Hadits: Doa Malam Lailatul Qadar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Di tengah kesibukan kehidupan yang semakin kompleks dan serba cepat seperti sekarang, banyak dari kita yang merasa kehilangan makna dalam beribadah, bahkan terkadang kita terjebak dalam rutinitas tanpa mengingat keberkahan yang dapat diperoleh dari Allah. Salah satu fenomena yang sering kita temui adalah kurangnya pemahaman terhadap malam yang penuh keberkahan, yaitu Lailatul Qadar, yang menjadi malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sehingga, banyak di antara kita yang mungkin melewatkan kesempatan luar biasa ini tanpa benar-benar memanfaatkannya.
Masyarakat kita saat ini juga dihadapkan pada berbagai masalah kehidupan yang mempengaruhi spiritualitas dan keimanan. Di satu sisi, banyak yang sibuk dengan pekerjaan, duniawi, dan masalah pribadi, sehingga kesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan meraih keberkahan Ramadan, terutama pada sepuluh malam terakhir, sering terabaikan. Padahal, Lailatul Qadar, sebagai salah satu malam terbaik dalam Islam, adalah peluang besar untuk mendapatkan ridha Allah dan menghapus dosa-dosa kita.
Dalam kesempatan ini, kita akan mengkaji sebuah hadits yang sangat relevan dengan kondisi ini. Hadits ini mengajarkan kita tentang keutamaan Lailatul Qadar, sebuah malam yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah, yang lebih baik daripada seribu bulan. Hadits ini juga mengandung panduan bagi kita tentang doa yang terbaik untuk dipanjatkan pada malam tersebut, yaitu doa yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ kepada Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang memohon kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan kasih sayang-Nya.
Melalui kajian ini, kita akan berusaha memahami betapa pentingnya menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan dengan ibadah, doa, dan taqwa kepada Allah. Tidak hanya itu, kita juga akan belajar tentang makna pemaafan dan bagaimana kita dapat memohon ampunan dengan hati yang tulus, seperti yang diajarkan oleh Nabi ﷺ. Seiring berjalannya waktu, terkadang kita melupakan betapa pentingnya untuk menghubungkan diri kita dengan Allah melalui doa dan ibadah yang ikhlas, terlebih pada malam-malam yang penuh berkah ini.
Tujuan kajian ini adalah untuk memahamkan kita tentang urgensi dan manfaat dari Lailatul Qadar, serta bagaimana doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ bisa menjadi sarana kita dalam mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga akan mengupas tentang bagaimana sikap tawadhu dan penuh pengharapan terhadap ampunan Allah seharusnya mengisi setiap langkah kita dalam kehidupan, terutama di bulan suci Ramadan.
Dengan mempelajari hadits ini, kita diharapkan dapat lebih fokus dalam memanfaatkan kesempatan emas yang ada pada bulan Ramadan, khususnya pada malam Lailatul Qadar, serta menjadikan doa sebagai sarana utama dalam memperoleh pemaafan dan keberkahan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kajian ini menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbaiki diri, dan semoga Allah menerima segala amal ibadah kita.
Amin ya Rabbal 'Alamin.
Marilah kita bersama-sama menyimak dan merenungkan hadits ini dengan hati yang terbuka dan penuh harapan akan hidayah dan ampunan Allah.
Mari kita kaji haditsnya:
-----
عن عائشةَ رضي الله
عنها قالتْ: قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ، أرَأَيْتَ إنْ عَلِمْتُ أيَّ ليلةِ القدْرِ،
ما أقولُ فيها؟ قالَ: قُولي: اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ
عنِّي.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
Aku berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan di dalamnya?"
Beliau bersabda, "Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ
عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah
aku)."
HR At-Tirmidzi (3513), An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (7712), Ibnu Majah (3850), dan Ahmad (25384).
Arti Per
Kalimat
عن عائشةَ رضي الله عنها قالتْ
"Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata"
Aisyah adalah istri Nabi Muhammad ﷺ dan salah satu perawi
hadis utama dalam Islam.
قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ
"Aku berkata: Wahai Rasulullah"
أرَأَيْتَ إنْ عَلِمْتُ أيَّ ليلةِ القدْرِ،
ما أقولُ فيها؟
"Bagaimana menurutmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang
harus aku ucapkan di dalamnya?"
