Hadits: Ruh-Ruh Seperti Tentara Yang Terorganisir Saling Mengenal Atau Berselisih
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menciptakan kita sebagai makhluk yang tidak hanya memiliki fisik, tetapi juga jiwa yang saling berhubungan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi suri teladan terbaik dalam membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pernahkah kita bertemu seseorang untuk pertama kalinya, tetapi merasa begitu cocok dan mudah bergaul dengannya? Sebaliknya, mungkin ada orang lain yang, meskipun kita berusaha mendekati, rasanya tetap sulit untuk akrab.
Atau, kita mendengar orang berkata ... dia 'satu kolam' dengan kelompok itu .. yang maknanya, hatinya pikirannya sudah sama dengan kelompok tersebut ..
Fenomena ini sering kita jumpai, tetapi ... tahukah kita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan sebabnya dengan begitu indah?
Dalam dua hadits di bawah ini, beliau bersabda:
-----
Hadits 1:
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ
مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Jiwa-jiwa itu adalah tentara yang teratur. Apa yang saling
mengenal di antara mereka akan saling akur, dan apa yang saling tidak mengenal
di antara mereka akan saling berselisih.
HR Ibnu Hibban (2/97) dan
Muslim (2638)
Hadits 2:
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
النَّاسُ مَعَادِنُ
كَمَعَادِنِ الفِضَّةِ وَالذَّهَبِ، خِيارُهُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيارُهُمْ فِي
الإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا، وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ
مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Manusia itu seperti tambang-tambang, sebagaimana tambang
perak dan emas. Orang-orang terbaik mereka pada masa jahiliyah adalah
orang-orang terbaik mereka pada masa Islam, jika mereka memahami. Jiwa-jiwa itu
adalah tentara yang teratur. Apa yang saling mengenal di antara mereka akan
saling akur, dan apa yang saling tidak mengenal di antara mereka akan saling
berselisih.
HR Muslim (2638) dan Al-Bukhari (3496).
Syarah Hadits
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersabda
خَبِيرًا بِأَحْوَالِ بَنِي آدَمَ
وَمَعَادِنِهِمْ
beliau mengetahui kondisi-kondisi manusia dan asal-usul mereka
مِنْ حَيْثُ النَّفَاسَةُ وَالْوَضَاعَةُ
وَالْخِسَّةُ
berdasarkan pada nilai-nilai yang mulia dan rendah, serta kehinaan mereka
كَمَا كَانَ بَصِيرًا بِأَحْوَالِ الْقُلُوبِ
وَالْأَرْوَاحِ الَّتِي تَسْكُنُ بَيْنَ جَوَانِحِ النَّاسِ
sebagaimana beliau juga memahami kondisi hati dan jiwa yang berada dalam diri
manusia
فَعَلَّمَنَا مِنْ ذَٰلِكَ كُلِّهِ مَا
يَنْفَعُنَا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
beliau mengajarkan kita segala sesuatu yang bermanfaat bagi kita di dunia dan
akhirat
لِنُحْسِنَ اخْتِيَارَ النَّاسِ وَالتَّعَامُلَ
مَعَهُمْ
agar kita dapat memilih orang-orang yang baik dan bergaul dengan mereka dengan
baik
كُلٌّ بِحَسَبِ حَالِهِ
masing-masing sesuai dengan keadaannya
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadits ini, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda
«النَّاسُ مَعَادِنُ»
Manusia itu seperti tambang
أَيْ: أُصُولٌ مُخْتَلِفَةٌ مَا بَيْنَ
نَفِيسٍ وَخَسِيسٍ
yaitu asal-usul yang berbeda antara yang mulia dan yang hina
كَمَا أَنَّ الْمَعْدِنَ كَذَٰلِكَ
seperti halnya tambang itu
وَالْمَعَادِنُ جَمْعُ مَعْدِنٍ
Tambang adalah bentuk jamak dari kata 'ma'din'
وَهُوَ الشَّيْءُ الْمُسْتَقِرُّ فِي
الْأَرْضِ
yaitu sesuatu yang terdapat di dalam tanah
وَكُلُّ مَعْدِنٍ يَخْرُجُ مِنهُ مَا فِي
أَصْلِهِ
dan setiap tambang menghasilkan apa yang ada di dalam asalnya
وَكَذَا كُلُّ إِنْسَانٍ يَظْهَرُ مِنهُ مَا
