Hadits: Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah Ta'ala,
Di zaman yang penuh dengan informasi seperti sekarang, kita sering melihat fenomena hilangnya ilmu di tengah masyarakat. Banyak orang mengandalkan hafalan semata dalam menuntut ilmu, tanpa menyadari bahwa ingatan manusia itu terbatas dan mudah lupa. Tidak sedikit yang mendengar ceramah atau kajian, namun beberapa hari kemudian sudah lupa isinya.
Di sisi lain, kita juga menyaksikan maraknya kesalahan dalam menyampaikan ilmu agama. Ada yang menyampaikan ayat atau hadis dengan lafaz yang tidak tepat, bahkan terkadang maknanya berubah karena salah kutip. Ini terjadi karena ilmu tidak ditulis dan tidak didokumentasikan dengan baik.
Oleh karena itu, dalam kajian kali ini, kita akan membahas satu hadis Rasulullah ﷺ yang sangat penting dalam menjaga ilmu.
Hadis ini mengandung makna yang sangat dalam dan relevan dengan kondisi kita hari ini. Bayangkan jika para ulama terdahulu tidak menulis ilmu mereka—bagaimana kita bisa memahami Islam dengan baik saat ini? Bagaimana kita bisa mengetahui tafsir Al-Qur'an, hadis Nabi, dan ilmu-ilmu lainnya tanpa ada kitab-kitab yang ditulis dan diwariskan kepada kita?
Bahkan Allah sendiri dalam Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk mencatat perkara yang penting, seperti dalam ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kalian melakukan transaksi utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, maka tulislah." (QS Al-Baqarah 282)
Jika urusan duniawi seperti utang-piutang saja diperintahkan untuk dicatat, maka bagaimana dengan ilmu agama yang menjadi pedoman hidup kita?
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Kajian ini sangat penting untuk kita semua, karena dengan memahami hadis ini, kita akan lebih serius dalam menjaga ilmu. Kita akan menyadari bahwa ilmu tidak cukup hanya didengar dan dihafal, tetapi harus ditulis agar tetap terjaga dan bisa diwariskan kepada generasi setelah kita.
Maka, mari kita simak dan renungkan bersama bagaimana Islam mendorong kita untuk mencatat ilmu, serta bagaimana para ulama terdahulu mempraktikkan hadis ini dalam kehidupan mereka. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang menghargai ilmu, menjaganya, dan menyebarkannya dengan cara yang benar.
Matan haditsnya pendek, bismillahirrahmanirrahim ..
------
Dari Abdullah
bin Amr dan Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhum: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَيِّدُوا العِلْمَ بِالكِتَابِ
Ikatlah
ilmu dengan tulisan.
Sumber: Sahih Al-Jami’ (4434 )
Syarah Hadits
لِلكِتابَةِ مَنافِعُ عَدِيدَةٌ
Menulis memiliki banyak manfaat.
فَما دُوِّنَتِ العُلومُ، ولا قُيِّدَتِ
الحِكَمُ، ولا ضُبِطَتْ أَخْبارُ الأوَّلِينَ وَالآخِرِينَ وَمَقالاتُهُم إِلَّا
بِها
Ilmu tidak akan tercatat, hikmah tidak akan terikat, berita orang-orang
terdahulu dan yang datang kemudian serta perkataan mereka tidak akan terjaga
kecuali dengan menulis.
وَلَوْلاها ما استَقامَ أَمْرُ الدِّينِ،
وخاصَّةً في كَثِيرٍ مِنَ السُّنَنِ الَّتِي لا تُحْصَى عَدَدًا
Dan jika bukan karena menulis, urusan agama tidak akan tegak, terutama dalam
banyak sunnah yang tidak terhitung jumlahnya.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ
صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ bersabda:
قَيِّدُوا العِلْمَ اضْبُطُوهُ وَاحْفَظُوهُ
عَنِ الضَّيَاعِ
‘Ikatlah ilmu’ maksudnya, jagalah dan lindungilah dari hilang.
بِالكِتابِ، أَيْ: بِكِتابَتِهِ
‘Dengan tulisan,’ yakni dengan menuliskannya.
