Hadits: Kapan Malam Lailatul Qadar?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin rahimakumullah,
Pada kesempatan yang penuh keberkahan ini, kita akan membahas satu tema yang sangat penting, terutama dalam momentum bulan Ramadan yang kita jalani saat ini. Tema ini berkaitan dengan Lailatul Qadar, sebuah malam yang keutamaannya sangat besar dan keberkahannya melimpah.
Namun, kita melihat realitas di masyarakat saat ini, banyak kaum Muslimin yang kurang memahami atau bahkan mengabaikan keutamaan malam ini. Ada yang menganggapnya hanya sebatas tradisi tahunan, ada pula yang hanya mengejar kemuliaannya secara lahiriah tanpa memahami esensi ibadah yang harus dilakukan di dalamnya. Sebagian lainnya bahkan melewatkannya begitu saja, larut dalam kesibukan dunia dan tidak mengoptimalkan kesempatan emas yang Allah berikan di malam yang lebih baik dari seribu bulan ini.
Di sisi lain, masih ada kebingungan di tengah umat tentang kapan Lailatul Qadar terjadi. Banyak perdebatan yang kadang justru menjauhkan kita dari hakikat ibadah itu sendiri. Ada pula sikap lalai dan meremehkan, padahal Rasulullah ﷺ telah memberikan panduan jelas dalam banyak haditsnya, termasuk hadits yang akan kita kaji hari ini.
Oleh karena itu, dalam kajian ini kita akan membahas beberapa poin penting:
-
Keutamaan dan keistimewaan Lailatul Qadar sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih.
-
Hikmah disembunyikannya waktu pasti Lailatul Qadar dan bagaimana seharusnya kita menyikapinya.
-
Dampak buruk dari perselisihan dan pertengkaran, sebagaimana yang terjadi di zaman Nabi ﷺ yang menyebabkan diangkatnya pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar.
-
Bagaimana seharusnya kita menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan agar tidak kehilangan kesempatan mendapatkan keberkahannya.
Semoga dengan kajian ini, kita semakin memahami urgensi menghidupkan malam-malam akhir Ramadan dengan penuh keimanan dan perhitungan pahala di sisi Allah, sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi karena melewatkan kesempatan besar ini.
Mari kita siapkan hati dan pikiran kita untuk menyimak dan memahami pembahasan ini dengan baik, semoga Allah ﷻ memberikan taufik kepada kita semua.
Mari kita kaji hadisnya, bismillahirrahmanirrahim
Dari Ubadah bin Shamit radiyallahu 'anhu, dia berkata:
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ القَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنَ المُسْلِمِينَ، فَقَالَ: خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ، وَالسَّابِعَةِ، وَالخَامِسَةِ.
Rasulullah ﷺ keluar untuk memberitahukan kepada kami tentang Lailatul Qadar, lalu ada dua orang dari kaum Muslimin yang bertengkar. Maka beliau bersabda:
"Aku
keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar,
tetapi si Fulan dan si Fulan bertengkar, sehingga (pengetahuan tentang waktu
pastinya) diangkat. Namun, bisa jadi itu lebih baik bagi kalian. Maka, carilah Lailatul Qadar
pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh malam terakhir
Ramadan)."
HR Ahmad (22672),
Ad-Darimi (1822), dan Ibnu Hibban (3679).
Arti
Per Kalimat
خَرَجَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا
بِلَيْلَةِ القَدْرِ
Rasulullah ﷺ keluar untuk memberitahukan kepada kami tentang Lailatul Qadar
Rasulullah ﷺ keluar hendak
mengabarkan kapan tepatnya Lailatul
Qadar terjadi pada bulan Ramadan.
فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنَ
المُسْلِمِينَ
Lalu dua orang
Muslim saling bertengkar
Kata تَلَاحَى (talāḥā)
berarti bertengkar atau berselisih pendapat. Kejadian ini menyebabkan
Rasulullah ﷺ tidak jadi memberitahukan waktu Lailatul Qadar secara pasti.
فَقَالَ: خَرَجْتُ
لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ
Maka beliau
bersabda: Aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa beliau sebenarnya hendak
menginformasikan waktu Lailatul
Qadar kepada para sahabat.
