Hadits: Pertemuan Nabi Ibrahim dan Ayahnya Di Hari Kiamat

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kita akan membahas sebuah hadits yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai umat Islam, yaitu mengenai hubungan antara seorang anak dan orang tua dalam perspektif agama, terutama ketika orang tua tersebut tidak menerima hidayah Islam. Hadits ini mengandung pelajaran yang sangat berharga, terutama dalam konteks pengaruh amal perbuatan kita di akhirat, dan bagaimana kita harus bersikap terhadap orang tua yang mungkin tidak sejalan dengan kita dalam hal agama.

Latar belakang permasalahan yang kita hadapi dalam masyarakat saat ini adalah kenyataan bahwa banyak dari kita yang menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan dengan orang tua yang tidak menerima ajaran Islam. Banyak anak yang telah diberi hidayah oleh Allah dan memilih untuk mengikuti jalan yang benar sesuai ajaran Islam, namun orang tua mereka masih tetap dalam kekafiran dan menyembah selain Allah. Kondisi ini tentu saja menimbulkan dilema, terutama ketika seorang anak berusaha untuk menghormati orang tua, namun terkadang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa orang tua mereka tidak mendapatkan petunjuk yang sama. Terkadang, hal ini menyebabkan kebingungan, rasa kecewa, dan bahkan kesedihan yang mendalam di hati anak.

Melalui hadits yang akan kita kaji hari ini, kita akan diajarkan bagaimana seharusnya kita menyikapi permasalahan ini. Hadits ini bukan hanya memberikan kita wawasan tentang bagaimana seharusnya seorang anak berinteraksi dengan orang tuanya yang tidak beriman, tetapi juga mengajarkan kita tentang takdir Allah yang tak terbantahkan, dan bahwa Allah memiliki ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat. Di sisi lain, hadits ini juga memberikan pesan yang penting terkait dengan pentingnya kesetiaan kita terhadap ajaran Islam dan kewajiban kita untuk berdakwah kepada orang tua, serta bagaimana kita menghadapi kenyataan bahwa terkadang, usaha kita dalam menyelamatkan mereka mungkin tidak membuahkan hasil sesuai dengan yang kita harapkan.

Urgensi mempelajari hadits ini sangatlah besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada realitas kehidupan keluarga yang kompleks, di mana ada anggota keluarga yang mungkin belum menerima Islam dengan sepenuh hati, atau bahkan tidak memeluk agama Islam sama sekali. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memahami dengan benar sikap yang harus kita tunjukkan sebagai seorang anak yang beriman, bagaimana cara kita tetap menghormati orang tua, serta bagaimana seharusnya kita berdoa dan berikhtiar untuk menyelamatkan mereka dari azab Allah. Hadits ini juga mengajarkan kita tentang keikhlasan dalam menerima takdir, serta bagaimana cara kita berpasrah kepada Allah setelah berusaha.

Saya berharap kajian kita hari ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat hubungan anak dan orang tua dalam perspektif Islam, dan bagaimana kita bisa menghadapi ujian ini dengan bijak dan sabar. Semoga apa yang kita pelajari di sini dapat menjadi bekal yang bermanfaat bagi kita semua dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan tuntunan agama.

Mari kita mulai kajian ini dengan niat yang tulus untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dan semoga Allah senantiasa memberikan kita petunjuk dan hidayah-Nya. 


 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَلْقَى إبْراهِيمُ أباهُ آزَرَ يَومَ القِيامَةِ، وعلَى وجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وغَبَرَةٌ، فيَقولُ له إبْراهِيمُ: ألَمْ أقُلْ لكَ: لا تَعْصِنِي؟ فيَقولُ أبُوهُ: فاليومَ لا أعْصِيكَ، فيَقولُ إبْراهِيمُ: يا رَبِّ، إنَّكَ وعَدْتَنِي أنْ لا تُخْزِيَنِي يَومَ يُبْعَثُونَ، فأيُّ خِزْيٍ أخْزَى مِن أبِي الأبْعَدِ؟ فيَقولُ اللَّهُ تَعالَى: إنِّي حَرَّمْتُ الجَنَّةَ علَى الكافِرِينَ، ثُمَّ يُقالُ: يا إبْراهِيمُ، ما تَحْتَ رِجْلَيْكَ؟ فَيَنْظُرُ، فإذا هو بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ، فيُؤْخَذُ بقَوائِمِهِ فيُلْقَى في النَّارِ

