Hadits Larangan Menjadikan Al-Qur'an Sebagai Alat Untuk Menumpuk Harta Dan Mengejar Dunia
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah ﷻ,
Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan kesibukan dan distraksi, kita menyaksikan fenomena yang memprihatinkan terkait interaksi umat Islam dengan Al-Qur’an. Sebagian dari kita mungkin masih jarang membaca Al-Qur’an, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu dengan media sosial atau hiburan duniawi dibandingkan dengan tilawah. Ada pula yang membaca Al-Qur’an secara rutin, namun tanpa memahami isinya atau merenungkan maknanya. Lebih jauh lagi, ada yang menyalahgunakan Al-Qur’an untuk kepentingan duniawi, menjadikannya sekadar alat untuk mencari keuntungan materi atau popularitas.
Di sisi lain, kita juga melihat adanya dua kecenderungan yang bertolak belakang dalam menyikapi Al-Qur’an. Ada yang terlalu berlebihan (ghuluw) dalam memahami dan mengamalkan ayat-ayatnya tanpa landasan ilmu, sehingga jatuh dalam penafsiran yang keliru dan bahkan menyesatkan. Sebaliknya, ada pula yang bersikap jauh (jafa’), malas membaca dan menghayati Al-Qur’an, serta mengabaikan tuntunan yang terkandung di dalamnya. Kedua sikap ini merupakan bentuk ketidakseimbangan yang dilarang dalam Islam.
Oleh karena itu, memahami hadits yang akan kita kaji hari ini menjadi sangat penting. Rasulullah ﷺ telah memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim berinteraksi dengan Al-Qur’an. Beliau menekankan pentingnya memperbanyak membaca Al-Qur’an, namun dengan adab yang benar—tidak berlebihan dalam menafsirkannya tanpa ilmu, tidak menjauhinya, serta tidak menjadikannya sebagai alat untuk mencari keuntungan duniawi.
Kajian ini hadir untuk mengingatkan kita semua akan tanggung jawab kita terhadap Al-Qur’an. Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari "Ahlul Qur’an," orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai cahaya dalam kehidupan? Bagaimana kita menghindari sikap berlebihan atau meremehkan dalam membaca dan mengamalkan Al-Qur’an? Semua ini akan kita bahas dalam kajian hadits yang insyaAllah akan memberikan pedoman bagi kita dalam berinteraksi dengan firman Allah ﷻ dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Rasulullah ﷺ.
-----
Dari Abdurrahman
bin Syibl radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau bersabda:
اِقْرَؤُوا الْقُرْآنَ،
وَلَا تَغْلُوا فِيهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا
تَسْتَكْثِرُوا بِهِ.
"Bacalah Al-Qur'an, dan janganlah kalian berlebihan
(melampaui batas) dalam memahaminya, jangan pula kalian berpaling darinya,
jangan menjadikannya sebagai alat mencari makan, dan jangan mencari keuntungan
dunia dengannya."
HR Ahmad (15670),
Abu Ya'la (1518), dan Ath-Thahawi dalam Syarh
Ma'ani Al-Atsar (4296).
Arti Per
Kalimat
اِقْرَؤُوا الْقُرْآنَ
"Bacalah Al-Qur'an."
Perintah untuk membaca Al-Qur'an, baik dalam bentuk
tilawah (bacaan) maupun tadabbur (merenungkan maknanya). Ini menunjukkan
pentingnya keterlibatan seorang Muslim dalam Al-Qur'an sebagai sumber petunjuk
dalam kehidupan.
وَلَا تَغْلُوا فِيهِ
"Dan janganlah kalian berlebihan (melampaui batas)
dalam memahaminya."
Kata تَغْلُوا berasal dari غلا - يغلو yang berarti berlebihan atau ekstrem.
Larangan ini menekankan agar dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur'an tidak
sampai melampaui batas yang telah ditetapkan, seperti menafsirkan secara
berlebihan tanpa ilmu atau menerapkan pemahaman yang ekstrem yang justru
menyimpang dari maksud syariat.
وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ
"Dan jangan pula kalian berpaling darinya."