لِأَنَّهُ قَدْ يَكْثُرُ عَلَى السَّمْعِ،
فَتَعْجِزُ القُلُوبُ عَنْ حِفْظِهِ
Karena ilmu bisa terlalu banyak untuk didengar, sehingga hati menjadi lemah
dalam menghafalnya.
فَالعِلْمُ يُعْقَلُ ثُمَّ يُحْفَظُ
Maka ilmu itu dipahami terlebih dahulu, lalu dihafal.
فَإِذَا كَانَ القَلْبُ مَعْلُولًا
بِالنِّسْيَانِ، خِيفَ ذَهَابُ العِلْمِ، فَيُقَيَّدُ بِالكِتابَةِ
Jika hati lemah karena mudah lupa, dikhawatirkan ilmu akan hilang, maka ilmu
diikat dengan tulisan.
وَقَدْ أَدَّبَ اللهُ عِبَادَهُ، وَحَثَّهُمْ
عَلَى مَصالِحِهِم فَقَالَ
Allah telah mengajarkan adab kepada hamba-hamba-Nya dan mendorong mereka untuk
menjaga maslahat mereka, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
'Wahai
orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan transaksi utang-piutang
untuk waktu yang ditentukan, maka tulislah.' (QS. Al-Baqarah: 282)
وَفِي الحَدِيثِ: أَمْرُ تَرْشِيدٍ بِطَلَبِ
العِلْمِ وَحِفْظِهِ بِواسِطَةِ الكِتابَةِ
Hadis ini berisi anjuran untuk mencari ilmu dan menjaganya melalui tulisan.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/92254
Pelajaran dari Hadits ini
1. Ilmu Harus Dicatat Agar Tidak Hilang
Ilmu bukan sekadar dihafal, tetapi juga harus ditulis.
- Hafalan manusia terbatas, sedangkan tulisan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.
- Menulis adalah metode terbaik untuk mendokumentasikan ilmu agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Contoh dalam sejarah Islam:
- Para sahabat seperti Abdullah bin Amr bin Al-Ash menulis hadis karena takut lupa.
- Ulama terdahulu seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim menyusun kitab-kitab hadis yang menjadi rujukan utama hingga sekarang.
2. Menulis Adalah Sunnah yang Dianjurkan
Menulis bukan hanya sekadar kebiasaan baik, tetapi juga bagian dari sunnah.
- Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan pencatatan transaksi utang-piutang (QS. Al-Baqarah: 282).
- Rasulullah ﷺ juga meminta beberapa sahabat mencatat wahyu dan hadis.
Dalam perkembangan Islam, banyak ilmu yang terjaga melalui tulisan.
- Al-Qur’an dibukukan di masa Abu Bakar, lalu dikodifikasikan pada masa Utsman bin Affan.
- Ilmu fikih, tafsir, dan ilmu lainnya berkembang karena adanya pencatatan oleh para ulama.
3. Menulis Membantu Memahami dan Menghafal Ilmu
Menulis membantu memperkuat pemahaman.
- Imam Asy-Syafi'i berkata:
العِلمُ صَيدٌ والكِتابةُ قَيدُهُ، قَيِّدْ صُيودَكَ بالحِبالِ الواثِقَةِ
"Ilmu itu seperti binatang buruan, dan menulis adalah tali pengikatnya."- Maksudnya, jika ilmu tidak ditulis, ia akan mudah lepas seperti binatang yang tidak diikat.
- Imam Asy-Syafi'i berkata:
Menulis juga membantu menghindari kesalahan dalam periwayatan ilmu.
- Dalam ilmu hadis, riwayat yang tertulis lebih akurat dibandingkan riwayat lisan karena mengurangi kemungkinan perubahan atau kesalahan.
4. Menulis Berperan dalam Menjaga Syariat Islam
Tanpa tulisan, banyak aspek dalam agama bisa hilang atau terlupakan.
- Sunnah Nabi ﷺ banyak terjaga karena pencatatan oleh para ulama hadis.
- Ilmu tafsir, fiqh, dan ushuluddin bertahan karena terdokumentasi dalam kitab-kitab.
Menulis juga menjadi sarana dakwah dan penyebaran ilmu.