Ibrahim akan bertemu dengan ayahnya, Azar, pada Hari Kiamat, sementara wajah Azar dipenuhi dengan kegelapan dan debu. Maka Ibrahim berkata kepadanya, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu: Jangan mendurhakaiku?" Lalu ayahnya menjawab, "Maka hari ini aku tidak akan mendurhakaimu."

Kemudian Ibrahim berkata, "Ya Rabb, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan. Lalu penghinaan apa yang lebih besar daripada keadaan ayahku yang jauh (dari rahmat-Mu) ini?"

Allah Ta'ala pun berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir."

Lalu dikatakan kepada Ibrahim, "Wahai Ibrahim, lihatlah apa yang ada di bawah kedua kakimu." Maka ia pun melihat, dan ternyata ayahnya telah diubah menjadi hyena jantan yang berlumuran kotoran. Kemudian makhluk itu diambil dari kedua kakinya, lalu dilemparkan ke dalam neraka.

 HR Al-Bukhari (3350)


Arti Per Kalimat


يَلْقَى إبْراهِيمُ أباهُ آزَرَ يَومَ القِيامَةِ

Ibrahim akan bertemu dengan ayahnya, Azar, pada Hari Kiamat

Hadits ini dimulai dengan menyebutkan pertemuan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan ayahnya, Azar, pada Hari Kiamat.

Ini menggambarkan bagaimana hubungan antara seorang anak yang saleh dan ayahnya yang tetap dalam kekufuran tetap berlangsung hingga akhirat, meskipun telah ada pemisahan keyakinan di dunia.


وعلَى وجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وغَبَرَةٌ

dan di wajah Azar terdapat kegelapan dan debu

Ini menunjukkan kondisi kehinaan dan kesengsaraan yang menimpa Azar di akhirat.

Kata قَتَرَةٌ  berarti kegelapan atau kemuraman yang menandakan kehinaan, sedangkan غَبَرَةٌ  berarti debu yang menempel, menunjukkan kesedihan dan penderitaan.

Ini menggambarkan wajah orang-orang yang tidak beriman di akhirat, yang akan dipenuhi dengan tanda-tanda kesengsaraan.


فيَقولُ له إبْراهِيمُ: ألَمْ أقُلْ لكَ: لا تَعْصِنِي؟

Maka Ibrahim berkata kepadanya: 'Bukankah aku telah mengatakan kepadamu: Jangan mendurhakaiku?'

Di sini, Nabi Ibrahim alaihissalam mengingatkan ayahnya tentang nasihat yang pernah ia sampaikan di dunia agar tidak mendurhakainya dengan menolak tauhid.

Kata لا تَعْصِنِي  menunjukkan bahwa Ibrahim pernah memperingatkan ayahnya dengan serius, tetapi Azar tetap memilih kekufuran.


فيَقولُ أبُوهُ: فاليومَ لا أعْصِيكَ

Maka ayahnya menjawab: 'Maka hari ini aku tidak akan mendurhakaimu'

Setelah menyaksikan kebenaran yang tidak bisa dibantah, Azar akhirnya mengakui kesalahannya dan berkata bahwa ia tidak akan lagi mendurhakai Ibrahim.

Namun, penyesalan ini terjadi pada waktu yang sudah terlambat, karena taubat di akhirat tidak lagi diterima.


فيَقولُ إبْراهِيمُ: يا رَبِّ، إنَّكَ وعَدْتَنِي أنْ لا تُخْزِيَنِي يَومَ يُبْعَثُونَ

Maka Ibrahim berkata: 'Ya Rabb, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan'

Nabi Ibrahim alaihissalam kemudian berdoa kepada Allah, mengingatkan janji-Nya bahwa Ia tidak akan menghinakannya pada Hari Kiamat.

