Hadits: Sedekah Tidak Mengurangi Harta
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الصَّدَقَةَ سَبَبًا لِلْبَرَكَةِ وَالنَّمَاءِ، وَأَمَرَ بِالْعَفْوِ وَالتَّوَاضُعِ وَجَعَلَ فِيهِمَا الْعِزَّةَ وَالرِّفْعَةَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ.
Amma ba’du,
(Arti dari kalimat pembukaan berbahasa Arab: Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sedekah sebagai sebab keberkahan dan pertumbuhan (harta), serta memerintahkan untuk berlapang dada dan bersikap rendah hati, dan menjadikan keduanya sebagai sumber kemuliaan dan ketinggian derajat. Aku memuji-Nya, Mahasuci Dia, dan aku bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam Allah senantiasa tercurah kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Kiamat.)
---
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah ﷻ, yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Rasulullah ﷺ, sang teladan terbaik yang telah mengajarkan kepada kita prinsip hidup penuh keberkahan.
Pada kesempatan kali ini, kita akan bersama-sama mengkaji hadits Rasulullah ﷺ yang mengandung tiga pelajaran berharga dalam kehidupan: keberkahan sedekah, keutamaan memaafkan, dan keagungan sikap rendah hati. Hadits ini seolah menggugah hati kita untuk merenung—bagaimana bisa sesuatu yang tampaknya berkurang justru bertambah, bagaimana bisa seseorang yang memilih mengalah justru menjadi mulia, dan bagaimana bisa mereka yang merendahkan diri justru diangkat derajatnya?
Mari kita kaji haditsnya:
-------
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ
أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ.
Sedekah
tidak mengurangi harta, dan Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba karena
pemaafannya kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena
Allah kecuali Allah mengangkatnya.
HR Muslim (2588)
Syarah Hadits
صَدَقَةُ المَالِ تُطَهِّرُهُ وَتَزِيدُ
البَرَكَةَ فِيهِ
Sedekah harta menyucikannya dan menambah keberkahan di
dalamnya.
فَإِنَّهَا تَكُونُ طَاعَةً لِلَّهِ،
وَإِغْنَاءً لِلْفُقَرَاءِ، وَبِهَا يَقْطَعُ المُتَصَدِّقُ أَسْبَابَ الشَّرِّ
فِي النُّفُوسِ
Karena sedekah itu merupakan ketaatan kepada Allah, memberi
kecukupan bagi orang-orang fakir, dan dengannya orang yang bersedekah memutus
sebab-sebab kejahatan dalam jiwa.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَكُونُ سَبَبًا فِي
نَقْصِ المَالِ
Dalam hadits ini, Nabi ﷺ menjelaskan bahwa sedekah
tidak menjadi sebab berkurangnya harta.
بَلْ تَزِيدُ أَضْعَافَ مَا يُعْطَى مِنْهُ
بِأَنْ يَنْجَبِرَ بِالبَرَكَةِ
Justru bertambah berkali-kali lipat dari yang diberikan,
dengan tertutupi kekurangannya oleh keberkahan.
وَالَّتِي تَتَعَدَّدُ صُوَرُهَا فِي
النَّفْسِ وَالأَهْلِ، وَفِي المَالِ ذَاتِهِ
Keberkahan yang bentuknya beragam, baik dalam jiwa,
keluarga, maupun harta itu sendiri.
وَأَنَّهُ وَإِنْ نَقَصَتْ صُورَتُهُ كَانَ
فِي الثَّوَابِ المُرَتَّبِ عَلَيْهَا جَبْرًا لِنَقْصِهِ وَزِيَادَةً إِلَى
أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ
Dan meskipun bentuk harta tampak berkurang, namun pahala
yang ditetapkan baginya menjadi penutup kekurangannya dan bertambah berkali
lipat.
وَأَنَّهُ مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِسَبَبِ
عَفْوِهِ عَنْ شَيْءٍ مَعَ قُدْرَتِهِ عَلَى الانْتِقَامِ إِلَّا عِزًّا
وَسِيَادَةً وَعَظَمَةً فِي القُلُوبِ فِي الدُّنْيَا
Dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba karena
ia memaafkan sesuatu, padahal ia mampu membalas, kecuali kemuliaan,
kepemimpinan, dan kebesaran dalam hati manusia di dunia.
وَيُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ المُرَادُ أَنَّ
أَجْرَهُ يَكُونُ فِي الآخِرَةِ عِزَّةً عِنْدَ اللَّهِ
Bisa juga yang dimaksud adalah bahwa pahalanya kelak di
akhirat berupa kemuliaan di sisi Allah.
وَأَنَّهُ مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ؛
بِأَنْ أَنْزَلَ نَفْسَهُ عَنْ مَرْتَبَةٍ يَسْتَحِقُّهَا
Dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah,
dengan menurunkan dirinya dari kedudukan yang sebenarnya ia berhak
mendapatkannya.
لِرَجَاءِ التَّقَرُّبِ إِلَى اللَّهِ دُونَ
غَرَضٍ غَيْرِهِ
Demi mengharap kedekatan kepada Allah, tanpa tujuan lain.
بَلْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رِقًّا وَعُبُودِيَّةً
فِي ائْتِمَارِ أَمْرِهِ، وَالانْتِهَاءِ عَنْ نَهْيِهِ
Justru ia merendahkan diri karena Allah sebagai bentuk
kepatuhan dan penghambaan dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
وَمُشَاهَدَتِهِ لِحَقَارَةِ النَّفْسِ،
وَنَفْيِ العُجْبِ عَنْهَا
Serta menyadari kehinaan dirinya dan menghilangkan perasaan
ujub darinya.
إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي
الدُّنْيَا، أَوْ رَفَعَهُ فِي الآخِرَةِ، أَوْ فِيهِمَا مَعًا
Melainkan Allah akan mengangkat derajatnya di dunia, atau
di akhirat, atau di keduanya sekaligus.
وَالتَّوَاضُعُ هُوَ الانْكِسَارُ
وَالتَّذَلُّلُ، وَنَقِيضُهُ: التَّكَبُّرُ وَالتَّرَفُّعُ
Kerendahan hati adalah sikap tunduk dan merendahkan diri,
sedangkan lawannya adalah kesombongan dan keangkuhan.
وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ فَضْلِ الصَّدَقَةِ
Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang keutamaan
sedekah.
وَفِيهِ: بَيَانُ فَضْلِ العَفْوِ
وَالصَّفْحِ، وَأَنَّ مَنْ عُرِفَ بِالعَفْوِ وَالصَّفْحِ سَادَ وَعَظُمَ فِي
قُلُوبِ النَّاسِ
Juga terdapat penjelasan tentang keutamaan memaafkan dan
berlapang dada, serta bahwa siapa saja yang dikenal sebagai pemaaf dan lapang
dada akan menjadi pemimpin dan dihormati dalam hati manusia.
وَفِيهِ: بَيَانُ فَضْلِ التَّوَاضُعِ لِلَّهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan tentang
keutamaan tawadhu’ (rendah hati) karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
وَفِيهِ: الْخَيْرُ وَالْفَلَاحُ فِي
ٱمْتِثَالِ ٱلشَّرِيعَةِ وَفِعْلِ ٱلْخَيْرِ وَإِنْ ظَنَّ بَعْضُ ٱلنَّاسِ أَنَّهُ
بِخِلَافِ ذَلِكَ.
Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan bahwa kebaikan
dan keberuntungan terdapat dalam menaati syariat dan melakukan kebaikan,
meskipun sebagian orang mengira bahwa (kebaikan itu) sebaliknya.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/65137
Pelajaran dari hadits ini
Hadits ini mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan sosial yang harmonis serta bagaimana seorang Muslim dapat hidup dengan penuh keberkahan, kemuliaan, dan kedamaian hati.
Hadits ini juga mengajarkan tiga prinsip utama dalam ajaran Islam: keutamaan sedekah, keutamaan memaafkan, dan keutamaan tawadhu' (rendah hati). Pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini:
1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta, tetapi Justru Menambah Berkah
- Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta secara hakiki, meskipun secara kasat mata tampak berkurang.
- Sebaliknya, Allah akan menggantikannya dengan keberkahan dan rezeki yang lebih banyak, baik dalam bentuk harta yang bertambah, kemudahan hidup, maupun ketenangan jiwa.
- Sedekah juga berfungsi sebagai penyucian harta dan jiwa dari sifat kikir serta membantu menghilangkan potensi keburukan yang mungkin muncul dari kecintaan terhadap harta.
🔹 Dalil Pendukung:
- Allah berfirman:
يَمْحَقُ اللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ
“Allah menghancurkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah: 276)
🔹 Aplikasi dalam Kehidupan:
- Bersedekahlah dengan ikhlas tanpa takut miskin, karena Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih baik dan berkah.