Kata تَجْفُوا berasal dari جفا - يجفو yang berarti
menjauhi atau mengabaikan. Ini merupakan larangan dari sikap lalai terhadap
Al-Qur'an, baik dengan tidak membacanya, tidak memahami isinya, maupun tidak
mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ
"Dan jangan menjadikannya sebagai alat mencari
makan."
Larangan ini
mengingatkan agar seseorang tidak menggunakan Al-Qur'an untuk mencari
keuntungan duniawi dengan cara yang tidak benar, seperti memperjualbelikan
ayat-ayatnya atau membaca Al-Qur'an hanya demi mendapatkan materi tanpa niat
ikhlas karena Allah.
وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ
"Dan jangan mencari keuntungan dunia dengannya."
Larangan ini
mirip dengan sebelumnya, tetapi lebih luas maknanya, yaitu tidak menjadikan
Al-Qur'an sebagai sarana untuk mendapatkan kedudukan, ketenaran, atau
keuntungan duniawi semata, seperti menggunakan bacaan Al-Qur'an untuk
pencitraan atau kepentingan pribadi.
Syarah Hadits
حَثَّ اللَّهُ تَعَالَى عِبَادَهُ عَلَى
الْإِكْثَارِ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Allah
Ta’ala menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.
وَبَيَّنَ لَهُمْ مَا فِيهِ مِنَ الْأَجْرِ
الْعَظِيمِ
Dan
menjelaskan kepada mereka pahala besar yang terdapat di dalamnya.
فَقَالَ تَعَالَى:
{إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ(29)
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ
فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ(30)}
Maka
Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
Kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi (29) agar Allah
menyempurnakan pahala mereka dan menambahkan karunia-Nya kepada mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (QS.
Fāṭir: 29-30).
وَلِهَذَا يَنْبَغِي الِاهْتِمَامُ
بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَتَدَبُّرِهِ
Oleh
karena itu, seharusnya ada perhatian terhadap membaca Al-Qur’an dan
merenungkannya.
وَمِنَ الْآدَابِ الْمُتَعَلِّقَةِ
بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ الَّتِي أَرْشَدَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جَاءَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ
Dan
di antara adab-adab terkait dengan membaca Al-Qur’an yang telah ditunjukkan
oleh Nabi ﷺ adalah apa
yang disebutkan dalam hadis ini.
حَيْثُ يَقُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Di
mana beliau ﷺ bersabda:
اِقْرَؤُوا الْقُرْآنَ
Bacalah
Al-Qur’an!
أَيْ: عَلَيْكُمْ بِكَثْرَةِ قِرَاءَةِ
الْقُرْآنِ
Yakni,
hendaklah kalian memperbanyak membaca Al-Qur’an.
وَلَا تَغْلُوا فِيهِ
Dan
janganlah kalian berlebihan dalam hal itu.
مِنَ الْغُلُوِّ، وَهُوَ التَّجَاوُزُ
Dari
sikap berlebihan, yang berarti melewati batas.
أَيْ: لَا تُجَاوِزُوا حَدَّهُ مِنْ حَيْثُ
لَفْظُهُ أَوْ مَعْنَاهُ
Yakni,
jangan melampaui batasnya baik dari sisi lafaz maupun maknanya.
بِأَنْ تَتَأَوَّلُوهُ بِبَاطِلٍ
Dengan
menakwilkannya secara batil.
أَوِ الْمُرَادُ: لَا تَبْذُلُوا جُهْدَكُمْ
فِي قِرَاءَتِهِ وَتَتْرُكُوا غَيْرَهُ مِنَ الْعِبَادَاتِ
Atau
maksudnya: Janganlah kalian mencurahkan seluruh upaya dalam membacanya lalu
meninggalkan ibadah-ibadah lainnya.
وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ
Dan
jangan pula kalian bersikap jauh darinya.
مِنْ جَفَا عَنْهُ: إِذَا بَعُدَ
Dari
kata 'jafā’ ‘anhu’, yang berarti menjauh darinya.