Di sini, Ibrahim merasa khawatir bahwa memiliki seorang ayah yang mendapatkan azab bisa menjadi bentuk kehinaan baginya.


فأيُّ خِزْيٍ أخْزَى مِن أبِي الأبْعَدِ؟

Lalu penghinaan apa yang lebih besar daripada keadaan ayahku yang jauh dari rahmat-Mu ini?

Ibrahim mempertanyakan, apakah ada kehinaan yang lebih besar daripada melihat ayahnya sendiri berada dalam azab yang pedih.

 Kata الأبْعَدِ  yang berarti "yang jauh" menunjukkan bahwa Azar sudah terputus dari rahmat Allah dan tak lagi memiliki harapan untuk diselamatkan.


فيَقولُ اللَّهُ تَعالَى: إنِّي حَرَّمْتُ الجَنَّةَ علَى الكافِرِينَ

Maka Allah Ta'ala berfirman: 'Sesungguhnya Aku telah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir'

Allah menjawab doa Ibrahim dengan ketegasan bahwa surga diharamkan bagi orang-orang kafir.

Ini adalah dalil kuat bahwa kasih sayang seorang nabi sekalipun tidak bisa mengubah ketetapan Allah jika seseorang meninggal dalam keadaan kufur.


ثُمَّ يُقالُ: يا إبْراهِيمُ، ما تَحْتَ رِجْلَيْكَ؟

Lalu dikatakan: 'Wahai Ibrahim, lihatlah apa yang ada di bawah kedua kakimu'

Allah atau para malaikat kemudian memerintahkan Ibrahim untuk melihat ke bawah, yang menjadi tanda akan adanya perubahan besar terhadap ayahnya.


فَيَنْظُرُ، فإذا هو بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ

Maka ia pun melihat, dan ternyata ayahnya telah diubah menjadi dhiikh (hyena jantan berbulu lebat) yang berlumuran kotoran

Ketika Ibrahim melihat, ternyata ayahnya telah diubah menjadi ذِيخٍ, yaitu hyena jantan yang berbulu lebat.



Hal ini menunjukkan bahwa Azar mengalami transformasi sebagai bentuk penghinaan terakhir sebelum dilempar ke neraka. Kata مُلْتَطِخٍ  berarti berlumuran kotoran, menambah kesan kehinaan.


فيُؤْخَذُ بقَوائِمِهِ فيُلْقَى في النَّارِ

Kemudian makhluk itu diambil dari kedua kakinya, lalu dilemparkan ke dalam neraka

Setelah berubah bentuk, ia diangkat dari kakinya dan dilemparkan ke dalam neraka, yang menandakan keputusan final dari Allah atas nasibnya.

Ini menunjukkan bahwa tidak ada syafaat atau keringanan bagi orang yang mati dalam keadaan kufur.


Syarah Hadits


حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى الجَنَّةَ عَلَى الكَافِرِينَ؛
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan surga bagi orang-orang kafir;

فَكُلُّ مَنْ مَاتَ كَافِرًا بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهُوَ مُخَلَّدٌ فِي النَّارِ،
jadi setiap orang yang mati sebagai kafir terhadap Allah Yang Maha Perkasa, dia akan kekal di dalam api neraka,

وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا، فَلَا تَنْفَعُهُ شَفَاعَةٌ وَلَا نَسَبٌ.
sebuah janji yang benar bagi dirinya, dan tidak akan berguna syafaat atau hubungan keluarga baginya.


وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُخْبِرُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadits ini, Nabi (shalallahu 'alaihi wa sallam) memberitahukan

أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَى أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ القِيَامَةِ،
bahwa Ibrahim (alaihi salam) akan bertemu dengan ayahnya, Azar, pada hari kiamat,

وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ،
dan di wajah Azar akan ada kotoran dan debu,

وَهِيَ سَوَادٌ كَالدُّخَانِ وَغُبَارٌ،
yaitu kegelapan seperti asap dan debu,

فَيَلُومُهُ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى مَا صَارَ إِلَيْهِ،
maka Ibrahim (alaihi salam) akan menyalahkannya atas apa yang telah terjadi padanya,

وَيَقُولُ لَهُ: «أَلَمْ أَقُلْ لَكَ: لَا تَعْصِنِي؟»
dan ia berkata kepadanya: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu: Janganlah kamu mendurhakaku?"

وَهُوَ مُصْدَاقُ قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: {إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ
Dan ini sesuai dengan ucapan Allah Yang Maha Tinggi: {Ketika ia berkata kepada ayahnya,

يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنكَ شَيْئًا
Wahai ayahku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak bisa memberi manfaat sedikit pun kepadamu?

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ
Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku ilmu yang tidak datang kepadamu,

فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
maka ikutilah aku, aku akan membimbingmu ke jalan yang lurus.

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ
Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan,

إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا
sesungguhnya setan itu telah durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا}
Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir akan menimpamu azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga kamu menjadi wali bagi setan."} [Maryam: 42 - 45]


فَيَقُولُ أَبُوهُ بَعْدَ أَنْ وَجَدَ وَعِيدَ اللهِ لِلكَافِرِينَ:
Kemudian ayahnya akan berkata setelah ia mendapati ancaman Allah bagi orang-orang kafir:

فَاليَوْمَ لَا أَعْصِيكَ،
"Hari ini aku tidak akan mendurhakaimu,"

فَيَتَوَجَّهُ إِبْرَاهِيمُ إِلَى اللهِ تَعَالَى طَالِبًا مِنْهُ الشَّفَاعَةَ فِي أَبِيهِ،
lalu Ibrahim (alaihi salam) menghadap kepada Allah Yang Maha Tinggi, meminta syafaat untuk ayahnya,

قَائِلًا لَهُ: إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَلَّا تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ،
seraya berkata kepada-Nya: "Engkau telah berjanji kepadaku untuk tidak mempermalukanku pada hari mereka dibangkitkan,

فَلَا تُهِينَنِي وَتُذِلَّنِي،
maka janganlah Engkau menghina dan merendahkanku."

ثُمَّ يَقُولُ: فَأَيُّ هَوَانٍ وَخِزْيٍ وَذُلٍّ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ يَكُونَ أَبِي بَعِيدًا عَنْ رَحْمَةِ اللهِ وَلُطْفِهِ؟!
Kemudian ia berkata: "Apakah ada penghinaan, kehinaan, dan kerendahan yang lebih besar daripada ayahku dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang Allah?!"


فَيُجِيبُهُ المَوْلَى بِالقَوْلِ الفَصْلِ،
Kemudian Allah Yang Maha Mulia menjawabnya dengan perkataan yang tegas,

بِأَنَّهُ حَرَّمَ الجَنَّةَ عَلَى الكَافِرِينَ،
bahwa Allah mengharamkan surga bagi orang-orang kafir,

فَيُقَالُ لِإِبْرَاهِيمَ: انْظُرْ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ،
dan dikatakan kepada Ibrahim: "Lihatlah apa yang ada di bawah kakimu,"

فَيَنْظُرُ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَيَرَاهُ ذِيخًا مُتَلَطِّخًا،
maka Ibrahim (alaihi salam) melihatnya, dan dia melihatnya berupa binatang buas yang kotor,

وَالذِّيخُ: ذَكَرُ الضَّبُعِ الكَثِيرِ الشَّعْرِ،
dan dhiikh adalah jantan dari hyena yang berbulu lebat,

فَيَجِدُهُ مُتَلَطِّخًا بِالرَّجِيعِ أَوْ بِالدَّمِ،
dan dia mendapati binatang itu tercemar dengan kotoran atau darah,

فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ -وَهِيَ يَدَاهُ وَرِجْلَاهُ- فَيُطْرَحُ فِي النَّارِ.
kemudian diambil dengan kaki-kakinya — yaitu tangan dan kakinya — lalu dibuang ke dalam api neraka.


