Hadits: Empat Perumpamaan Orang Yang Membaca Al-Quran

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Di tengah kehidupan yang semakin sibuk dan penuh dengan distraksi, tidak sedikit dari kita yang mulai menjauh dari Al-Qur’an. Sebagian orang masih rajin membacanya, namun belum menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan. Ada pula yang bahkan jarang membukanya, padahal di dalamnya terdapat cahaya yang mampu menerangi hati dan membimbing langkah kita.

Fenomena ini menjadi semakin mengkhawatirkan ketika kita melihat sebagian besar umat Islam lebih akrab dengan media sosial dibandingkan dengan ayat-ayat Allah. Banyak yang membaca berita setiap hari, namun lupa membaca firman-Nya. Padahal, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga merupakan pembeda antara seorang mukmin sejati dan yang tidak.

Oleh karena itu, dalam kajian kita kali ini, kita akan membahas sebuah hadis Rasulullah ﷺ yang menggambarkan perbedaan antara seorang mukmin yang membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, seorang mukmin yang tidak rajin membaca Al-Qur’an, serta orang-orang yang jauh dari cahaya Al-Qur’an. Hadis ini mengajarkan kepada kita tentang keutamaan membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, serta bagaimana posisi kita sebagai seorang Muslim dalam hubungannya dengan kitab suci ini.

Dalam kajian ini, kita akan mengupas tiga hal utama:

  1. Permasalahan umat terkait hubungan mereka dengan Al-Qur’an – Mengapa banyak Muslim yang belum bisa mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari?
  2. Urgensi membaca dan mengamalkan Al-Qur’an – Apa perbedaan antara seorang mukmin yang akrab dengan Al-Qur’an dan yang tidak? Apa dampaknya bagi kehidupan dunia dan akhirat?
  3. Pelajaran dan hikmah dari hadis ini – Bagaimana kita bisa menjadi mukmin yang dicintai Allah dan Rasul-Nya melalui interaksi yang lebih baik dengan Al-Qur’an?

Semoga dengan mengikuti kajian ini, kita dapat semakin memahami pentingnya berinteraksi dengan Al-Qur’an, bukan hanya membacanya, tetapi juga menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan kita. Mari kita jadikan kesempatan ini sebagai momentum untuk memperbaiki hubungan kita dengan kalamullah, agar kita termasuk dalam golongan mukmin yang diibaratkan seperti buah yang harum dan lezat, bukan seperti tanaman pahit yang tidak bermanfaat.

Mari kita kaji haditsnya: 

----- 

Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ: طَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَرِيحُهَا طَيِّبٌ، وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ: طَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَلَا رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ: رِيحُهَا طَيِّبٌ، وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ: طَعْمُهَا مُرٌّ، وَلَا رِيحَ لَهَا.

"Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah utrujjah: rasanya enak dan aromanya harum.

Sedangkan orang yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah kurma: rasanya enak, tetapi tidak memiliki aroma.

Dan perumpamaan orang fasik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti tumbuhan raihanah: aromanya harum, tetapi rasanya pahit.

Sedangkan perumpamaan orang fasik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah hanzhalah (sejenis labu pahit): rasanya pahit dan tidak memiliki aroma."

HR Al-Bukhari (5020) dan Muslim (797).


Arti Per Kalimat


مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ

(Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur'an seperti buah utrujjah)

Orang yang membaca Al-Qur'an diumpamakan seperti buah utrujjah karena memiliki dua keutamaan: baik secara lahiriah (harum aromanya) dan baik secara batiniah (enak rasanya). Ini melambangkan seorang mukmin yang mengamalkan Al-Qur'an, yang kata-katanya indah (membaca Al-Qur'an) dan perbuatannya juga baik (mengamalkan ajarannya).


طَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَرِيحُهَا طَيِّبٌ

(Rasanya enak dan aromanya harum)

Seperti buah utrujjah yang harum dan manis, seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an juga memiliki perilaku baik dan perkataan yang indah.


وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ

(Dan orang yang tidak membaca Al-Qur'an seperti buah kurma)

Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an tetap memiliki keimanan yang baik (seperti kurma yang manis), tetapi ia kehilangan salah satu keutamaannya, yaitu aroma yang harum, yang melambangkan indahnya bacaan Al-Qur'an.


طَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَلَا رِيحَ لَهَا

(Rasanya enak, tetapi tidak memiliki aroma)

Ini menunjukkan bahwa orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an masih memiliki hati yang baik (iman), tetapi kehilangan keutamaan bacaan Al-Qur'an, yaitu pengaruh positif bagi dirinya dan orang lain.


وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ

(Perumpamaan orang fasik yang membaca Al-Qur'an seperti tumbuhan raihanah)

Orang fasik yang membaca Al-Qur'an memiliki perkataan yang indah (seperti aroma wangi raihanah), tetapi batinnya tidak baik (seperti rasa pahitnya) karena tidak mengamalkan isi Al-Qur'an.


رِيحُهَا طَيِّبٌ، وَطَعْمُهَا مُرٌّ

(Aromanya harum, tetapi rasanya pahit)

Ini menggambarkan seseorang yang pandai membaca Al-Qur'an tetapi perilakunya buruk. Orang lain mungkin mengagumi suaranya, tetapi hakikatnya ia tidak berbuat baik.


وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ

(Dan perumpamaan orang fasik yang tidak membaca Al-Qur'an seperti buah hanzhalah)

Ini adalah kondisi terburuk. Orang fasik yang tidak membaca Al-Qur'an tidak memiliki keutamaan baik dalam bacaan maupun perilaku. Seperti buah hanzhalah yang tidak harum dan rasanya pahit, ia tidak memiliki manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.


طَعْمُهَا مُرٌّ، وَلَا رِيحَ لَهَا

(Rasanya pahit dan tidak memiliki aroma)

Orang seperti ini tidak membaca Al-Qur'an (tidak memiliki aroma kebaikan) dan juga perilakunya buruk (rasanya pahit). Ia merugikan dirinya sendiri dan tidak memberi manfaat bagi orang lain.

 


Syarah Hadits


حَثَّ اللَّهُ تَعَالَى عِبَادَهُ عَلَى الْإِكْثَارِ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Allah Ta’ala menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.

وَبَيَّنَ لَهُمْ مَا فِيهِ مِنَ الْأَجْرِ الْعَظِيمِ
Dan menjelaskan kepada mereka pahala besar yang terdapat di dalamnya.

فَقَالَ تَعَالَى: {إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ(29)   لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ(30)}
Maka Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi (29) agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (QS. F
aṭir: 29-30).


وَلِهَذَا يَنْبَغِي الِاهْتِمَامُ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَتَدَبُّرِهِ
Oleh karena itu, seharusnya ada perhatian terhadap membaca Al-Qur’an dan merenungkannya.

وَمِنَ الْآدَابِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ الَّتِي أَرْشَدَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جَاءَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ
Dan di antara adab-adab terkait dengan membaca Al-Qur’an yang telah ditunjukkan oleh Nabi adalah apa yang disebutkan dalam hadis ini.

حَيْثُ يَقُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Di mana beliau bersabda:

اِقْرَؤُوا الْقُرْآنَ
Bacalah Al-Qur’an!

أَيْ: عَلَيْكُمْ بِكَثْرَةِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Yakni, hendaklah kalian memperbanyak membaca Al-Qur’an.

وَلَا تَغْلُوا فِيهِ
Dan janganlah kalian berlebihan dalam hal itu.

مِنَ الْغُلُوِّ، وَهُوَ التَّجَاوُزُ
Dari sikap berlebihan, yang berarti melewati batas.

أَيْ: لَا تُجَاوِزُوا حَدَّهُ مِنْ حَيْثُ لَفْظُهُ أَوْ مَعْنَاهُ
Yakni, jangan melampaui batasnya baik dari sisi lafaz maupun maknanya.

بِأَنْ تَتَأَوَّلُوهُ بِبَاطِلٍ
Dengan menakwilkannya secara batil.

أَوِ الْمُرَادُ: لَا تَبْذُلُوا جُهْدَكُمْ فِي قِرَاءَتِهِ وَتَتْرُكُوا غَيْرَهُ مِنَ الْعِبَادَاتِ
Atau maksudnya: Janganlah kalian mencurahkan seluruh upaya dalam membacanya lalu meninggalkan ibadah-ibadah lainnya.

وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ
Dan jangan pula kalian bersikap jauh darinya.

مِنْ جَفَا عَنْهُ: إِذَا بَعُدَ
Dari kata 'jafā’ ‘anhu’, yang berarti menjauh darinya.

أَيْ: لَا تَبْعُدُوا عَنْ تِلَاوَتِهِ وَتُقِلُّوهَا
Yakni, janganlah kalian menjauh dari tilawahnya dan menguranginya.

بَلْ تَوَسَّطُوا فِي قِرَاءَتِهِ
Tetapi bersikaplah pertengahan dalam membacanya.

فَالْجَفَاءُ عَنْهُ: التَّقْصِيرُ
Sikap jauh dari Al-Qur’an adalah bentuk kelalaian.

وَالْغُلُوُّ: التَّعَمُّقُ فِيهِ، وَكِلَاهُمَا مَنْهِيٌّ عَنْهُ
Sedangkan ghuluww (berlebihan) adalah terlalu mendalaminya secara berlebihan, dan kedua sikap ini dilarang.