أَيْ: لَا تَبْعُدُوا عَنْ تِلَاوَتِهِ
وَتُقِلُّوهَا
Yakni,
janganlah kalian menjauh dari tilawahnya dan menguranginya.
بَلْ تَوَسَّطُوا فِي قِرَاءَتِهِ
Tetapi
bersikaplah pertengahan dalam membacanya.
فَالْجَفَاءُ عَنْهُ: التَّقْصِيرُ
Sikap
jauh dari Al-Qur’an adalah bentuk kelalaian.
وَالْغُلُوُّ: التَّعَمُّقُ فِيهِ،
وَكِلَاهُمَا مَنْهِيٌّ عَنْهُ
Sedangkan
ghuluww (berlebihan) adalah terlalu mendalaminya secara berlebihan, dan kedua
sikap ini dilarang.
وَقَدْ أَمَرَ اللَّهُ بِالتَّوَسُّطِ فِي
الْأُمُورِ
Dan
Allah telah memerintahkan keseimbangan dalam segala urusan.
وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ
Dan
janganlah kalian mencari makan dengannya.
أَيْ: لَا تَجْعَلُوا الْقُرْآنَ مَكْسَبًا
تَأْكُلُونَ بِهِ أَمْوَالَ النَّاسِ
Yakni,
janganlah kalian menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber penghasilan dengan memakan
harta manusia melaluinya.
وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ
Dan
janganlah kalian memperbanyak harta dengannya.
أَيْ: لَا تَجْعَلُوهُ سَبَبًا
لِلِاسْتِكْثَارِ مِنَ الْمَالِ وَلِمَعَايِشِكُمْ وَالْإِكْثَارِ مِنَ الدُّنْيَا
Yakni,
janganlah kalian menjadikannya sebagai sebab untuk memperbanyak harta, mencari
nafkah, dan menumpuk dunia.
Faedah hadits
وَفِي الْحَدِيثِ الْحَثُّ عَلَى قِرَاءَةِ
الْقُرْآنِ
Dalam
hadis ini terdapat anjuran untuk membaca Al-Qur’an.
وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ الْغُلُوِّ فِي
الْقُرْآنِ
Dan
di dalamnya terdapat larangan berlebihan dalam Al-Qur’an.
وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ الْجَفَاءِ فِي
الْقُرْآنِ
Dan
di dalamnya terdapat larangan bersikap jauh dari Al-Qur’an.
وَفِيهِ النَّهْيُ عَنِ التَّأَكُّلِ
بِالْقُرْآنِ
Dan
di dalamnya terdapat larangan mencari makan dengan Al-Qur’an.
وَفِيهِ النَّهْيُ عَنْ جَعْلِ الْقُرْآنِ
سَبَبًا لِلِاسْتِكْثَارِ مِنَ الدُّنْيَا
Dan
di dalamnya terdapat larangan menjadikan Al-Qur’an sebagai sebab untuk
memperbanyak dunia.
Maraji
https://dorar.net/hadith/sharh/215329
Pelajaran dari Hadits ini
Hadis ini memberikan pedoman penting bagi setiap Muslim dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Intinya adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang diamalkan dengan niat yang ikhlas, tanpa berlebihan atau bersikap lalai, serta tidak memanfaatkannya untuk kepentingan duniawi. Pelajaran dari hadits ini yaitu:
1. Anjuran Memperbanyak Membaca Al-Qur’an
- Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya untuk membaca Al-Qur'an dengan rutin dan dalam jumlah yang banyak.
- Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang bernilai tinggi dan mendatangkan banyak pahala, sebagaimana disebutkan dalam ayat QS. Fāṭir: 29-30 yang dikutip dalam teks.
2. Larangan Berlebihan (Ghuluww) dalam Al-Qur’an
- Rasulullah ﷺ melarang ghuluww (berlebihan) dalam membaca atau memahami Al-Qur'an.
- Makna ghuluww dalam konteks ini:
- Berlebihan dalam membaca Al-Qur’an secara fisik sampai mengabaikan ibadah lain seperti shalat, dzikir, atau amal sosial.
- Berlebihan dalam tafsir yang menyimpang dengan menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an secara batil atau mengartikan di luar konteksnya.