قِيلَ: إِنَّمَا ظَهَرَ لَهُ فِي هَذِهِ الصُّورَةِ المُسْتَبْشَعَةِ؛
Dikatakan: Sesungguhnya dia muncul dalam bentuk yang menjijikkan ini

لِيَتَبَرَّأَ مِنْهُ،
agar Ibrahim bisa berlepas diri darinya,

وَالحِكْمَةُ فِي كَوْنِهِ مُسِخَ ضَبُعًا دُونَ غَيْرِهِ مِنَ الحَيَوَانِ
dan hikmah di balik dia diubah menjadi seekor hyena, bukan hewan lain,

أَنَّ الضَّبُعَ أَحْمَقُ الحَيَوَانِ،
adalah karena hyena adalah hewan yang paling bodoh,

وَمِنْ حُمْقِهِ أَنَّهُ يَغْفُلُ عَمَّا يَجِبُ التَّيَقُّظُ لَهُ،
dan dari kebodohannya adalah bahwa dia lalai dari apa yang seharusnya dia waspadai,

فَلَمَّا لَمْ يَقْبَلْ آزَرُ النَّصِيحَةَ مِنْ أَشْفَقِ النَّاسِ عَلَيْهِ،
maka ketika Azar tidak menerima nasihat dari orang-orang yang paling menyayanginya,

وَقَبِلَ خَدِيعَةَ الشَّيْطَانِ؛
dan dia menerima tipuan setan;

أَشْبَهَ الضَّبُعَ المَوْصُوفَ بِالحُمْقِ.
dia pun menyerupai hyena yang digambarkan sebagai bodoh.


وَفِي الحَدِيثِ: إِكْرَامُ اللهِ تَعَالَى لِخَلِيلِهِ إِبْرَاهِيمَ.
Dan dalam hadits ini, terdapat penghormatan Allah Yang Maha Tinggi terhadap kekasih-Nya Ibrahim.

وَفِيهِ: دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ إِسْلَامَ الوَلَدِ لَا يَنْفَعُ الوَالِدَ يَوْمَ القِيَامَةِ إِذَا لَمْ يَكُنْ مُسْلِمًا.
Dan di dalamnya ada bukti bahwa Islamnya anak tidak akan bermanfaat bagi orang tuanya pada hari kiamat jika orang tuanya tidak beriman.

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/9790


Pelajaran dari Hadits ini


Hadits ini memberikan banyak pelajaran penting, di antaranya:

  1. Surga diharamkan bagi orang kafir, dan mereka kekal di neraka.

  2. Hubungan darah tidak dapat menyelamatkan seseorang dari azab Allah.

  3. Syafaat dan doa tidak berlaku bagi orang yang meninggal dalam keadaan kafir.

  4. Dakwah harus dilakukan dengan hikmah dan kelembutan.

  5. Orang kafir akan dibangkitkan dalam keadaan hina dan terhina di akhirat.

  6. Allah tetap menjaga kemuliaan Nabi Ibrahim, tetapi tidak akan mengingkari keadilan-Nya.

  7. Islam anak tidak bisa menyelamatkan orang tua yang mati dalam kekafiran.

  8. Kita harus berhati-hati agar tidak menolak kebenaran seperti Azar.

Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil secara rinci:

1. Haramnya Surga bagi Orang Kafir

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan bahwa surga hanya untuk orang-orang yang beriman, sementara orang kafir tidak akan memasukinya. Dalam hadits ini ditegaskan bahwa siapa saja yang mati dalam keadaan kafir akan kekal di dalam neraka. Ini menguatkan ayat:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

"Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka." (QS. Al-Ma'idah: 72)

Pelajaran ini menjadi peringatan keras bagi manusia agar tidak mati dalam keadaan syirik atau kekafiran, karena tidak ada harapan untuk selamat di akhirat bagi mereka yang tidak beriman kepada Allah.

