهُمْ
Juga untuk mengajarkan hukum bahwa minuman itu tidak boleh diberikan kepada
orang lain kecuali dengan izinnya, bagi mereka yang belum mengetahui hal ini.
وَمِنْ فَوَائِدِ الحَدِيثِ
Dan di antara faidah (pelajaran) dari hadits ini juga
تَقْدِيمُ الأَيْمَنِ
فِي الشُّرْبِ وَإِنْ كَانَ الأَيْسَرُ أَفْضَلَ مِنْهُ.
Mendahulukan yang di sebelah kanan dalam minum meskipun yang di sebelah kiri lebih utama
darinya.
حِرْصُ النَّبِيِّ
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَلَى التَّيَامُنِ فِي كُلِّ أَمْرِهِ
وَشَأْنِهِ.
Kesungguhan Nabi ﷺ dalam mengutamakan sisi kanan dalam setiap urusan
dan keadaannya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/11876
Pelajaran dari Hadits ini
1. Keutamaan Mendahulukan Sisi Kanan dalam Kebaikan
- Nabi ﷺ selalu mendahulukan yang berada di sebelah kanan dalam urusan yang mengandung pilihan antara kanan dan kiri, seperti dalam minum, makan, memakai sandal, masuk masjid, dan lain-lain.
- Hal ini menunjukkan bahwa sisi kanan memiliki keberkahan dan keutamaan dalam Islam.
- Sebagaimana dalam hadits lain:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ.
(Nabi ﷺ menyukai mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam seluruh urusannya..) (HR. Bukhari (168) dan Muslim (268))
2. Mengajarkan Adab dalam Berbagi dan Minum Bersama
- Dalam situasi berbagi minuman, Nabi ﷺ menunjukkan adab dengan tidak langsung memberikan kepada orang yang lebih utama (seperti Abu Bakar dan Umar), tetapi mendahulukan yang berada di sebelah kanan, meskipun seorang Arab badui atau anak kecil.
- Hal ini mengajarkan kita untuk memiliki sikap adil dan tidak mengabaikan hak seseorang hanya karena status sosialnya lebih rendah.
3. Hormat terhadap Hak Orang Lain
- Nabi ﷺ meminta izin kepada anak kecil (Ibnu Abbas) untuk memberikan minuman kepada para tokoh senior di sebelah kiri, tetapi anak tersebut menolak karena ingin mendapatkan keberkahan dari minuman Rasulullah ﷺ.
- Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, hak seseorang harus dihormati meskipun ia lebih muda atau kurang terpandang dibanding yang lainnya.
- Nabi ﷺ tidak memaksanya dan tetap memberikan minuman kepadanya sesuai dengan haknya.
4. Kebijaksanaan dalam Berdakwah dan Merangkul Orang Baru dalam Islam
- Dalam kasus Arab badui yang berada di sebelah kanan Nabi ﷺ, beliau tetap memberikan minuman kepadanya tanpa meminta izinnya untuk diberikan kepada Abu Bakar.
- Ini menunjukkan kebijaksanaan dalam dakwah, di mana seseorang yang baru masuk Islam harus diperhatikan dan tidak merasa diabaikan.
- Sikap seperti ini membantu menarik hati mereka agar semakin mencintai Islam dan para pemimpinnya.
5. Tidak Ada Kontradiksi antara Mendahulukan yang Tua dan yang di Kanan
- Dalam beberapa hadits, Islam juga menganjurkan untuk mendahulukan orang yang lebih tua dalam perkara tertentu.
- Namun, tidak ada pertentangan antara anjuran ini dengan keutamaan memulai dari kanan.
- Jika dalam sebuah majelis orang-orang duduk tanpa urutan, maka yang lebih tua atau lebih berilmu didahulukan.
- Namun, jika mereka sudah duduk terurut, maka yang di sebelah kanan lebih berhak didahulukan.
6. Sunnah untuk Memberi Minuman kepada yang di Sebelah Kanan
- Dari hadits ini juga diambil hukum bahwa siapa yang menuangkan atau membagikan minuman, maka ia dianjurkan untuk mulai dari sebelah kanannya.
- Hal ini tetap berlaku meskipun orang yang di sebelah kiri lebih utama dari sisi ilmu, kedudukan, atau status sosial.
7. Kesempurnaan Akhlak Rasulullah ﷺ
- Nabi ﷺ senantiasa memperhatikan adab dalam setiap urusan kecil maupun besar.
- Beliau juga selalu menjaga perasaan orang-orang di sekitarnya tanpa mengabaikan aturan syariat.
- Ini menjadi teladan bagi kita untuk selalu bersikap adil, bijak, dan penuh perhatian terhadap sesama.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dari hadits yang telah kita bahas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting yang hendaknya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, pentingnya mendahulukan orang yang berada di sebelah kanan dalam perkara berbagi makanan dan minuman, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Hal ini menunjukkan ketertiban dalam adab Islami serta keutamaan menghormati hak orang lain.
Kedua, adab dalam bermuamalah dengan orang yang lebih tua dan lebih berilmu. Meskipun Islam mengajarkan penghormatan kepada orang yang lebih tua, dalam kondisi tertentu, ada aturan yang lebih utama, seperti mendahulukan yang di kanan dalam membagikan sesuatu. Rasulullah ﷺ bahkan meminta izin kepada seorang anak kecil, yaitu Ibnu Abbas, sebelum memberikan minuman kepada orang-orang tua yang ada di sekelilingnya. Ini menunjukkan bagaimana Islam menghargai hak setiap individu, tanpa membedakan usia atau status sosial.
Ketiga, pentingnya kelembutan dan kebijaksanaan dalam membimbing manusia, terutama mereka yang baru masuk Islam atau belum memahami sepenuhnya ajaran Islam. Rasulullah ﷺ tidak ingin seorang Arab Badui merasa tersinggung, sehingga beliau mempertimbangkan keadaan psikologisnya dan menghindari hal-hal yang bisa membuatnya salah paham terhadap Islam.
Dari semua pelajaran ini, ada baiknya kita semua mulai menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam adab makan dan minum, mari kita biasakan berbagi dengan tertib, mendahulukan yang di kanan, serta selalu meminta izin jika ingin memberikan bagian kita kepada orang lain. Tidak hanya dalam makan dan minum, adab ini juga berlaku dalam banyak aspek kehidupan lainnya, seperti duduk dalam majelis, memberikan sesuatu dalam pertemuan, dan menghormati hak orang lain dalam berbagai situasi.
Sebagai penutup, marilah kita berusaha untuk selalu meneladani Rasulullah ﷺ dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga kajian ini tidak hanya menambah wawasan kita, tetapi juga benar-benar menjadi pengingat yang menggerakkan hati dan amal kita.
Kita berdoa kepada Allah ﷻ agar memberikan kita taufik untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari, memperbaiki akhlak kita, dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik dalam berinteraksi dengan sesama.
Jazakumullahu khairan atas perhatian dan kehadiran antum semua. Semoga Allah merahmati kita dan mempertemukan kita kembali dalam kajian-kajian yang penuh keberkahan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.