فَتَلَاحَى
فُلَانٌ وَفُلَانٌ
Namun si Fulan
dan si Fulan bertengkar
Disebutkan secara umum tanpa menyebut nama orangnya. Ini menunjukkan adab dalam
hadis untuk tidak menyebut kesalahan seseorang secara terang-terangan jika
tidak diperlukan.
فَرُفِعَتْ
Lalu
(pengetahuan tentang waktu pastinya) diangkat
Ilmu tentang kapan tepatnya Lailatul Qadar dihapus oleh Allah sebagai
akibat dari pertengkaran tersebut.
وَعَسَى أَنْ يَكُونَ
خَيْرًا لَكُمْ
Dan bisa jadi
itu lebih baik bagi kalian
Allah mengangkat pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar agar
umat Islam lebih bersungguh-sungguh mencarinya di malam-malam ganjil, bukan
hanya bergantung pada satu malam tertentu.
فَالْتَمِسُوهَا
فِي التَّاسِعَةِ، وَالسَّابِعَةِ، وَالخَامِسَةِ
Maka carilah Lailatul Qadar
pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh malam terakhir Ramadan)
Rasulullah ﷺ tetap memberikan petunjuk untuk mencari Lailatul Qadar,
terutama di malam-malam ganjil dalam sepuluh malam terakhir Ramadan.
Syarah
Hadits
للَّيْلَةِ القَدْرِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ
أَهَمِّيَّةٌ عَظِيمَةٌ، وَفَضْلٌ كَبِيرٌ،
Lailatul Qadar di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang besar dan keistimewaan
yang agung.
وَقَدْ أُمِرْنَا بِتَحَرِّيهَا وَقِيَامِهَا
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا لِلْأَجْرِ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Dan kita diperintahkan untuk mencarinya dan menghidupkannya dengan iman serta
mengharap pahala di sisi Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَرْوِي عُبَادَةُ بْنُ
الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dan dalam hadis ini, Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمًا
bahwa Nabi ﷺ pada suatu hari keluar
لِيُخْبِرَ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ بِوَقْتِ لَيْلَةِ القَدْرِ وَيُعَيِّنُهَا لَهُمْ،
untuk memberitahu para sahabat radhiyallahu ‘anhum tentang waktu Lailatul Qadar
dan menentukan kapan tepatnya malam tersebut.
فَوَجَدَ رَجُلَيْنِ يَتَخَاصَمَانِ
وَيَتَنَازَعَانِ،
lalu beliau menemukan dua orang sedang bertengkar dan berselisih.
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Maka beliau ﷺ bersabda:
إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ
القَدْرِ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ،
"Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahu kalian kapan Lailatul Qadar
itu."
فَوَجَدْتُ رَجُلَيْنِ يَتَخَاصَمَانِ،
"Namun, aku menemukan dua orang sedang bertengkar."
فَرُفِعَ عِلْمُهَا وَمِيقَاتُهَا،
"Maka ilmu tentangnya dan waktunya diangkat."
فَحُرِمُوا بِهِ بَرَكَةَ لَيْلَةِ القَدْرِ،
"Sehingga mereka terhalang dari keberkahan Lailatul Qadar."
وَإِلَّا فَهِيَ بَاقِيَةٌ إِلَى يَوْمِ
القِيَامَةِ.
"Namun demikian, ia tetap ada hingga hari kiamat."
ثُمَّ قَالَ:
Kemudian beliau bersabda:
وَعَسَى أَنْ يَكُونَ فِي رَفْعِهَا
وَإِبْهَامِ تَعْيِينِهَا خَيْرٌ لَكُمْ؛
"Mungkin dalam pengangkatan dan penyembunyian waktunya ada kebaikan bagi kalian."
لِتَزِيدُوا فِي الِاجْتِهَادِ فِي طَلَبِهَا،
"Agar kalian semakin bersungguh-sungguh dalam mencarinya."
فَيَحْصُلَ لَكُمْ زِيَادَةٌ فِي ثَوَابِكُمْ،
"Sehingga kalian mendapatkan tambahan pahala."