أرَأَيْتَ (bagaimana
menurutmu) adalah bentuk pertanyaan untuk meminta arahan dari Nabi ﷺ.
إنْ عَلِمْتُ (jika aku mengetahui) menunjukkan kemungkinan seseorang mengetahui malam
Lailatul Qadar.
أيَّ ليلةِ القدْرِ (malam Lailatul Qadar yang mana) merujuk pada malam yang penuh
kemuliaan di bulan Ramadan.
ما أقولُ فيها؟ (apa yang harus aku ucapkan di dalamnya?) menunjukkan bahwa Aisyah ingin
mengetahui doa yang paling utama dibaca pada malam tersebut.
قالَ: قُولي
"Beliau bersabda: Ucapkanlah"
Rasulullah ﷺ memberikan
perintah kepada Aisyah untuk membaca doa tertentu pada malam Lailatul Qadar.
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf"
اللَّهُمَّ adalah
panggilan kepada Allah, sedangkan إنَّكَ (sesungguhnya Engkau) adalah bentuk
penegasan.
عَفُوٌّ berasal dari kata عفو, yang berarti "Maha Pemaaf," yaitu sifat Allah
yang menghapus dosa-dosa hamba-Nya tanpa menyisakan jejaknya.
تُحِبُّ العَفْوَ
"Engkau mencintai pemaafan"
تُحِبُّ (Engkau
mencintai) menunjukkan bahwa Allah menyukai sifat pemaafan.
العَفْوَ (pemaafan)
berarti mengampuni kesalahan tanpa membalas atau menghukum.
فَاعْفُ عنِّي
"Maka maafkanlah aku"
فَاعْفُ adalah
bentuk perintah dari kata عفا yang berarti "ampuni" atau "hapuskan dosa." عَنِّي
(aku) menunjukkan permohonan pribadi
agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan.
Syarah Hadits
مِنْ عَظِيمِ مِنَنِ اللَّهِ تَعَالَى عَلَى
أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Di antara nikmat besar dari Allah Ta’ala kepada umat Muhammad ﷺ.
أَنْ جَعَلَ لَهَا فِي أَيَّامِ دَهْرِهَا
نَفَحَاتٍ
Bahwa Dia menjadikan bagi mereka dalam hari-hari kehidupan mereka hembusan
rahmat (momen-momen keberkahan).
لِيَتَعَرَّضُوا لَهَا، وَلِيَفُوزُوا فِيهَا
بِعَطَايَا مِنَ اللَّهِ
Agar mereka dapat menyambutnya dan meraih anugerah dari Allah di dalamnya.
لِأَنَّ الْأُمَّةَ أَعْمَارُهَا قَصِيرَةٌ،
وَآجَالُهَا مَحْدُودَةٌ
Karena usia umat ini pendek dan ajal mereka terbatas.
وَمِنْ تِلْكَ النَّفَحَاتِ الْجَلِيلَاتِ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Dan di antara hembusan rahmat yang agung itu adalah Lailatul Qadar.
الَّتِي هِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ،
كَمَا أَخْبَرَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ
Yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana Allah Ta’ala kabarkan dalam
kitab-Nya.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Dan dalam hadits ini, Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang Lailatul Qadar.
فَقَالَتْ: "إِنْ وَافَقْتُهَا"،
أَيْ: إِنْ أَدْرَكْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
Lalu ia berkata, "Jika aku mendapatinya," yakni jika aku menjumpai
Lailatul Qadar.
كَمَا فِي رِوَايَةِ التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ
مَاجَهْ
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
وَلَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ
الْأَوَاخِرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
Dan Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
وَتَكُونُ فِي اللَّيَالِي الْوِتْرِيَّةِ
Dan ia berada pada malam-malam ganjil.
وَتُعْرَفُ لِمَنْ أَحْيَاهَا وَأَقَامَهَا
بِعَلَامَاتِهَا
Dan ia dikenali oleh orang yang menghidupkan dan menegakkannya melalui
tanda-tandanya.
وَمِنْهَا: أَنَّهَا لَيْلَةٌ صَافِيَةٌ، لَا
حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ
Di antaranya: malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin.