وَقَدْ أَمَرَ اللَّهُ بِالتَّوَسُّطِ فِي الْأُمُورِ
Dan Allah telah memerintahkan keseimbangan dalam segala urusan.

وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ
Dan janganlah kalian mencari makan dengannya.

أَيْ: لَا تَجْعَلُوا الْقُرْآنَ مَكْسَبًا تَأْكُلُونَ بِهِ أَمْوَالَ النَّاسِ
Yakni, janganlah kalian menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber penghasilan dengan memakan harta manusia melaluinya.

وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ
Dan janganlah kalian memperbanyak harta dengannya.

أَيْ: لَا تَجْعَلُوهُ سَبَبًا لِلِاسْتِكْثَارِ مِنَ الْمَالِ وَلِمَعَايِشِكُمْ وَالْإِكْثَارِ مِنَ الدُّنْيَا
Yakni, janganlah kalian menjadikannya sebagai sebab untuk memperbanyak harta, mencari nafkah, dan menumpuk dunia.


Faedah hadits

وَفِي الْحَدِيثِ الْحَثُّ عَلَى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk membaca Al-Qur’an.

وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ الْغُلُوِّ فِي الْقُرْآنِ
Dan di dalamnya terdapat larangan berlebihan dalam Al-Qur’an.

وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ الْجَفَاءِ فِي الْقُرْآنِ
Dan di dalamnya terdapat larangan bersikap jauh dari Al-Qur’an.

وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ التَّأَكُّلِ بِالْقُرْآنِ
Dan di dalamnya terdapat larangan mencari makan dengan Al-Qur’an.

وَفِيهِ النَّهْيُ عَنْ جَعْلِ الْقُرْآنِ سَبَبًا لِلِاسْتِكْثَارِ مِنَ الدُّنْيَا
Dan di dalamnya terdapat larangan menjadikan Al-Qur’an sebagai sebab untuk memperbanyak dunia.

Maraji: 

https://dorar.net/hadith/sharh/71664

 


Pelajaran dari Hadits ini


Hadits di atas berisi pelajaran penting mengenai hubungan manusia dengan Al-Qur'an serta dampaknya terhadap kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari hadits tersebut:

1. Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Al-Qur'an

  • Hadits ini menunjukkan bahwa membaca dan mengamalkan Al-Qur'an adalah perbuatan yang mulia.
  • Orang yang membaca dan mengamalkan Al-Qur'an diibaratkan seperti buah al-utrj (الأترجّة) yang memiliki rasa enak dan aroma wangi, mencerminkan manfaat yang besar baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

2. Klasifikasi Manusia Berdasarkan Hubungannya dengan Al-Qur'an

Hadits ini membagi manusia ke dalam empat kelompok utama:

  • Kelompok pertama: Orang yang beriman dan membaca Al-Qur'an.
    • Ia diibaratkan seperti al-utrj, yang baik di dalam dan di luar.
    • Ini menunjukkan bahwa membaca dan mengamalkan Al-Qur'an menjadikan seseorang bermanfaat secara pribadi dan sosial.
  • Kelompok kedua: Orang beriman yang tidak membaca Al-Qur'an.
    • Ia diibaratkan seperti kurma (التمرة), yang rasanya manis tetapi tidak memiliki aroma.
    • Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia memiliki iman yang baik, tetapi tidak menyebarkan manfaatnya melalui bacaan Al-Qur'an kepada orang lain.
  • Kelompok ketiga: Orang munafik yang membaca Al-Qur'an.
    • Ia diibaratkan seperti raiḥān (الريحانة), yang memiliki aroma harum tetapi rasanya pahit.
    • Ini menggambarkan orang yang secara lahiriah terlihat baik karena membaca Al-Qur'an, tetapi hatinya tidak beriman dan tidak mengamalkan isinya.
  • Kelompok keempat: Orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an.
    • Ia diibaratkan seperti hanzhalah (الحَنْظَلَة), yang tidak memiliki aroma dan rasanya pahit.
    • Ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki manfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

3. Pentingnya Memahami dan Mengamalkan Al-Qur'an

  • Membaca Al-Qur'an saja tidak cukup; seseorang harus memahami dan mengamalkannya.
  • Orang yang hanya membaca tanpa mengamalkan diibaratkan seperti orang munafik yang memiliki aroma wangi tetapi rasanya pahit.
  • Sebaliknya, orang yang beriman tetapi tidak membaca Al-Qur'an juga kehilangan manfaat besar dari keindahan dan hikmah Al-Qur'an.

4. Keutamaan Ahli Al-Qur'an

  • Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang membaca Al-Qur'an secara terus-menerus dan mengamalkannya memiliki kedudukan istimewa.
  • Para pembaca dan penghafal Al-Qur'an yang juga mengamalkan isinya mendapatkan keutamaan dan pahala besar.