وَلَوْ كَانَتْ مُعَيَّنَةً لَاقْتَصَرْتُمْ
عَلَيْهَا،
"Seandainya malam itu telah ditentukan, niscaya kalian hanya akan
beribadah pada malam tersebut saja."
فَقَلَّ عَمَلُكُمْ وَثَوَابُكُمْ.
"Maka berkuranglah amalan dan pahala kalian."
فَالْتَمِسُوهَا، أَيْ: اطْلُبُوهَا
وَتَحَرَّوْهَا
"Carilah ia, yakni usahakanlah dan periksalah malam itu."
فِي تِسْعٍ وَعِشْرِينَ، وَسَبْعٍ
وَعِشْرِينَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ.
"Pada malam ke-29, malam ke-27, dan malam ke-25 Ramadan."
وَقِيلَ: الْمَعْنَى: اطْلُبُوهَا
وَتَحَرَّوْهَا
"Dan dikatakan bahwa maksudnya adalah carilah dan usahakanlah malam
tersebut"
فِي لَيَالِي الْوِتْرِ مِنَ العَشْرِ
الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ،
"pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadan."
حِينَ يَبْقَى مِنْهُ تِسْعٌ، أَوْ سَبْعٌ،
أَوْ خَمْسُ لَيَالٍ؛
"Ketika tersisa sembilan, tujuh, atau lima malam darinya."
فَتَكُونُ هِيَ لَيْلَةَ الحَادِي
وَالعِشْرِينَ، أَوْ لَيْلَةَ الثَّالِثِ وَالعِشْرِينَ، أَوْ لَيْلَةَ الخَامِسِ
وَالعِشْرِينَ، وَهَكَذَا،
"Maka itu bisa menjadi malam ke-21, malam ke-23, malam ke-25, dan
seterusnya."
وَذَلِكَ بِاعْتِبَارِ تَمَامِ الشَّهْرِ،
وَنَقْصِ التِّسْعِ مِنَ الشَّهْرِ؛
"Dan itu dihitung berdasarkan kesempurnaan bulan, serta pengurangan
sembilan hari dari bulan tersebut."
فَالشَّهْرُ ثَلاثُونَ يَوْمًا، نَنْقُصُ
مِنْهُ تِسْعًا.
"Karena bulan itu terdiri dari 30 hari, maka kita kurangi sembilan
darinya."
وَقِيلَ: التَّاسِعَةُ: لَيْلَةُ اثْنَتَيْنِ
وَعِشْرِينَ، وَالسَّابِعَةُ: لَيْلَةُ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ، وَهَكَذَا،
"Dan dikatakan bahwa yang dimaksud malam ke-9 adalah malam ke-22, yang
dimaksud malam ke-7 adalah malam ke-24, dan seterusnya."
وَهَذَا عَلَى تَمَامِ الشَّهْرِ، وَهَكَذَا.
"Dan ini berdasarkan bulan yang sempurna (30 hari), demikianlah."
وَقَدْ قِيلَ: إِنَّهَا تَخْتَلِفُ
بِاخْتِلَافِ الأَعْوَامِ.
"Dan dikatakan bahwa malam ini berbeda-beda setiap tahunnya."
وَفِي الحَدِيثِ: ذَمُّ المُلَاحَاةِ
وَالخُصُومَةِ،
"Dalam hadis ini terdapat celaan terhadap perdebatan dan
pertengkaran."
وَأَنَّهُمَا سَبَبُ العُقُوبَةِ لِلْعَامَّةِ
بِذَنْبِ الخَاصَّةِ.
"Dan bahwa keduanya bisa menjadi sebab turunnya hukuman bagi banyak orang
akibat dosa individu tertentu."
وَفِيهِ: دَلَالَةٌ
عَلَى أَنَّ الذُّنُوبَ قَدْ تَكُونُ سَبَبًا لِخَفَاءِ بَعْضِ مَا يُحْتَاجُ
إِلَيْهِ فِي الدِّينِ، فَكُلَّمَا أَحْدَثَ
النَّاسُ ذُنُوبًا، أَوْجَبَ ذَلِكَ خَفَاءَ بَعْضِ أُمُورِ دِينِهِمْ عَلَيْهِمْ
"Dan di dalamnya juga terdapat petunjuk bahwa dosa bisa menjadi sebab tersembunyinya sebagian ilmu yang diperlukan dalam agama. Maka setiap kali manusia melakukan dosa, hal itu menyebabkan tersembunyinya sebagian urusan agama mereka dari mereka."