وَتَطْلُعُ الشَّمْسُ عَقِبَهَا لَا شُعَاعَ
لَهَا مُنْتَشِرَ فِي الْآفَاقِ
Dan matahari terbit setelahnya tanpa pancaran sinar yang menyebar di ufuk.
وَسُمِّيَتْ بِذَلِكَ؛ لِعِظَمِ قَدْرِهَا؛
لِنُزُولِ الْقُرْآنِ وَالْمَلَائِكَةِ فِيهَا
Dinamakan demikian karena keagungannya, sebab turunnya Al-Qur’an dan malaikat
di dalamnya.
وَقِيلَ: لِأَنَّ الَّذِي يُحْيِيهَا يَكُونُ
لَهُ قَدْرٌ بِذَلِكَ
Dikatakan bahwa karena siapa yang menghidupkannya akan mendapatkan derajat
tinggi karenanya.
وَقِيلَ: الْقَدْرُ مَأْخُوذٌ مِنَ
التَّضْيِيقِ، وَالَّذِي يُرَادُ هُنَا إِخْفَاءُ يَوْمِهَا عَنِ النَّاسِ
Dikatakan juga bahwa "Al-Qadr" berasal dari makna penyempitan, yang
dimaksud di sini adalah disembunyikannya waktunya dari manusia.
وَقِيلَ: لِتَقْدِيرِ أَفْعَالِ السَّنَةِ
بِهَا؛ فَتُكْتَبُ فِيهَا أَقْدَارُ تِلْكَ السَّنَةِ
Dan dikatakan bahwa karena di malam itu ditetapkan segala urusan tahun
tersebut.
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ اللَّفْظُ
مَأْخُوذًا مِنْ بَعْضِ تِلْكَ الْمَعَانِي أَوْ كُلِّهَا
Kemungkinan maknanya mencakup sebagian atau seluruh makna-makna tersebut.
"فَبِمَ أَدْعُو؟" أَيْ: مَا يَفْضُلُ
مِنَ الدُّعَاءِ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ؟
“Maka dengan apa aku berdoa?” yaitu, doa apa yang paling utama pada malam itu?
فَأَرْشَدَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَفْضَلِ أَنْوَاعِ الدُّعَاءِ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ
Maka Nabi ﷺ membimbingnya kepada doa terbaik pada malam itu.
وَهُوَ: "اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ"
Yaitu, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf."
وَالْعَفْوُ هُوَ التَّجَاوُزُ عَنِ
السَّيِّئَاتِ
Dan al-'afwu (pemaafan) adalah penghapusan dosa.
"تُحِبُّ الْعَفْوَ"، أَيْ: تُحِبُّ
ظُهُورَ هَذِهِ الصِّفَةِ
“Engkau mencintai pemaafan,” yaitu Engkau menyukai sifat ini tampak.
"فَاعْفُ عَنِّي"، أَيْ: تَجَاوَزْ عَنِّي
وَاصْفَحْ عَنْ زَلَلِي
“Maka maafkanlah aku,” yaitu hapuslah dosa-dosaku dan ampuni kesalahanku.
فَإِنِّي كَثِيرُ التَّقْصِيرِ، وَأَنْتَ
أَوْلَى بِالْعَفْوِ الْكَثِيرِ
Karena sesungguhnya aku banyak kekurangan, dan Engkaulah yang lebih layak dengan
ampunan yang luas.
وَعَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى يَكُونُ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Dan ampunan Allah Ta’ala mencakup dunia dan akhirat.
وَفِي الْحَدِيثِ: إِثْبَاتُ صِفَةِ الْعَفْوِ
وَالْمَحَبَّةِ لِلَّهِ تَعَالَى كَمَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ
Dan dalam hadits ini terdapat penetapan sifat al-'afwu (pemaafan) dan
al-mahabbah (cinta) bagi Allah sesuai dengan keagungan-Nya.
وَفِيهِ: الْحَثُّ عَلَى الدَّعَوَاتِ
الْمُبَارَكَاتِ لَا سِيَّمَا فِي الْأَوْقَاتِ الْفَاضِلَاتِ
Dan dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berdoa dengan doa-doa penuh berkah,
terutama di waktu-waktu yang utama.
