Hadits Menjaga Diri dari Meminta-Minta dan Hakikat Orang Miskin dalam Islam
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita segala nikmat-Nya, khususnya nikmat iman dan kesempatan untuk kembali berkumpul dalam majelis ilmu ini. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa meneladani ajaran beliau.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dua hadits yang sangat penting mengenai makna kemiskinan dalam pandangan Islam. Terkadang, kita memahami kemiskinan hanya sebatas orang yang terlihat di jalanan, yang meminta-minta atau yang kekurangan makanan. Namun, Rasulullah ﷺ dalam hadits-hadits ini memberi gambaran yang lebih dalam dan luas tentang siapa sebenarnya orang miskin itu dalam Islam.
Mari kita kaji kedua hadits berkenaan dengan hal ini:
-----
Hadits 1:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْمِسْكِينُ
بِهَذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ
وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ، قَالُوا: فَمَنِ الْمِسْكِينُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ
لَهُ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ.
Bukanlah
orang miskin itu orang yang berkeliling meminta-minta kepada manusia, yang bisa
ditolak dengan sesuap dua suap makanan atau sebutir dua butir kurma. Mereka
(para sahabat) bertanya: "Lalu siapa orang miskin itu wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab: "Orang miskin adalah yang tidak
memiliki sesuatu yang mencukupi kebutuhannya, dan dia tidak diketahui sehingga
orang lain bersedekah kepadanya, serta dia tidak berdiri meminta-minta kepada
manusia."
HR. Al-Bukhari (1479) dan Muslim (1039)
Hadits 2:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي يَطُوفُ
عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ، وَالتَّمْرَةُ
وَالتَّمْرَتَانِ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ،
وَلَا يُفْطَنُ بِهِ، فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ، وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ.
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bukanlah orang miskin itu yang berkeliling meminta-minta kepada manusia,
yang bisa ditolak dengan sesuap dua suap makanan, atau sebutir dua butir kurma.
Akan tetapi, orang miskin adalah orang yang tidak memiliki sesuatu yang
mencukupi kebutuhannya, tidak diketahui (keadaannya sehingga orang lain)
bersedekah kepadanya, dan dia tidak berdiri meminta-minta kepada manusia."
HR. Al-Bukhari (1479) dan Muslim (1039)
Syarah Hadits
مَدَحَ اللَّهُ تَعَالَى الْمُتَعَفِّفِينَ
عَنْ سُؤَالِ النَّاسِ عَلَى الرَّغْمِ مِنْ حَاجَتِهِمْ
Allah Ta'ala memuji orang-orang yang menjaga diri dari meminta-minta kepada
manusia, meskipun mereka sedang membutuhkan.
فَقَالَ تَعَالَى: {يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ
أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ} [البَقَرَة: ٢٧٣]
Maka Allah Ta'ala berfirman: {Orang yang tidak tahu mengira mereka kaya karena
sikap menjaga diri mereka} (QS. Al-Baqarah: 273).
وَكَرِهَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِأُمَّتِهِ كَثْرَةَ السُّؤَالِ
Dan Nabi ﷺ tidak menyukai umatnya banyak meminta-minta.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ menjelaskan
أَنَّ الْمِسْكِينَ الْكَامِلَ الْمَسْكَنَةِ
لَيْسَ مَنْ يَتَرَدَّدُ عَلَى الْأَبْوَابِ
bahwa orang miskin yang sebenarnya bukanlah yang berkeliling dari pintu ke
pintu.
وَيَمُرُّ عَلَى النَّاسِ يَسْأَلُهُمُ
الصَّدَقَةَ
dan mendatangi manusia meminta-minta sedekah dari mereka.
وَيَرُدُّهُ وَيَكْفِيهِ مَا يَنَالُهُ مِنَ
اللُّقْمَةِ أَوِ اللُّقْمَتَيْنِ، أَوِ التَّمْرَةِ أَوِ التَّمْرَتَيْنِ
Yang puas hanya dengan sesuap dua suap makanan, atau sebutir dua butir kurma.
وَذَلِكَ لِأَنَّهُ قَادِرٌ عَلَى تَحْصِيلِ
قُوتِهِ
Hal itu karena dia masih mampu memperoleh kebutuhannya.
كَمَا ذَكَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي
شَأْنِ أَصْحَابِ السَّفِينَةِ: {أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ
يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ} [الْكَهْف: ٧٩]
Sebagaimana Allah عز وجل berfirman tentang pemilik kapal: {Adapun kapal itu adalah milik
orang-orang miskin yang bekerja di laut} (QS. Al-Kahfi: 79).