2. Hubungan Kekerabatan Tidak Dapat Menyelamatkan dari Azab

Meskipun Nabi Ibrahim 'alaihissalam adalah seorang nabi dan khalilullah (kekasih Allah), beliau tidak dapat memberikan manfaat kepada ayahnya yang kafir. Ini menunjukkan bahwa hubungan darah tidak akan menyelamatkan seseorang dari azab Allah jika ia mati dalam keadaan kufur.

Hal ini sejalan dengan firman Allah:

فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

"Maka pada hari itu tidak berguna lagi hubungan nasab di antara mereka, dan tidak (pula) mereka saling bertanya." (QS. Al-Mu’minun: 101)

3. Doa dan Syafaat Tidak Berlaku untuk Orang Kafir

Nabi Ibrahim 'alaihissalam memohon kepada Allah agar ayahnya diselamatkan, mengingat janji Allah yang tidak akan mempermalukan beliau pada hari kiamat. Namun, permohonan ini ditolak karena Allah telah menetapkan bahwa orang kafir tidak akan masuk surga.

Ini menunjukkan bahwa doa dan syafaat hanya berlaku untuk orang-orang yang bertauhid. Bahkan doa seorang nabi sekalipun tidak akan bermanfaat bagi orang yang meninggal dalam keadaan kufur.

4. Sikap Lembut Nabi Ibrahim dalam Berdakwah kepada Ayahnya

Dalam ayat yang dikutip dalam hadits ini (QS. Maryam: 42-45), Nabi Ibrahim menunjukkan bagaimana cara berdakwah dengan lemah lembut kepada ayahnya. Beliau menggunakan panggilan "يَا أَبَتِ" (wahai ayahku tercinta) sebagai bentuk kasih sayang, lalu menjelaskan alasan logis mengapa ayahnya harus meninggalkan penyembahan berhala.

Dari sini kita belajar bahwa dalam berdakwah, terutama kepada keluarga, sebaiknya dilakukan dengan lemah lembut dan penuh hikmah agar dakwah lebih mudah diterima.

5. Azab dan Kehinaan bagi Orang Kafir di Akhirat

Ayah Nabi Ibrahim, Azar, muncul di akhirat dengan wajah penuh kegelapan (قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ), yang menunjukkan kehinaan dan kesengsaraan. Ini merupakan gambaran keadaan orang-orang kafir di hari kiamat yang akan dibangkitkan dalam kondisi hina dan penuh penyesalan.

Hal ini mengingatkan kita untuk menjaga iman agar tidak tergelincir dalam kesesatan yang berujung pada kehinaan di akhirat.

6. Hukuman bagi Orang Kafir: Dihina dan Dimasukkan ke Neraka

Dalam hadits ini disebutkan bahwa Azar akhirnya diubah menjadi ذِيخٌ مُتَلَطِّخٌ (sejenis hewan mirip hyena yang kotor dan menjijikkan), lalu dilempar ke neraka. Ini merupakan bentuk kehinaan tambahan bagi orang-orang yang menolak kebenaran selama hidupnya.

Para ulama menjelaskan bahwa ia diubah menjadi hyena karena hyena dikenal sebagai hewan yang bodoh dan tidak waspada. Ini menggambarkan kebodohan Azar yang tidak menerima dakwah meskipun telah diingatkan dengan jelas.

7. Allah Memuliakan Nabi Ibrahim, Tetapi Tetap Menegakkan Keadilan

Allah tidak mempermalukan Nabi Ibrahim, tetapi dalam waktu yang sama tetap menegakkan keadilan-Nya dengan tidak memasukkan Azar ke dalam surga. Ini menunjukkan keseimbangan sifat Allah antara kasih sayang kepada hamba-Nya yang beriman dan keadilan dalam memberikan balasan kepada orang-orang kafir.

8. Islam Anak Tidak Bisa Menyelamatkan Orang Tuanya Jika Mereka Mati dalam Kekafiran

Banyak orang berharap bahwa memiliki anak yang saleh akan membantu mereka di akhirat. Namun, hadits ini menegaskan bahwa jika orang tua meninggal dalam keadaan kufur, maka keislaman anaknya tidak akan memberikan manfaat bagi mereka.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman: 33:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا

"Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikit pun."