وَفِيهِ: بَيَانٌ لِحِرْصِ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا عَلَى التَّعَلُّمِ مِنْ هَدْيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مَعْرِفَةِ أَبْوَابِ الْخَيْرِ.
Dan dalam hadits
ini terdapat penjelasan tentang semangat Aisyah radhiyallahu 'anha dalam
belajar dari petunjuk Nabi ﷺ
dan dalam mengetahui pintu-pintu kebaikan.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/116980
Pelajaran dari Hadits ini
Hadis ini mengajarkan kita untuk memperbanyak ibadah, terutama pada waktu yang penuh berkah, seperti Lailatul Qadar, serta mengajarkan adab dalam berdoa dan pentingnya memohon ampunan Allah. Juga, hadis ini menekankan pentingnya menuntut ilmu dan bertanya kepada yang lebih berilmu untuk memperoleh petunjuk dalam hidup. Dengan mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dalam berdoa dan beribadah, kita dapat meraih kebaikan di dunia dan akhirat.
Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hadis tersebut secara rinci:
1. Keutamaan dan Kebesaran Lailatul Qadar
-
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan keberkahan, lebih baik dari seribu bulan. Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk mendapatkan pahala yang luar biasa melalui ibadah pada malam tersebut, meskipun umurnya relatif pendek.
-
Kita seharusnya memanfaatkan sepenuhnya sepuluh malam terakhir bulan Ramadan untuk mencari Lailatul Qadar, yang menjadi salah satu malam terbaik dalam setahun.
2. Pentingnya Mencari Lailatul Qadar dengan Ibadah
-
Lailatul Qadar tidak hanya datang begitu saja, tetapi harus dicari dengan usaha maksimal dalam bentuk ibadah, terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.
-
Kita harus meningkatkan ibadah, seperti shalat malam (qiyamul lail), membaca Al-Quran, berdoa, dan berzikir, terutama di malam-malam ganjil terakhir bulan Ramadan.
3. Doa yang Diajarkan oleh Nabi ﷺ
-
Nabi ﷺ mengajarkan Aisyah radhiyallahu 'anha untuk berdoa dengan doa yang sangat mulia, yaitu "اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني" (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau mencintai sifat pemaafan, maka maafkanlah aku). Doa ini mengandung makna memohon ampunan dan pemaafan dari Allah.
-
Dalam doa, kita harus memohon ampunan Allah dengan tulus dan ikhlas, serta mengingatkan diri kita bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Kita juga diajarkan untuk memuji Allah dalam doa kita dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang mulia, sesuai dengan yang kita mohon.
4. Makna Pemaafan dalam Islam
-
Doa ini mengajarkan kita untuk memohon pemaafan Allah, yang merupakan sifat yang sangat mulia dalam Islam. Pemaafan dari Allah lebih besar dan lebih utama daripada segala bentuk hukuman atau pembalasan.
-
Kita harus berusaha untuk memaafkan kesalahan orang lain, dan juga meminta maaf kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Pemaafan ini menunjukkan kasih sayang Allah yang luas.
5. Kesungguhan Aisyah dalam Mencari Ilmu
-
Aisyah radhiyallahu 'anha menunjukkan sikap yang sangat antusias dalam mencari ilmu, terutama dalam hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Ia bertanya kepada Nabi ﷺ untuk mengetahui amalan terbaik yang bisa dilakukan dalam mencari Lailatul Qadar.
-
Kita harus mencontoh sikap Aisyah dalam tekun mencari ilmu agama dan bertanya kepada orang yang lebih berilmu. Menuntut ilmu adalah salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri.
6. Doa sebagai Salah Satu Kunci Kebaikan Dunia dan Akhirat
-
Doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ merupakan doa yang membawa kebaikan untuk dunia dan akhirat. Pemaafan dari Allah di dunia akan menghapus dosa dan memberi ketenangan, sedangkan di akhirat akan membawa keselamatan.
-
Kita harus memperbanyak doa dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, serta selalu berusaha menjadi hamba yang rendah hati dalam memohon ampunan-Nya.