فَسَمَّاهُمُ اللَّهُ مَسَاكِينَ مَعَ
امْتِلَاكِهِمْ لِلسَّفِينَةِ
Maka Allah menyebut mereka sebagai orang miskin, meskipun mereka memiliki
kapal.
وَالنَّفْيُ فِي قَوْلِهِ: «لَيْسَ
الْمِسْكِينُ» لَا يَعْنِي نَفْيَ أَصْلِ الْمَسْكَنَةِ عَنِ الطَّوَّافِ
Penafian dalam sabda Nabi ﷺ: "Bukanlah orang miskin..."
tidak bermaksud meniadakan kemiskinan secara mutlak dari orang yang berkeliling
meminta.
وَإِنَّمَا مَعْنَاهُ نَفْيُ كَمَالِهَا
Namun maksudnya adalah meniadakan kesempurnaan sifat miskin itu.
وَإِنَّمَا الْمِسْكِينُ الْكَامِلُ
الْمَسْكَنَةِ هُوَ: الْمُحْتَاجُ الَّذِي لَا يَجِدُ مَا يُغْنِيهِ
Orang miskin yang sebenarnya adalah yang membutuhkan tetapi tidak memiliki
sesuatu yang mencukupinya.
وَلَا يُظْهِرُ ذَلِكَ وَلَا يَسْأَلُ
النَّاسَ
Dia tidak menampakkan kebutuhannya dan tidak meminta kepada manusia.
فَلَا يَعْرِفُ النَّاسُ حَاجَتَهُ، فَلَا
يَتَصَدَّقُونَ عَلَيْهِ؛ لِظَنِّهِمْ غِنَاهُ
Sehingga orang-orang tidak mengetahui kebutuhannya dan tidak bersedekah
kepadanya karena mengira dia cukup (kaya).
لِتَعَفُّفِهِ عَنِ السُّؤَالِ
Karena ia menjaga diri dari meminta-minta.
كَمَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {لَا
يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا} [الْبَقَرَة: ٢٧٣]
Sebagaimana Allah عز وجل berfirman: {Mereka tidak meminta-minta kepada manusia secara
mendesak} (QS. Al-Baqarah: 273).
وَفِي الْحَدِيثِ: الِاسْتِعْفَافُ عَنِ
الْمَسْأَلَةِ
Dalam hadis ini, terdapat anjuran untuk menjaga diri dari meminta-minta.
وَفِيهِ: حُسْنُ الْإِرْشَادِ لِمَوْضِعِ
الصَّدَقَةِ
Juga terdapat petunjuk untuk menempatkan sedekah pada tempat yang tepat.
وَتَحَرِّي وَضْعِ الصَّدَقَةِ فِي
الْمُحْتَاجِ الْمُتَعَفِّفِ عَنِ الْمَسْأَلَةِ
Dan memastikan sedekah diberikan kepada orang yang membutuhkan namun menjaga
dirinya dari meminta-minta.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/6841
Pelajaran dari hadits ini
1. Keutamaan Menjaga Kehormatan Diri (Iffah)
- Allah memuji orang-orang yang menjaga diri dari meminta-minta meskipun mereka sedang dalam kebutuhan. Ini sesuai dengan firman Allah:
"Orang-orang yang bodoh mengira mereka kaya karena sikap menjaga diri mereka" (QS. Al-Baqarah: 273). - Hadits ini menunjukkan bahwa menjaga kehormatan diri dari meminta-minta adalah tanda keimanan dan kebesaran jiwa seorang Muslim.
2. Makna Orang Miskin yang Sesungguhnya
- Orang miskin yang sejati bukanlah mereka yang secara terang-terangan meminta-minta kepada orang lain, tetapi mereka yang:
- Benar-benar membutuhkan namun tidak memiliki cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
- Tidak mengeluh atau menunjukkan kondisi mereka kepada orang lain.
- Tidak meminta-minta, sehingga banyak yang menyangka mereka cukup berkecukupan.
3. Larangan untuk Banyak Meminta
- Rasulullah ﷺ tidak menyukai umatnya sering meminta-minta kepada orang lain. Hadits ini memberikan dorongan untuk bekerja keras, berusaha sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain.
4. Tata Cara Memberikan Sedekah
- Hadits ini mengajarkan pentingnya memberikan sedekah kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, khususnya kepada orang-orang yang menjaga kehormatan diri mereka dan tidak meminta-minta.
- Rasulullah ﷺ mengarahkan umatnya untuk teliti dalam menentukan penerima sedekah, agar sedekah tepat sasaran.