فِي أَصْلِهِ مِنْ شَرَفٍ أَوْ خِسَّةٍ
begitu pula setiap manusia, yang tampak darinya adalah apa yang ada dalam
asalnya, apakah itu kemuliaan atau kehinaan
«خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ
فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا»
Orang-orang terbaik mereka pada masa jahiliyah adalah orang-orang terbaik
mereka pada masa Islam, jika mereka memahami
أَيْ: إِنَّ مَن كَانَ لَهُ أَصْلٌ شَرِيفٌ
فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَسْلَمَ
yaitu, seseorang yang memiliki asal-usul yang mulia di masa jahiliyah dan kemudian
masuk Islam
فَإِنَّهُ يَبْقَى عَلَى هَذَا الشَّرَفِ
إِذَا صَارَ فَقِيهًا فِي دِينِهِ
dia akan tetap memiliki kemuliaan ini jika ia menjadi seorang yang faqih
(berilmu) dalam agamanya
فَإِنَّ الْأَفْضَلَ مَنْ جَمَعَ بَيْنَ
الشَّرَفِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَالشَّرَفِ فِي الْإِسْلَامِ
sesungguhnya yang terbaik adalah orang yang menggabungkan antara kemuliaan pada
masa jahiliyah dan kemuliaan dalam Islam
ثُمَّ أَضَافَ إِلَى ذَٰلِكَ التَّفَقُّهَ فِي
الدِّينِ
kemudian menambahkan ilmu agama (tadabbur dan pemahaman)
وَالْجَاهِلِيَّةُ: فَتْرَةُ مَا قَبْلَ
الْإِسْلَامِ
Jahiliyah adalah periode sebelum datangnya Islam
سُمُّوا بِهِ لِكَثْرَةِ جَهَالاتِهِمْ
mereka dinamakan demikian karena banyaknya kebodohan mereka
وَأَخْبَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ «الْأَرْوَاحَ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ»
Dan Nabi صلى الله عليه وسلم memberitakan bahwa 'jiwa-jiwa itu adalah
tentara yang teratur'
أَيْ: جُمُوعٌ مُجْتَمِعَةٌ
yaitu kelompok-kelompok yang bersatu
أَوْ أَنْوَاعٌ مُخْتَلِفَةٌ
atau jenis-jenis yang berbeda
«فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا»
apa yang saling mengenal di antara mereka
بِأَنْ تَوَافَقَتْ فِي الْأَخْلَاقِ
وَالْصِّفَاتِ
yakni yang sepakat dalam akhlak dan sifat-sifat mereka
وَقَعَتْ بَيْنَهَا الْأُلفَةُ وَالْاِجْتِمَاعُ
فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
terjadilah rasa persaudaraan dan kesatuan di dunia ini
وَجَمَعَتْهَا الصُّحْبَةُ وَالْوُدُّ
dan mereka disatukan oleh persahabatan dan kasih sayang
وَأَعَانَتْ بَعْضَهَا عَلَى هُمُومِ
الدُّنْيَا
dan saling membantu dalam menghadapi masalah dunia
«وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا»
apa yang saling tidak mengenal di antara mereka
بِمَعْنَى: تَفَارَفَ فِي عَالَمِ
الْأَرْوَاحِ
yaitu tidak ada kecocokan di dunia jiwa
وَلَمْ يَتَشَابَهْ وَيَتَوَافَقْ
وَيَتَنَاسَبْ
tidak saling serasi, tidak cocok, dan tidak sesuai
«اِخْتَلَفَ» فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
terjadi perbedaan di dunia ini
وَإِنْ تَقَارَبَتْ جَسَدًا
meskipun tubuh mereka mendekat
فَالْاِئْتِلافُ وَالْاِخْتِلَافُ
لِلْأَرْوَاحِ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا مَرَدُّهُ إِلَى كُونِهَا مَجْبُولَةً عَلَى
صُوَرٍ مُخْتَلِفَةٍ وَشَوَاكِلَ مُتَبَايِنَةٍ قَدِيمًا فِي عَالَمِ الْأَرْوَاحِ
keserasian dan perbedaan jiwa di dunia ini disebabkan oleh kodrat jiwa yang
berbeda bentuk dan sifatnya sejak dahulu kala di dunia jiwa
فَكُلُّ مَا تَشَاكَلَ مِنْهَا وَتَشَابَهَ،
تَعَارَفَ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
Setiap jiwa yang saling memiliki kesamaan atau keserupaan, akan saling mengenal
di dunia ini
وَوَقَعَ بَيْنَهُ التَّآلُفُ
dan terjadi rasa akrab di antara mereka
وَكُلُّ مَا كَانَ فِي غَيْرِ ذَٰلِكَ فِي
عَالَمِ الْأَرْوَاحِ، تَنَاكَرَ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
sedangkan setiap jiwa yang berbeda dalam dunia jiwa, akan saling tidak mengenal
di dunia ini
فَالْمُرَادُ بِالتَّعَارُفِ مَا بَيْنَهَا
مِنَ التَّنَاسُبِ وَالتَّشَابُهِ
Yang dimaksud dengan saling mengenal adalah kesesuaian dan keserupaan antara