7. Adab Berdoa
-
Dalam berdoa, seorang hamba diajarkan untuk memuji Allah terlebih dahulu dengan menyebut sifat-sifat-Nya yang mulia, seperti pemaafan, sebelum memohon sesuatu. Ini adalah salah satu adab dalam berdoa yang diajarkan dalam Islam.
-
Ketika berdoa, kita seharusnya mengawali doa dengan menyebutkan pujian-pujian kepada Allah, sehingga doa kita menjadi lebih bermakna dan khusyuk.
8. Fokus pada Akhirat
-
Keutamaan Lailatul Qadar dan doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada urusan duniawi, tetapi juga selalu mengingat kehidupan akhirat dan mencari ridha Allah di dunia ini.
-
Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa menyelaraskan kehidupan dunia dengan akhirat, dengan tidak melupakan kewajiban kita dalam beribadah dan berdoa untuk memperoleh pahala yang abadi.
9. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana
-
Allah mengetahui siapa yang berusaha sungguh-sungguh untuk meraih keberkahan-Nya, seperti yang tercermin dalam pencarian Lailatul Qadar dan kesungguhan Aisyah dalam berdoa.
-
Kita harus terus berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah, berdoa, dan berusaha melakukan yang terbaik, dengan keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui setiap usaha kita.
10. Kebaikan dalam Berbagi Ilmu
-
Nabi ﷺ mengajarkan ilmu dan memberikan petunjuk kepada Aisyah, menunjukkan pentingnya berbagi ilmu yang bermanfaat. Ini merupakan salah satu contoh bagaimana Nabi ﷺ mendidik umatnya dengan memberikan ilmu yang mendekatkan mereka kepada Allah.
-
Kita juga harus aktif berbagi ilmu yang bermanfaat, baik itu ilmu agama atau ilmu lainnya, agar kita dapat menjadi manfaat bagi orang lain dan mendapatkan pahala dari Allah.
Penutup
Kajian
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah, yang telah memberikan kita kesempatan untuk mengkaji dan memahami hadits mulia ini. Semoga kajian ini dapat memberi kita pencerahan dan mendorong kita untuk terus berusaha memperbaiki diri dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah ini.
Hadits yang telah kita pelajari mengandung pelajaran yang sangat berharga, yaitu tentang pentingnya memohon ampunan Allah dengan doa yang penuh pengharapan. Doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pemaaf, yang senantiasa membuka pintu ampunan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang tulus memohon ampun. Dalam kehidupan kita yang penuh dengan kesalahan dan kekurangan, hadits ini mengingatkan kita agar tidak pernah putus asa dari rahmat Allah dan selalu kembali kepada-Nya, terutama di malam-malam penuh berkah, seperti Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Faedah yang dapat kita ambil dari hadits ini adalah bagaimana kita seharusnya berdoa dengan tulus, memohon ampunan Allah atas segala dosa dan kekurangan kita. Selain itu, hadits ini mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada ibadah yang lahiriah, tetapi juga menghidupkan malam-malam Ramadan dengan penuh keikhlasan, terutama di sepuluh malam terakhir yang sarat dengan peluang untuk meraih Lailatul Qadar. Kesempatan ini adalah waktu yang sangat berharga untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan memohon agar setiap amal kita diterima serta dosa-dosa kita diampuni.
Harapan saya, setelah kajian ini, kita semua bisa mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita, dengan berdoa kepada Allah dalam kesendirian dan kebersamaan, serta memperbanyak doa pada malam-malam terakhir Ramadan. Jangan sampai kesempatan Lailatul Qadar yang sangat berharga terlewat begitu saja tanpa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Saya juga ingin mengingatkan kepada kita semua untuk menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan dengan beritikaf di masjid, sebuah amal mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Itikaf adalah kesempatan emas untuk fokus beribadah, merenung, dan mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk menghidupkan malam-malam penuh berkah ini dengan penuh keikhlasan, agar kita meraih keberkahan Lailatul Qadar dan mendapatkan ampunan-Nya yang luas.
Akhir kata, marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang selalu memohon ampunan dan rahmat Allah, dan semoga kita semua diberi kekuatan untuk melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya. Semoga apa yang kita pelajari hari ini bermanfaat dan menjadi bekal untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Mari kita tutup kajian ini dengan membaca doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