5. Miskin Bukan Berarti Tidak Punya Harta Sama Sekali
- Contoh dalam kisah pemilik kapal pada QS. Al-Kahfi: 79 menunjukkan bahwa miskin tidak selalu berarti tidak punya apa-apa. Mereka disebut miskin karena penghasilan mereka tidak mencukupi kebutuhan yang lebih luas.
6. Pentingnya Menjaga Amanah dalam Sedekah
- Sedekah memiliki nilai besar, tetapi harus diberikan kepada yang membutuhkan dengan dasar penelitian, agar benar-benar bermanfaat.
7. Mendorong Umat untuk Berusaha Mandiri
- Rasulullah ﷺ memberikan teladan agar umatnya berusaha mandiri dan tidak menjadikan meminta-minta sebagai kebiasaan. Hal ini membentuk karakter umat yang kuat dan tidak lemah.
8. Hikmah Sosial: Menjaga Martabat dan Harmoni
- Sikap iffah membantu menjaga martabat individu dan menciptakan harmoni sosial. Dengan tidak meminta-minta, seseorang menunjukkan keimanan dan kepercayaannya kepada Allah sebagai pemberi rezeki.
9. Islam Mendorong untuk Tidak Menampakkan Kekurangan
- Dalam kondisi miskin sekalipun, seseorang dianjurkan untuk tidak menampakkan kekurangan atau meminta dengan cara mendesak. Firman Allah:
"Mereka tidak meminta-minta kepada manusia dengan cara mendesak" (QS. Al-Baqarah: 273).
10. Motivasi untuk Memberikan yang Lebih Baik
- Hadits ini menginspirasi umat Islam untuk tidak hanya memberi kepada mereka yang meminta, tetapi juga memperhatikan mereka yang tidak meminta namun sangat membutuhkan.
Hadits ini memberikan panduan moral, spiritual, dan sosial untuk menjaga kehormatan pribadi serta mengarahkan umat Islam agar sedekah mereka bermanfaat bagi yang paling membutuhkan.
Hadirin sekalian, dari kedua hadits ini kita diajarkan bahwa kemiskinan dalam Islam bukan hanya sekadar masalah materi atau harta yang terlihat. Orang miskin yang sebenarnya adalah yang orang lain tidak tahu terhadap kesulitan yang dihadapi, dan si miskin menjaga marwah dirinya dengan tidak meminta-minta. Islam mengajarkan kita untuk selalu menolong mereka yang dalam kesulitan, namun juga mengingatkan kita untuk menjaga kehormatan dan martabat orang miskin yang tidak pernah meminta-minta.
Melalui kajian ini, mari kita memahami lebih dalam tentang bagaimana Islam menjaga martabat orang miskin dan mengajarkan kita untuk memberikan bantuan dengan cara yang tepat, tanpa menambah beban atau merendahkan mereka yang membutuhkan. Semoga kajian ini memberi kita pemahaman yang lebih baik dalam menyikapi orang-orang yang kurang beruntung dan mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap kondisi mereka.
Aamiin
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa
harakat
مدح الله تعالى المتعففين عن سؤال الناس على الرغم من حاجتهم، فقال تعالى:
{يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف} [البقرة: 273]، وكره النبي صلى الله عليه وسلم
لأمته كثرة السؤال.
وفي هذا الحديث يبين النبي صلى الله عليه وسلم أن المسكين الكامل المسكنة
ليس من يتردد على الأبواب، ويمر على الناس يسألهم الصدقة، ويرده ويكفيه ما يناله
من اللقمة أو اللقمتين، أو التمرة أو التمرتين؛ وذلك لأنه قادر على تحصيل قوته،
كما ذكر الله عز وجل في شأن أصحاب السفينة: {أما السفينة فكانت لمساكين يعملون في
البحر} [الكهف: 79]، فسماهم الله مساكين مع امتلاكهم للسفينة. والنفي في قوله:
«ليس المسكين» لا يعني نفي أصل المسكنة عن الطواف، وإنما معناه نفي كمالها، وإنما
المسكين الكامل المسكنة هو: المحتاج الذي لا يجد ما يغنيه ولا يظهر ذلك ولا يسأل
الناس، فلا يعرف الناس حاجته، فلا يتصدقون عليه؛ لظنهم غناه؛ لتعففه عن السؤال،
كما قال الله عز وجل: {لا يسألون الناس إلحافا} [البقرة: 273].
وفي الحديث: الاستعفاف عن المسألة.
وفيه: حسن الإرشاد لموضع الصدقة، وتحري وضع الصدقة في المحتاج المتعفف عن
المسألة.