mereka
وَبِالتَّنَاكُرِ مَا بَيْنَهَا مِنَ
التَّبَايُنِ وَالتَّنَافُرِ
sedangkan saling tidak mengenal berarti perbedaan dan pertentangan antara
mereka
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ إِشَارَةً إِلَى
مَعْنَى التَّشَاكُلِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ
Dan bisa jadi ini menunjukkan tentang kesamaan dalam kebaikan dan keburukan
وَالصَّلاحِ وَالْفَسَادِ
serta dalam perbaikan dan kerusakan
وَأَنَّ الْخَيْرَ مِنَ النَّاسِ يَحِبُّ
شَكْلَهُ
bahwa orang-orang yang baik akan tertarik kepada orang yang baik seperti
dirinya
وَأَنَّ الشِّرِّيرَ يَمِيلُ إِلَى نَظِيرِهِ
dan orang-orang yang jahat cenderung kepada orang yang serupa dengan dirinya
فَتَعَارُفُ الْأَرْوَاحِ يَقَعُ بِحَسَبِ
الطِّبَاعِ الَّتِي جُبِلَتْ عَلَيْهَا مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ
Jiwa-jiwa saling mengenal sesuai dengan sifat-sifat yang mereka miliki dari
kebaikan atau keburukan
فَإِذَا اتَّفَقَتْ تَعَارَفَتْ، وَإِذَا
اخْتَلَفَتْ تَنَاكَرَتْ
Jika mereka cocok, mereka akan saling mengenal, dan jika mereka berbeda, mereka
akan saling tidak mengenal
وَفِي الْحَدِيثِ: فَضْلُ التَّقْوَى
وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالْفِقْهِ فِي الدِّينِ
Dan dalam hadits ini terdapat keutamaan dari ketakwaan, amal saleh, dan
pemahaman dalam agama
وَفِيهِ: أَنَّ طِيبَ النَّسَبِ مُعْتَبَرٌ
فِي رَفْعِ مَنزِلَةِ الرَّجُلِ إِذَا كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا فَقِيهًا
Dan juga dalam hadits ini, terdapat bahwa baiknya nasab (keturunan)
diperhitungkan dalam meningkatkan kedudukan seseorang jika ia seorang yang
beriman, bertakwa, dan faqih
وَفِيهِ: أنَّ الإِنسانَ إِذا وَجَدَ مِن
نَفسِه نُفرةً عنْ ذي فَضلٍ وصَلاحٍ، فَعليهِ أنْ يَبحَثَ عنِ المُقتضي لذلكَ؛
لِيَسعَى في إزالتِه، فيَتخلَّصَ مِنَ الوَصفِ المَذمومِ، وكَذا عَكسُه
Dan dalam hadits ini, sesungguhnya,
apabila seseorang mendapati dirinya merasa enggan atau tidak nyaman terhadap
orang yang memiliki keutamaan dan kebaikan, maka ia harus mencari penyebab dari
perasaan tersebut, agar ia dapat berusaha menghilangkannya dan membebaskan
dirinya dari sifat tercela itu. Demikian pula sebaliknya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/17600
Pelajaran dari Hadits ini
1. Pentingnya Mengetahui Asal-usul dan Karakter Manusia
Hadits ini menjelaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam asal-usul mereka, sebagaimana tambang mengeluarkan hasil sesuai dengan kandungannya. Ini mengajarkan kita bahwa setiap orang, baik dari latar belakang maupun sifat mereka, akan mencerminkan karakter mereka yang asli. Oleh karena itu, kita perlu memahami latar belakang dan karakter orang lain untuk dapat berinteraksi dengan baik.
2. Pentingnya Pemahaman dan Fiqh dalam Agama
Nabi صلى الله عليه وسلم mengajarkan bahwa orang yang memiliki dasar karakter yang baik pada masa jahiliyah (sebelum Islam) dan kemudian masuk Islam akan tetap membawa kualitas baik tersebut jika ia juga mendalami agama dan menjadi faqih. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang dalam tentang agama Islam agar kita bisa mengembangkan dan mempertahankan sifat-sifat baik kita.
3. Konsep Persahabatan dan Perbedaan dalam Dunia Jiwa
Hadits ini juga menyampaikan bahwa jiwa-jiwa manusia adalah tentara yang teratur. Jiwa yang saling mengenal adalah mereka yang memiliki kecocokan dalam sifat dan karakter, sedangkan yang saling tidak mengenal adalah jiwa yang tidak memiliki kecocokan. Hal ini mengingatkan kita tentang pentingnya kecocokan dan persahabatan dalam kehidupan sosial, serta mengajarkan bahwa meskipun fisik manusia dapat dekat, jiwa mereka mungkin tidak saling mengenal atau cocok.
4. Konsep Kesesuaian Jiwa (Taaruf) dan Ketidakcocokan Jiwa (Tanakuro)
Taaruf (salin mengenal) terjadi antara jiwa-jiwa yang memiliki sifat dan kecocokan yang sama, sedangkan tanakuro (salin tidak mengenal) terjadi antara jiwa-jiwa yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa hubungan manusia tidak hanya didasarkan pada interaksi fisik atau sosial semata, tetapi juga pada kesamaan karakter dan jiwa.
5. Jiwa yang Mencintai Kebaikan atau Keburukan
Salah satu pelajaran penting adalah bahwa orang yang baik secara jiwa dan perilaku cenderung merasa nyaman dengan orang yang serupa dengannya, sementara orang yang buruk cenderung lebih tertarik kepada orang yang serupa dengan mereka. Ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan, karena jiwa kita akan cenderung mengikuti karakter orang yang ada di sekitar kita.
6. Keserasian Jiwa di Dunia Ini dan Dunia yang Lebih Abadi
Taaruf dan tanakuro bukan hanya berlaku di dunia ini tetapi juga memiliki dampak spiritual di akhirat. Keberhasilan dalam memilih teman yang baik akan membawa kita kepada kebaikan, dan ketidakcocokan dengan orang yang buruk bisa mengarah kepada kerugian.
7. Kehati-hatian dalam Memilih Teman dan Lingkungan
Hadits ini memberi pelajaran tentang pentingnya memilih teman dan lingkungan yang mendukung perkembangan spiritual dan moral kita. Jika kita merasa ada ketidaksesuaian dengan orang yang memiliki akhlak baik dan perilaku terpuji, kita harus mencari tahu alasan di balik perasaan tersebut dan berusaha memperbaikinya.
8. Keutamaan Ketakwaan, Amal Saleh, dan Ilmu dalam Agama
Salah satu pelajaran utama dari hadits ini adalah pentingnya memiliki ketakwaan, amal saleh, dan pemahaman agama yang baik. Ini menunjukkan bahwa kebaikan dalam agama sangat dihargai, lebih dari sekadar asal-usul atau status sosial seseorang.
9. Pentingnya Keikhlasan dalam Memilih dan Bergaul dengan Orang Lain
Keikhlasan dalam berinteraksi dan memilih teman sangat penting dalam Islam. Bergaul dengan orang yang baik dan berilmu akan membawa dampak positif pada kehidupan kita, sedangkan bergaul dengan orang yang buruk dapat membawa pengaruh negatif. Maka, bergaul dengan orang yang benar-benar bisa memberikan pengaruh baik bagi kita adalah bagian dari usaha memperbaiki diri.
10. Mencari Peningkatan dalam Ilmu Agama
Hadits ini mengingatkan kita bahwa meskipun seseorang berasal dari latar belakang yang mulia, ilmu agama tetap harus dipelajari untuk menjaga kesucian jiwa dan mendalami kebenaran. Ini menjadi pengingat untuk selalu menambah ilmu agama dan memahami prinsip-prinsip Islam.
Kesimpulan
Hadits ini mengajarkan kita banyak pelajaran tentang hubungan antar manusia, pentingnya mengenali sifat dan karakter orang lain, serta bagaimana kita harus bijaksana dalam memilih teman dan lingkungan. Dengan memahami prinsip-prinsip agama yang benar, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan sosial dan pribadi, baik di dunia ini maupun di akhirat.
---- Penutup ----
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa hubungan antar manusia tidak hanya terbangun dari interaksi fisik atau kebiasaan sehari-hari, tetapi juga melibatkan keserasian jiwa. Jiwa yang saling mengenal akan cenderung harmonis, sedangkan jiwa yang berbeda sifat atau nilai bisa saja sulit untuk bersatu.
Hadirin sekalian,
Dari hadits ini, kita akan mempelajari beberapa pelajaran penting. Di antaranya, bagaimana kita memahami hikmah di balik kecocokan atau ketidakharmonisan dengan orang lain, serta bagaimana membangun hubungan yang baik meskipun mungkin ada perbedaan. Semoga kajian ini membantu kita untuk lebih bijak dalam memahami dan menjaga hubungan dengan sesama, sehingga kehidupan kita semakin dipenuhi dengan keberkahan dan kedamaian.
Semoga Allah memudahkan kita untuk memetik manfaat dari kajian ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.