- Ulama seperti Imam Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan Imam Nawawi menyebarkan pemikiran Islam melalui tulisan.
- Dalam era modern, tulisan dalam bentuk buku, artikel, dan media digital menjadi sarana efektif untuk menyebarkan ilmu ke seluruh dunia.
5. Menulis Membantu Menghindari Lupa dan Kesalahan
Manusia cenderung mudah lupa, sehingga menulis menjadi solusi utama.
- Menulis adalah cara terbaik untuk menjaga keakuratan informasi.
- Dalam dunia akademik dan keilmuan, tulisan menjadi rujukan utama untuk menghindari distorsi ilmu.
Tulisan juga membantu dalam sistematisasi ilmu.
- Ilmu yang tertulis lebih mudah dikaji secara berulang dan dibandingkan dengan sumber lain.
- Ini membantu dalam pengembangan ilmu dan penelitian lebih lanjut.
6. Menulis adalah Bagian dari Adab dan Etika dalam Menuntut Ilmu
Seorang pencari ilmu harus memiliki catatan untuk mengingat ilmu yang dipelajari.
- Menulis adalah bagian dari usaha menjaga amanah ilmu.
- Seorang penuntut ilmu yang mencatat menunjukkan kesungguhannya dalam belajar.
Para ulama menekankan pentingnya menulis sebagai metode belajar yang efektif.
- Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
كلُّ عِلمٍ ليسَ في الكِتابِ فهوَ ضائعٌ
"Setiap ilmu yang tidak ada dalam kitab, maka ia akan hilang." - Imam Malik berkata:
العِلمُ يُصادُ بالكِتابةِ
"Ilmu itu diburu dengan mencatatnya."
- Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
Penutup
Kajian
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah,
Alhamdulillah, kita telah selesai mengikuti kajian tentang pentingnya menulis ilmu sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dalam hadis beliau: "قَيِّدُوا العِلْمَ بِالكِتَابِ" "Ikatlah ilmu dengan tulisan."
Faedah yang dapat kita ambil dari hadis ini adalah sebagai berikut:
Menulis adalah sarana menjaga ilmu. Ilmu yang dicatat tidak akan mudah hilang. Kita melihat bagaimana kitab-kitab ulama terdahulu yang tertulis dengan teliti tetap bermanfaat hingga hari ini. Ini adalah bukti nyata bahwa menulis ilmu adalah cara terbaik untuk melestarikannya.
Menulis ilmu adalah cara untuk mewariskan pengetahuan. Dengan menulis, kita tidak hanya menjaga ilmu untuk diri sendiri, tetapi juga memastikan bahwa ilmu tersebut dapat diwariskan kepada generasi berikutnya, bahkan mungkin untuk orang-orang yang belum lahir. Ini adalah bentuk amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Menulis membantu kita dalam memahami dan menghafal ilmu. Proses menulis adalah bagian dari usaha untuk memikirkan kembali dan memperdalam pemahaman kita terhadap ilmu tersebut. Tulisan juga akan menjadi referensi yang bisa kita baca kembali ketika kita lupa atau membutuhkan klarifikasi.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Setelah kita memahami faedah yang sangat besar dari hadis ini, marilah kita merenungkan bagaimana penerapan hadis ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita hidup di zaman yang penuh dengan informasi dan pengetahuan, namun sayangnya banyak ilmu yang hilang begitu saja tanpa tercatat dengan baik. Oleh karena itu, mari kita mulai mencatat ilmu yang kita pelajari—baik itu melalui kitab, tulisan tangan, atau bahkan di perangkat digital. Jangan hanya mengandalkan hafalan yang terbatas, tetapi jadikanlah menulis sebagai sarana kita untuk mengingat dan menjaga ilmu.
Harapan saya, semoga setiap peserta kajian ini dapat mempraktikkan pesan dari hadis ini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mendalami suatu ilmu, catatlah apa yang kita pelajari, tulislah pengetahuan yang kita dapatkan, dan sebarkanlah ilmu tersebut kepada orang lain. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga penyebar dan penjaganya.
Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah untuk selalu menjaga ilmu yang telah diberikan kepada kita, dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bermanfaat bagi umat.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu sekalian dalam kajian ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya.
وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Kita tutup dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.