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/1186
Pelajaran dari Hadits ini
Hadis ini mengajarkan kita untuk mencari Lailatul Qadar dengan kesungguhan, menjauhi perselisihan yang dapat menghilangkan keberkahan, serta meningkatkan ketakwaan dan amal ibadah di bulan Ramadan. Semoga kita bisa termasuk di antara orang-orang yang mendapatkan keutamaan malam tersebut.
Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil secara rinci:
1. Keutamaan Lailatul Qadar
-
Lailatul Qadar adalah malam yang sangat agung dalam bulan Ramadan dan memiliki keutamaan besar sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an (QS. Al-Qadr: 1-5).
-
Malam ini penuh berkah dan lebih baik dari seribu bulan dalam hal pahala dan rahmat Allah.
2. Perintah untuk Mencari Lailatul Qadar
-
Umat Islam diperintahkan untuk bersungguh-sungguh dalam mencari Lailatul Qadar dengan cara beribadah, khususnya di sepuluh malam terakhir Ramadan.
-
Rasulullah ﷺ sendiri menganjurkan untuk menghidupkan malam-malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir Ramadan dengan ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa.
3. Hikmah Disembunyikannya Lailatul Qadar
-
Awalnya, Rasulullah ﷺ ingin menyampaikan informasi pasti tentang waktu Lailatul Qadar, tetapi Allah mengangkat ilmu tersebut akibat pertengkaran dua orang Muslim.
-
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu tertentu bisa diangkat akibat perbuatan buruk manusia.
-
Disembunyikannya waktu pasti Lailatul Qadar adalah bentuk kasih sayang Allah agar umat Islam lebih giat dalam beribadah, bukan hanya pada satu malam tertentu.
4. Dampak Negatif Pertengkaran dan Permusuhan
-
Pertengkaran dan perselisihan bisa menyebabkan umat kehilangan keberkahan, sebagaimana terjadi dalam hadis ini.
-
Ini menjadi peringatan bahwa konflik dan perdebatan yang tidak perlu dapat menghalangi umat dari ilmu dan kebaikan yang besar.
-
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dan menghindari permusuhan.
5. Makna Kesabaran dalam Mencari Ilmu
-
Rasulullah ﷺ tidak langsung mengumumkan malam pasti Lailatul Qadar, tetapi mengajarkan umat untuk mencarinya dengan usaha dan kesabaran.
-
Hal ini mengajarkan bahwa tidak semua ilmu diberikan secara instan, melainkan perlu dicari dengan usaha dan doa.
6. Bahaya Dosa bagi Masyarakat Secara Umum
-
Hadis ini menunjukkan bahwa perbuatan dosa individu dapat berdampak pada masyarakat secara keseluruhan.
-
Dalam kasus ini, pertengkaran dua orang menyebabkan diangkatnya ilmu tentang Lailatul Qadar, yang merupakan kerugian bagi seluruh umat Islam.
-
Ini mengajarkan bahwa dosa dan maksiat tidak hanya membahayakan pelakunya, tetapi juga bisa berdampak luas.
7. Pentingnya Menghindari Perdebatan yang Tidak Perlu
-
Hadis ini mengajarkan agar kaum Muslimin menjauhi perdebatan dan pertengkaran yang tidak mendatangkan manfaat.
-
Perdebatan sering kali mengeraskan hati dan menjauhkan dari ilmu yang bermanfaat.
-
Rasulullah ﷺ sendiri selalu mengingatkan agar umat Islam menjaga lisan dan hati mereka dari perselisihan yang tidak perlu.
8. Ilmu Bisa Diangkat Akibat Maksiat
-
Hadis ini menunjukkan bahwa ilmu bisa dicabut oleh Allah sebagai hukuman atas dosa manusia.
-
Ini juga menjadi pengingat agar kaum Muslimin menjaga diri dari perbuatan dosa agar tetap diberikan ilmu dan hidayah.
9. Malam Ganjil dalam 10 Hari Terakhir Ramadan Sangat Dianjurkan untuk Dihidupkan
-
Rasulullah ﷺ menyebutkan beberapa kemungkinan malam Lailatul Qadar, yaitu malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29.
-
Ini menunjukkan bahwa setiap Muslim dianjurkan untuk beribadah secara maksimal di sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil.
10. Lailatul Qadar Bisa Berpindah Setiap Tahun
-
Sebagian ulama menyimpulkan dari hadis ini bahwa Lailatul Qadar tidak selalu terjadi pada malam yang sama setiap tahunnya, melainkan bisa berbeda-beda sesuai dengan hikmah Allah.
-
Ini mendorong umat Islam untuk tidak hanya fokus pada satu malam tertentu, tetapi bersungguh-sungguh dalam setiap malam ganjil di akhir Ramadan.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, kita telah sampai di penghujung kajian yang penuh keberkahan ini. Dari pembahasan tadi, kita telah memahami bahwa Lailatul Qadar bukan sekadar malam yang istimewa, tetapi juga malam penuh keberkahan yang memiliki nilai lebih baik dari seribu bulan. Di dalamnya, rahmat Allah begitu luas, doa-doa dikabulkan, dan pahala amal ibadah dilipatgandakan.
Beberapa faedah penting yang bisa kita ambil dari kajian ini:
-
Keutamaan Lailatul Qadar mengajarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang Allah berikan.
-
Disembunyikannya waktu pasti Lailatul Qadar adalah hikmah dari Allah agar kita terus bersungguh-sungguh dalam mencarinya, bukan hanya beribadah di satu malam tertentu.
-
Dampak buruk dari pertengkaran dan perselisihan, sebagaimana yang menyebabkan diangkatnya pengetahuan tentang waktu pasti Lailatul Qadar. Ini menjadi peringatan agar kita menjaga hati dari permusuhan dan memperbanyak amalan yang mendekatkan diri kepada Allah.
-
Kesempatan untuk meraih pahala besar di malam-malam terakhir Ramadan, terutama dengan i’tikaf dan memperbanyak ibadah seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan doa.
Kini, pertanyaannya adalah: Apa yang akan kita lakukan dengan ilmu ini?
Apakah kita akan kembali kepada rutinitas biasa tanpa perubahan? Ataukah kita akan menjadikan ilmu ini sebagai pemantik semangat untuk semakin bersungguh-sungguh menggapai ridha Allah?
Saudara-saudaraku, malam-malam terakhir Ramadan adalah waktu yang sangat berharga. Jangan biarkan ia berlalu begitu saja tanpa perjuangan. Rasulullah ﷺ sendiri, sosok yang telah dijamin ampunan oleh Allah, masih tetap bersungguh-sungguh dalam sepuluh malam terakhir Ramadan. Bahkan, beliau beri’tikaf, mengkhususkan waktunya untuk beribadah dan menjauhi kesibukan dunia.
Maka, marilah kita meneladani beliau dengan beri’tikaf, jika kita memiliki kesempatan. Jika tidak memungkinkan, setidaknya kita luangkan lebih banyak waktu untuk qiyamullail, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak doa dengan penuh kekhusyukan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه"
"Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh, tidak ada kerugian bagi orang yang bersungguh-sungguh mencari malam ini. Justru, ia akan mendapatkan keberuntungan besar yang tidak bisa dibandingkan dengan harta dan kenikmatan dunia.
Maka dari itu, mari kita perbaiki niat, tingkatkan semangat, dan bersungguh-sungguh dalam ibadah di malam-malam terakhir ini. Jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal ketika Ramadan berlalu, sementara kita tidak mendapatkan apa-apa darinya selain lapar dan haus.
Semoga Allah ﷻ memberikan kita taufik dan kekuatan untuk meraih kemuliaan Lailatul Qadar. Semoga dosa-dosa kita diampuni, amal kita diterima, dan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat-Nya.
Kita tutup kajian ini dengan membaca doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