5. Hubungan Antara Iman dan Al-Qur'an

  • Al-Qur'an memiliki dampak yang besar terhadap hati seseorang.
  • Orang beriman yang membaca Al-Qur'an mendapatkan manfaat ganda: iman yang kuat di dalam hati dan manfaat lahiriah dari bacaan Al-Qur'annya.
  • Sebaliknya, orang munafik yang membaca Al-Qur'an mungkin memiliki penampilan yang baik tetapi tidak ada manfaat spiritual yang sejati dalam dirinya.

6. Bahaya Kemunafikan

  • Hadits ini memperingatkan tentang kemunafikan, terutama orang yang tampak religius dengan membaca Al-Qur'an tetapi sebenarnya tidak beriman dan tidak mengamalkan ajarannya.
  • Kemunafikan bisa berwujud dalam dua bentuk:
    1. Orang yang menampilkan kesalehan secara lahiriah tetapi tidak memiliki iman di dalam hatinya.
    2. Orang yang mengabaikan ajaran Al-Qur'an secara total, baik dalam keyakinan maupun amal.

7. Tujuan Utama dari Membaca Al-Qur'an

  • Hadits ini menekankan bahwa tujuan membaca Al-Qur'an bukan sekadar melantunkan ayat-ayatnya, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Hal ini ditunjukkan dalam bagian hadits yang berbunyi "ويعمل به" (dan ia mengamalkannya), yang menunjukkan bahwa membaca tanpa mengamalkan kurang bermanfaat.

8. Perbedaan Antara Iman yang Kuat dan Lemah

  • Hadits ini menggambarkan bahwa di antara orang beriman ada yang kuat imannya (karena membaca dan mengamalkan Al-Qur'an) dan ada yang lemah (karena tidak membaca Al-Qur'an).
  • Semakin seseorang dekat dengan Al-Qur'an, semakin kuat imannya dan semakin banyak manfaat yang ia berikan kepada orang lain.

  


Penutup Kajian


 Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita kesempatan untuk menimba ilmu dalam kajian ini. Semoga waktu yang kita luangkan hari ini menjadi amal yang dicatat sebagai kebaikan di sisi-Nya.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Setelah mengkaji hadis Rasulullah ﷺ ini, ada beberapa poin penting yang dapat kita simpulkan:

  1. Keutamaan seorang mukmin yang membaca dan mengamalkan Al-Qur’an – Rasulullah ﷺ menggambarkan mukmin seperti utrujah, buah yang harum dan lezat, yaitu mereka yang senantiasa membaca dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan.
  2. Mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an tetap memiliki keimanan, tetapi kehilangan keharuman iman – digambarkan sebagai kurma. Ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak sekadar beriman, tetapi juga harus memperkuat iman itu dengan dekat kepada Al-Qur’an.
  3. Orang munafik yang membaca Al-Qur’an hanya memiliki keindahan lahiriah, tetapi batinnya hampa – Ini menjadi peringatan agar kita tidak sekadar membaca Al-Qur’an tanpa mengamalkan isinya, karena keimanan sejati bukan hanya pada lisan, tetapi juga pada hati dan perbuatan.
  4. Orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat tanaman pahit tanpa manfaat – Ini menunjukkan betapa bahayanya hati yang jauh dari Al-Qur’an dan keimanan, sehingga tidak mendatangkan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Maka jadilah seperti "utrujjah", yaitu membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya agar baik luar dalam dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain

Sebagai bentuk pengamalan dari kajian ini, mari kita perkuat hubungan kita dengan Al-Qur’an:

  • Jadikan membaca Al-Qur’an sebagai bagian dari rutinitas harian kita, bukan hanya saat ada waktu luang.
  • Tidak hanya membacanya, tetapi juga berusaha memahami makna dan kandungannya.
  • Mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak kita.
  • Mengajak keluarga dan orang-orang di sekitar kita untuk semakin dekat dengan Al-Qur’an.

Harapan besar setelah kajian ini adalah agar kita semua mampu menjadi mukmin yang sesungguhnya—mukmin yang harum dengan Al-Qur’an, yang tidak hanya membacanya tetapi juga menjadikannya pedoman dalam hidup. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk golongan yang dicintai-Nya dan diberikan syafaat oleh Al-Qur’an di hari kiamat nanti.

Semoga apa yang kita pelajari hari ini dapat kita amalkan dan menjadi bekal dalam perjalanan hidup kita menuju ridha Allah ﷻ. Jika dalam kajian ini ada kebaikan, itu semata-mata dari Allah ﷻ, dan jika ada kekurangan, itu dari diri kami pribadi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Kita tutup dengan membaca doa kafaratul majelis:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci