Hadits: Keutamaan Sepertiga Malam Terakhir Untuk Berdoa, Meminta dan Memohon Ampun kepada Allah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Hari ini kita akan mengkaji sebuah hadits yang sangat agung, hadits yang mengajarkan kepada kita bagaimana Allah Ta’ala dengan rahmat-Nya yang luas membuka pintu kemudahan bagi hamba-hamba-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Namun, sebelum kita masuk ke dalam pembahasan hadits tersebut, mari kita lihat realitas yang terjadi di tengah masyarakat kita saat ini. Banyak di antara kita yang terhanyut dalam kesibukan dunia, sibuk dengan pekerjaan, urusan keluarga, bisnis, dan berbagai aktivitas lainnya hingga melupakan waktu-waktu yang paling berharga untuk bermunajat kepada Allah. Malam yang seharusnya menjadi waktu untuk istirahat jiwa dan mendekatkan diri kepada-Nya justru dihabiskan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti begadang tanpa tujuan, menghabiskan waktu di media sosial, atau bahkan tertidur lelap tanpa mengingat Allah sedikit pun.
Di sisi lain, ada pula sebagian orang yang merasa hidupnya penuh dengan masalah, kesempitan rezeki, kesedihan, atau dosa-dosa yang menumpuk, tetapi mereka tidak tahu ke mana harus mencari solusi. Padahal, Allah telah menyediakan waktu yang sangat mustajab untuk berdoa, yaitu sepertiga malam terakhir, di mana Allah sendiri turun ke langit dunia dan menyeru kepada hamba-hamba-Nya:
"Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya."
Hadits ini mengandung pesan yang sangat penting bagi kehidupan kita, yaitu tentang kemurahan Allah dalam menerima doa dan taubat hamba-Nya, serta keutamaan ibadah di waktu sepertiga malam terakhir. Oleh karena itu, kajian kita hari ini bertujuan untuk:
-
Menyadarkan kita akan pentingnya waktu sepertiga malam terakhir sebagai kesempatan emas untuk bermunajat kepada Allah.
-
Menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Dekat, Maha Pengasih, dan selalu siap mengabulkan doa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.
-
Mendorong kita agar tidak melewatkan kesempatan ini dengan memperbanyak shalat malam, doa, dan istighfar.
-
Menunjukkan bagaimana para ulama dan orang-orang shalih terdahulu menjadikan sepertiga malam terakhir sebagai waktu terbaik dalam hidup mereka.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda:
يَنْزِلُ
رَبُّنا تَبارَكَ وتَعالَى كُلَّ لَيْلةٍ إلى السَّماءِ الدُّنْيا حِينَ يَبْقَى
ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، يقولُ: مَن يَدْعُونِي، فأسْتَجِيبَ له؟ مَن
يَسْأَلُنِي فأُعْطِيَهُ؟ مَن يَستَغْفِرُني فأغْفِرَ له؟
"Rabb kita, Tabaraka wa Ta'ala, turun ke langit
dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman:
"Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkannya? Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya? Siapa
yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?"
HR Al-Bukhari
(1145) dan Muslim (758).
Arti Per
Kalimat
يَنْزِلُ رَبُّنا تَبارَكَ وتَعالَى
"Rabb kita,
Maha Suci dan Maha Tinggi, turun"
Menunjukkan
kebesaran dan keagungan Allah serta kasih sayang-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Turunnya
Allah tidak boleh dipahami seperti turunnya makhluk, tetapi sesuai dengan
sifat-sifat-Nya yang sempurna.
كُلَّ لَيْلةٍ إلى السَّماءِ الدُّنْيا
"setiap malam ke langit dunia"
Menegaskan bahwa peristiwa ini terjadi setiap malam,
bukan hanya di waktu tertentu. Langit dunia dalam hal ini menunjukkan kedekatan
Allah dengan makhluk-Nya, memberikan kesempatan bagi hamba untuk memohon
kepada-Nya.
حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ
"ketika
tersisa sepertiga malam terakhir"
Sepertiga
malam terakhir adalah waktu yang penuh keberkahan, di mana doa lebih mudah
dikabulkan dan ampunan lebih dekat bagi yang memohon. Ini menjadi motivasi
bagi umat Islam untuk menghidupkan malam dengan ibadah.
يقولُ: مَن يَدْعُونِي، فأسْتَجِيبَ له؟
"Dia berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku
akan mengabulkannya?'"
Allah sendiri yang menawarkan pengabulan doa,
menunjukkan bahwa tidak ada hijab antara hamba yang ikhlas dan Tuhannya.
مَن يَسْأَلُنِي فأُعْطِيَهُ؟
"Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan
memberinya?"
Mengajarkan bahwa siapa pun yang meminta kepada Allah
dengan penuh keyakinan akan diberikan sesuai dengan kehendak-Nya.
مَن يَستَغْفِرُني فأغْفِرَ له؟
"Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan
mengampuninya?'"
Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah, di mana Dia
siap mengampuni dosa siapa pun yang memohon dengan tulus.
Syarah Hadits
الثُّلُثُ الأَخِيرُ مِنَ اللَّيْلِ أَفْضَلُ
أَوْقَاتِ اللَّيْلِ
"Sepertiga malam terakhir adalah waktu terbaik di
antara waktu-waktu malam."
تَصْفُو فِيهِ النُّفُوسُ، وَتَطِيبُ فِيهِ
العِبَادَةُ، وَيُسْتَجَابُ فِيهِ الدُّعَاءُ
"Pada waktu
ini, jiwa menjadi lebih jernih, ibadah menjadi lebih nikmat, dan doa
dikabulkan."
خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى بِالنُّزُولِ فِيهِ
إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا
"Allah Ta’ala
mengkhususkan waktu ini dengan turun ke langit dunia."
وَتَفَضَّلَ عَلَى عِبَادِهِ فِيهِ، وَأَفَاضَ
الخَيْرَ عَلَى مَنْ طَلَبَهُ
"Allah memberi karunia kepada hamba-hamba-Nya pada
waktu ini dan melimpahkan kebaikan kepada siapa yang memintanya."
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ بَيَّنَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Dalam hadits
ini, Nabi ﷺ menjelaskan."
أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ
كُلَّ لَيْلَةٍ
"Bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala turun setiap
malam."
حِينَ يَبْقَى الثُّلُثُ الأَخِيرُ مِنَ
اللَّيْلِ
"Ketika tersisa sepertiga malam terakhir."
وَهُوَ نُزُولٌ يَلِيقُ بِهِ جَلَّ جَلَالُهُ
"Dan turunnya Allah sesuai dengan keagungan-Nya."
فَإِنَّهُ يَجِبُ الإِيمَانُ بِمَا وَرَدَ فِي
ذَلِكَ -وَأَمْثَالِهِ- عَنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
"Karena wajib beriman terhadap apa yang datang dari
Allah ‘Azza wa Jalla dalam hal ini dan yang serupa dengannya."
مِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلَا تَعْطِيلٍ،
وَمِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلَا تَمْثِيلٍ
"Tanpa
menanyakan bagaimana caranya (takyif), tanpa menolak
maknanya (ta’thil), tanpa menyimpangkan maknanya (tahrif),
dan tanpa menyerupakannya dengan makhluk (tamsil)."
فَيَنْزِلُ رَبُّنَا سُبْحَانَهُ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا
"Maka Rabb kita, Maha Suci Dia, turun ke langit
dunia."
وَهِيَ السَّمَاءُ الأُولَى القَرِيبَةُ مِنَ
الأَرْضِ وَالعِبَادِ
"Yaitu langit pertama yang dekat dengan bumi dan para
hamba."
وَيُنَادِي سُبْحَانَهُ فِي عِبَادِهِ
"Allah menyeru hamba-hamba-Nya."
وَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ
لَهُ؟ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟
"Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku
akan mengabulkannya? Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya?
Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?’"
وَالدُّعَاءُ، وَالسُّؤَالُ، وَالِاسْتِغْفَارُ
إِمَّا بِمَعْنًى وَاحِدٍ
"Doa, permintaan, dan istighfar bisa jadi memiliki
makna yang sama."
فَذِكْرُ الثَّلَاثَةِ لِلتَّوْكِيدِ
"Maka penyebutan tiga hal ini untuk penegasan."
وَإِمَّا لِأَنَّ طَلَبَ العَبْدِ لَا يَخْلُو
مِنْ أَنْ يَكُونَ طَلَبًا لِدَفْعِ المَضَارِّ أَوْ جَلْبِ المَنَافِعِ
"Atau karena permintaan seorang hamba tidak lepas dari
meminta perlindungan dari bahaya atau mengharapkan manfaat."
وَالمَضَارُّ وَالمَنَافِعُ إِمَّا
دُنْيَوِيَّةٌ وَإِمَّا دِينِيَّةٌ
"Dan bahaya serta manfaat bisa bersifat duniawi atau
ukhrawi (agama)."
فَكَرَّرَ الثَّلَاثَةَ لِتَشْمَلَهَا
جَمِيعًا
"Sehingga disebutkan tiga hal ini agar mencakup
semuanya."
وَخَصَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الثُّلُثَ
الأَخِيرَ مِنَ اللَّيْلِ بِالنُّزُولِ فِيهِ
"Allah ‘Azza wa Jalla mengkhususkan sepertiga malam
terakhir dengan turunnya Allah pada waktu tersebut."
لِأَنَّهُ وَقْتُ خَلْوَةٍ وَغَفْلَةٍ
وَاسْتِغْرَاقٍ فِي النَّوْمِ وَاسْتِلْذَاذٍ بِهِ
"Karena waktu tersebut adalah waktu sunyi, kebanyakan
manusia lalai, tenggelam dalam tidur, dan menikmati istirahatnya."
وَمُفَارَقَةُ اللَّذَّةِ وَالرَّاحَةِ
صَعْبَةٌ عَلَى العِبَادِ
"Meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan itu sulit bagi
hamba."
فَمَنْ آثَرَ القِيَامَ لِمُنَاجَاةِ رَبِّهِ
وَالتَّضَرُّعِ إِلَيْهِ
"Maka siapa yang lebih memilih bangun malam untuk
bermunajat kepada Rabbnya dan merendahkan diri kepada-Nya."
فَذَلِكَ دَلِيلٌ عَلَى خُلُوصِ نِيَّتِهِ،
وَصِحَّةِ رَغْبَتِهِ فِيمَا عِنْدَ رَبِّهِ
"Itu adalah bukti ketulusan niatnya dan kebenaran
keinginannya terhadap apa yang ada di sisi Rabbnya."
فَضُمِنَتْ لَهُ الإِجَابَةُ الَّتِي هِيَ
مَقْرُونَةٌ بِالإِخْلَاصِ وَصِدْقِ النِّيَّةِ فِي الدُّعَاءِ
"Maka dijamin baginya pengabulan doa, yang disertai
dengan keikhlasan dan ketulusan niat."
وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ فَضْلِ الثُّلُثِ
الأَخِيرِ مِنَ اللَّيْلِ، وَفَضْلِ الصَّلَاةِ، وَالدُّعَاءِ فِيهِ
"Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang
keutamaan sepertiga malam terakhir, keutamaan shalat, dan keutamaan berdoa pada
waktu tersebut."
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/80180
Pelajaran dari Hadits ini
Hadits ini adalah dalil yang kuat tentang keutamaan sepertiga malam terakhir, kemuliaan shalat tahajud, dan besarnya kemurahan Allah dalam mengabulkan doa serta memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya. Hadits ini juga mengajarkan kita untuk memahami sifat Allah dengan benar, tanpa menyimpangkannya, serta memanfaatkan waktu-waktu mustajab untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa diambil secara rinci:
1. Keutamaan Sepertiga Malam Terakhir
Hadits ini menunjukkan bahwa sepertiga malam terakhir adalah waktu yang paling utama dalam malam. Pada waktu ini, jiwa lebih tenang, ibadah menjadi lebih khusyuk, dan doa lebih mudah dikabulkan. Ini adalah waktu yang dianjurkan untuk bangun dan memperbanyak ibadah seperti shalat tahajud, doa, dan istighfar.
2. Sifat Allah yang Sesuai dengan Keagungan-Nya
Hadits ini menyebutkan bahwa Allah turun ke langit dunia. Ini adalah sifat yang harus kita imani tanpa menanyakan bagaimana caranya (takyif), tanpa menolak maknanya (ta’thil), tanpa menyimpangkan maknanya (tahrif), dan tanpa menyerupakan dengan makhluk (tamsil). Kita wajib menerima berita tentang Allah sebagaimana adanya sesuai dengan yang Allah dan Rasul-Nya kabarkan.
3. Kemurahan Allah dalam Mengabulkan Doa
Dalam hadits ini, Allah menawarkan tiga hal kepada hamba-Nya:
-
Siapa yang berdoa, akan dikabulkan.
-
Siapa yang meminta, akan diberikan.
-
Siapa yang memohon ampun, akan diampuni.
Ini menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya dan selalu siap mengabulkan permintaan mereka, terutama di waktu yang penuh berkah ini.
4. Anjuran untuk Berdoa dan Memohon kepada Allah
Hadits ini menjadi motivasi besar bagi kaum Muslimin untuk memanfaatkan waktu sepertiga malam terakhir dengan berdoa, meminta kebutuhan, dan memohon ampunan kepada Allah. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan ini dengan tidur tanpa mengingat Allah.
5. Hikmah Allah Mengkhususkan Sepertiga Malam Terakhir
Allah memilih waktu ini untuk turun ke langit dunia karena pada waktu ini:
-
Manusia dalam keadaan lalai dan tidur.
-
Bangun untuk beribadah di waktu ini menunjukkan ketulusan dan kesungguhan.
-
Meninggalkan kenyamanan tidur untuk bermunajat kepada Allah menunjukkan bukti cinta kepada-Nya.
Orang yang mampu bangun dan beribadah di waktu ini akan mendapatkan balasan yang besar dari Allah.
6. Kesungguhan dalam Beribadah Menjadi Bukti Keikhlasan
Hadits ini mengajarkan bahwa kesungguhan dalam bangun malam untuk ibadah adalah tanda ketulusan hati seorang hamba. Siapa pun yang rela meninggalkan kenyamanan tidurnya untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah, maka ini menunjukkan keikhlasan dan kesungguhannya dalam mencari ridha Allah.
7. Keutamaan Shalat Malam (Tahajud)
Dari hadits ini, kita juga bisa memahami bahwa shalat malam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَامًۭا مَّحْمُودًۭا
"Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra’: 79)
Shalat tahajud adalah salah satu amalan yang paling dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
8. Doa yang Ikhlas Pasti Dikabulkan
Allah menegaskan dalam hadits ini bahwa doa yang tulus dan dilakukan di waktu yang mustajab akan dikabulkan. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk tidak hanya berdoa di waktu-waktu biasa, tetapi juga di waktu-waktu yang istimewa seperti sepertiga malam terakhir.
9. Istighfar adalah Jalan Menuju Ampunan Allah
Allah menyebutkan dalam hadits ini bahwa siapa saja yang memohon ampunan kepada-Nya, maka Allah akan mengampuninya. Ini menunjukkan bahwa pintu taubat selalu terbuka, dan Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang benar-benar bertaubat.
10. Pentingnya Konsistensi dalam Ibadah Malam
Hadits ini juga mengajarkan bahwa kita harus membiasakan diri untuk bangun malam dan menjadikannya sebagai kebiasaan, bukan hanya sesekali. Konsistensi dalam ibadah menunjukkan kesungguhan dalam mencari ridha Allah.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Setelah kita mengkaji hadits yang sangat agung ini, kita bisa menyimpulkan beberapa faedah penting yang harus kita resapi dan amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pertama, sepertiga malam terakhir adalah waktu yang paling mustajab untuk beribadah, berdoa, dan memohon ampun kepada Allah. Di saat kebanyakan manusia tertidur lelap, Allah membuka pintu langit untuk menerima doa-doa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Ini adalah kesempatan emas yang seharusnya tidak kita sia-siakan.
Kedua, Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Dia sendiri yang menyeru kepada hamba-hamba-Nya di waktu ini, menawarkan ampunan bagi yang meminta, mengabulkan doa bagi yang berdoa, dan memberikan apa yang diminta oleh mereka yang bersungguh-sungguh. Tidak ada yang lebih penyayang daripada Allah, dan tidak ada yang lebih peduli kepada kita melebihi-Nya. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa setiap doa yang dipanjatkan dengan ikhlas di waktu ini tidak akan sia-sia.
Ketiga, turunnya Allah ke langit dunia harus kita imani sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, tetapi tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk. Allah turun dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa kita membayangkan bagaimana turunnya itu. Sebab, Allah berbeda dengan makhluk-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)
Turunnya Allah bukan seperti turunnya makhluk dari satu tempat ke tempat lain, karena Allah Maha Tinggi dan tidak bergantung pada ruang atau arah. Yang wajib bagi kita adalah mengimani tanpa bertanya bagaimana, tanpa menolak maknanya, tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk, dan tanpa menyimpangkannya.
Keempat, hadits ini mengajarkan kepada kita untuk menjadikan ibadah malam sebagai kebiasaan. Seorang Muslim yang ingin mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat harus membiasakan bangun malam, meskipun hanya untuk beberapa rakaat shalat dan beberapa menit berdoa serta beristighfar. Tidak harus langsung panjang, tetapi mulailah sedikit demi sedikit dengan istiqamah.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Setelah memahami hadits ini, harapannya kita semua tidak lagi memandang sepertiga malam terakhir sebagai waktu yang biasa-biasa saja, tetapi sebagai waktu yang paling istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mari kita berusaha menghidupkan waktu ini dengan shalat, doa, dan istighfar. Jika selama ini kita merasa doa-doa kita belum terkabul, mungkin kita belum benar-benar memanfaatkan waktu yang paling mustajab ini.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar bisa mengamalkan hadits ini dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan diri untuk bangun malam, memperbanyak doa dan istighfar, serta merasakan kedekatan dengan Allah di waktu yang penuh keberkahan ini.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يَقُومُونَ اللَّيْلَ،
وَيَسْأَلُونَكَ الْعَفْوَ وَالْمَغْفِرَةَ، اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا مِنْ
رَحْمَتِكَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْغَافِلِينَ، وَارْزُقْنَا الْإِخْلَاصَ فِي
الدُّعَاءِ وَالْعِبَادَةِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِي
السَّحَرِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang menghidupkan malam, yang memohon ampunan dan maghfirah-Mu. Ya Allah, janganlah Engkau haramkan kami dari rahmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai. Karuniakanlah kepada kami keikhlasan dalam berdoa dan beribadah. Dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang doanya dikabulkan di waktu sahur. Wahai Rabb sekalian alam."
Mari kita tutup kajian dengan dengan membaca doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