3. Larangan Bersikap Jauh (Jafā’) dari Al-Qur’an
- Makna jafā’ dalam konteks ini:
- Tidak membaca Al-Qur’an dalam waktu yang lama.
- Tidak memahami maknanya atau tidak merenungkan isi kandungannya (tadabbur).
- Tidak mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
- Allah memerintahkan kesederhanaan dalam segala hal, termasuk dalam membaca Al-Qur’an. Seorang Muslim harus menjaga keseimbangan antara membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an.
4. Larangan Memanfaatkan Al-Qur'an untuk Kepentingan Duniawi
- Rasulullah ﷺ memperingatkan agar Al-Qur'an tidak dijadikan sebagai alat mencari keuntungan duniawi, seperti:
- Membaca Al-Qur’an hanya untuk mendapatkan imbalan materi, bukan karena Allah.
- Menggunakan Al-Qur'an sebagai alat untuk memperkaya diri atau mendapatkan jabatan.
- Menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah, seperti menggunakan ayat untuk membenarkan kepentingan pribadi atau politik.
- Hal ini selaras dengan firman Allah:
"Dan janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah." (QS. Al-Baqarah: 41)
5. Larangan Menggunakan Al-Qur'an untuk Mencari Kekayaan atau Kemewahan Dunia
- Rasulullah ﷺ juga melarang menjadikan Al-Qur'an sebagai alat untuk menumpuk harta dan mengejar dunia.
- Al-Qur'an seharusnya menjadi panduan hidup yang membawa keberkahan, bukan sebagai alat eksploitasi untuk keuntungan pribadi.
6. Keseimbangan dalam Berinteraksi dengan Al-Qur’an
- Hadis ini mengajarkan keseimbangan dalam membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an.
- Jangan terlalu ekstrem dalam membaca (hingga mengabaikan aspek lain dari kehidupan).
- Jangan terlalu jauh dari Al-Qur'an (hingga jarang membaca dan tidak mengamalkan isinya).
Penutup
Kajian
Alhamdulillah, kita telah sampai di penghujung kajian kita hari ini. Semoga pembahasan mengenai hadits Rasulullah ﷺ tentang adab membaca Al-Qur’an dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Hadits yang telah kita bahas mengandung pelajaran penting yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, hadits ini mengajarkan kita untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, karena ia adalah sumber petunjuk dan cahaya dalam kehidupan. Membaca Al-Qur’an bukan hanya ibadah yang berpahala besar, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Kedua, hadits ini melarang kita dari sikap berlebihan (ghuluw) dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Kita harus berhati-hati agar tidak menafsirkan Al-Qur’an tanpa ilmu atau menggunakan dalil secara serampangan demi kepentingan pribadi maupun kelompok.
Ketiga, kita juga diingatkan agar tidak bersikap acuh (jafa’) terhadap Al-Qur’an. Jangan sampai kita hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai hiasan di rumah atau bacaan seremonial tanpa adanya usaha untuk memahami, menghafal, dan mengamalkannya.
Keempat, hadits ini menegaskan larangan mencari keuntungan duniawi dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai alat perdagangan. Jangan sampai kita membaca atau mengajarkan Al-Qur’an dengan niat utama untuk memperoleh materi, sebab Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang harus dijaga kesuciannya.
Hadirin sekalian, marilah kita berusaha mengamalkan faedah hadits ini dalam kehidupan kita. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, bacalah dengan istiqamah, pahami maknanya dengan ilmu yang benar, dan amalkan kandungannya dengan ikhlas. Semoga kita semua termasuk golongan yang Allah ﷻ sebut dalam firman-Nya:
"إِنَّ
ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟
مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّۭا وَعَلَانِيَةًۭ يَرْجُونَ تِجَٰرَةًۭ لَّن تَبُورَ
(29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦ ۚ إِنَّهُۥ
غَفُورٌۭ شَكُورٌۭ (30)"
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (QS. Fāṭir: 29-30)
Semoga Allah ﷻ memberikan kita taufik untuk menjadi Ahlul Qur’an, orang-orang yang mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an dengan benar. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