- Jangan ragu untuk membantu fakir miskin, anak yatim, dan orang yang membutuhkan, karena itu adalah salah satu bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.
2. Memaafkan Akan Mengangkat Derajat dan Menambah Kemuliaan
- Hadits ini mengajarkan bahwa memaafkan kesalahan orang lain, terutama ketika seseorang mampu membalasnya, bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru tanda kekuatan dan kebesaran jiwa.
- Orang yang mudah memaafkan akan dicintai manusia dan dihormati dalam pergaulan sosial.
- Allah menjanjikan kemuliaan bagi orang yang gemar memaafkan, baik di dunia dengan wibawa dan ketenangan hati, maupun di akhirat dengan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.
🔹 Dalil Pendukung:
- Allah berfirman:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?” (QS. An-Nur: 22)
🔹 Aplikasi dalam Kehidupan:
- Jangan mudah dendam atau menyimpan kebencian terhadap orang lain.
- Biasakan memaafkan kesalahan orang lain, meskipun kita memiliki kekuatan untuk membalasnya.
- Ketika menghadapi konflik, lebih baik memilih jalur damai dan memaafkan daripada membalas dengan keburukan.
3. Tawadhu’ (Rendah Hati) Akan Meninggikan Derajat
- Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa seseorang yang bersikap tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, akan diangkat derajatnya oleh-Nya.
- Tawadhu’ bukan berarti merendahkan diri secara hina, tetapi lebih kepada sikap tidak sombong dan selalu mengakui kebesaran Allah.
- Orang yang tawadhu’ akan lebih mudah diterima di lingkungan sosial, dihormati, dan mendapat tempat yang tinggi di hati manusia.
🔹 Dalil Pendukung:
- Allah berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia dengan sombong, dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh.” (QS. Luqman: 18)
🔹 Aplikasi dalam Kehidupan:
- Jangan sombong dengan ilmu, harta, atau jabatan, karena semua itu adalah karunia dari Allah.
- Bersikap rendah hati dalam pergaulan, menghormati orang lain tanpa membedakan status sosial.
- Selalu merasa butuh kepada Allah dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
Kesimpulan dan Hikmah dari Hadits Ini
- Sedekah bukan hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga mendatangkan keberkahan bagi pemberi.
- Memaafkan adalah tanda kekuatan jiwa yang akan mendatangkan kemuliaan dan kecintaan dari manusia serta pahala dari Allah.
- Tawadhu’ (rendah hati) adalah kunci untuk mendapatkan kedudukan tinggi di dunia dan akhirat.
Penutup Kajian
Hadirin yang berbahagia,
Sering kali kita berpikir bahwa memberi akan mengurangi, bahwa mengalah berarti kalah, dan bahwa rendah hati bisa dianggap lemah. Namun, dalam Islam, konsep ini berbalik—justru dengan memberi, kita akan mendapatkan lebih banyak, justru dengan memaafkan, kita semakin dimuliakan, dan justru dengan merendahkan hati, kita semakin diangkat derajatnya oleh Allah ﷻ.
Kajian ini bukan sekadar tentang sedekah dalam bentuk harta, tetapi juga tentang bagaimana kita bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dengan hadits ini, terjawablah sudah pertanyaan selama ini, bagaimana menggapai keberkahan dalam rezeki? Mengapa orang yang pemaaf justru dihormati? Dan bagaimana sikap tawadhu’ dapat menjadi kunci kemuliaan?
Pelajaran dari hadits ini seharusnya tidak hanya menjadi teori dalam kajian, tetapi juga kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Marilah kita biasakan memberi tanpa takut miskin, memaafkan tanpa merasa direndahkan, dan bersikap rendah hati tanpa takut kehilangan wibawa. Sebab, semua ini adalah janji Allah dan Rasul-Nya yang pasti benar.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai hamba yang gemar bersedekah, pemaaf, dan rendah hati, serta mengaruniakan kepada kita keberkahan, kemuliaan, dan ketinggian derajat di dunia maupun akhirat.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا
أَعْمَالَنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَرْزَاقِنَا.
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya. Ampunilah dosa-dosa kami, terimalah amal-amal kami, dan berkahilah rezeki kami."
Semoga doa ini dikabulkan oleh Allah. Aamiin
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