9. Peringatan agar Tidak Mengikuti Langkah Azar dalam Menolak Kebenaran

Kisah ini adalah pelajaran bagi kita agar tidak bersikap seperti Azar yang menolak nasihat dan petunjuk dari orang yang paling menyayanginya. Penolakan terhadap kebenaran hanya akan membawa penyesalan yang tidak ada gunanya di akhirat.

 


Penutup Kajian


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kita untuk bersama-sama mengkaji hadits yang mulia ini. Kita telah belajar bersama mengenai bagaimana pentingnya menjaga hubungan dengan orang tua meskipun mereka tidak berada di jalan yang sama dengan kita dalam hal agama, serta bagaimana sikap yang seharusnya kita tunjukkan ketika berhadapan dengan kenyataan pahit bahwa orang tua kita mungkin belum menerima hidayah Islam.

Faedah dari hadits ini sangatlah besar. Hadits ini mengingatkan kita bahwa Islam adalah kunci keselamatan di dunia dan akhirat. Kita diajarkan untuk terus berusaha dan berdoa agar orang tua kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita cintai mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Namun, hadits ini juga memberikan pengajaran yang penting bahwa meskipun kita sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, takdir Allah tetaplah yang paling utama. Apa yang terjadi pada orang tua kita di akhirat bukanlah sepenuhnya berada dalam kontrol kita, melainkan sepenuhnya urusan Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh putus asa dalam berdoa dan terus berusaha memberikan nasehat dan pengajaran yang baik kepada mereka.

Harapan saya, semoga kita semua bisa mengamalkan pelajaran dari hadits ini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita berhadapan dengan orang tua atau anggota keluarga yang belum memeluk Islam, kita harus tetap menjaga hubungan baik dengan mereka, tetap berusaha mendakwahi mereka dengan kasih sayang dan kelembutan, serta tidak pernah berhenti berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada mereka. Kita juga harus menerima dengan ikhlas bahwa tak semua orang akan mengikuti jalan yang kita pilih, dan kita harus sabar serta tawakal kepada Allah dalam menghadapi semua itu.

Bagi saudara-saudariku yang mungkin membaca artikel ini dan belum memeluk Islam, saya ingin mengajak kalian untuk merenungkan hadits ini dengan hati yang jernih. Dalam hadits ini, kita diajarkan bahwa keselamatan hakiki hanya dapat ditemukan dalam Islam. Allah SWT menjanjikan surga bagi umat-Nya yang beriman, namun bagi mereka yang kafir, surga akan tertutup, dan mereka akan kekal di dalam neraka.

Saya ingin mengingatkan bahwa hidup ini adalah kesempatan yang sangat berharga, dan setiap detiknya adalah kesempatan untuk kita kembali kepada Allah dan memilih jalan yang benar. Jika saat ini Anda belum menemukan Islam sebagai jalan hidup, saya mengajak Anda untuk merenungkan bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian, keselamatan, dan kebahagiaan sejati baik di dunia maupun di akhirat. Islam bukan hanya tentang mengikuti ajaran agama, tetapi tentang menemukan makna hidup yang lebih dalam, tentang bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan penuh berkah, kasih sayang, dan kebaikan.

Semoga dengan membaca dan memahami hadits ini, hati kita semakin terbuka untuk menerima hidayah Allah, dan kita diberi kekuatan untuk mengikuti jalan yang benar. Jangan ragu untuk mencari kebenaran, dan Allah SWT akan selalu memberikan petunjuk-Nya bagi siapa saja yang mencarinya dengan tulus.

Akhir kata, saya mengajak kita semua untuk terus memperbaiki diri, menjaga hubungan baik dengan keluarga, terutama orang tua, dan selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dalam setiap langkah kehidupan kita. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari, dan semoga hidayah-Nya senantiasa tercurah kepada kita semua.

بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ، وَجَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 


Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers