Hadits: Umur Umatku Antara 60 dan 70 Tahun
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya kehidupan yang hakiki. Semoga kita senantiasa mendapatkan syafa’at beliau di hari kiamat kelak.
Latar Belakang Permasalahan:
Saudaraku yang dirahmati Allah, kehidupan dunia yang kita jalani kini semakin kompleks dan penuh dengan tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh umat Islam adalah kecenderungan untuk terlalu terikat dengan dunia ini. Kita hidup di tengah masyarakat yang sering kali dikuasai oleh ambisi duniawi, seperti keinginan untuk memperoleh kekayaan, jabatan, dan pengakuan sosial. Kondisi ini membuat banyak di antara kita terlena dan mengabaikan tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat yang kekal.
Dunia ini sering kali mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang lebih penting, seperti ibadah, amal jariyah, dan persiapan menghadapi kehidupan setelah mati. Hal inilah yang menjadi latar belakang kenapa kita harus mempelajari lebih dalam tentang hadis yang berkaitan dengan umur umat Nabi Muhammad SAW, yang mengingatkan kita akan keterbatasan waktu yang kita miliki di dunia ini.
Urgensi Hadis Ini:
Hadis yang kita bahas pada kajian ini menyatakan bahwa "A’maru ummati ma bayna as-sittiin ila as-sab’iin," yaitu umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Hadis ini memberi kita pemahaman yang sangat penting, yaitu bahwa umur kita di dunia ini sangat terbatas. Bahkan, Nabi SAW sendiri mengingatkan kita bahwa sangat sedikit di antara umat ini yang mencapai usia lebih dari tujuh puluh tahun.
Mengapa ini penting untuk kita pelajari? Karena kehidupan dunia yang singkat ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Allah SWT telah memberikan kita waktu yang terbatas, dan kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Maka, setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan yang sangat berharga untuk melakukan amal saleh, memperbaiki diri, dan memperbanyak ibadah. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, baik itu harta, jabatan, ataupun kenikmatan, adalah sementara. Yang kekal adalah kehidupan di akhirat, yang hanya dapat kita raih dengan bekal amal perbuatan kita selama hidup di dunia.
Kajian ini sangat penting, karena dapat membantu kita untuk mengingatkan diri sendiri dan sesama tentang betapa singkatnya waktu hidup ini. Kita diajak untuk mengurangi keterikatan dengan dunia dan lebih fokus pada akhirat, tempat yang sejati dan abadi. Dengan memahami hadits ini, kita dapat lebih bijak dalam mengelola waktu, memilih prioritas dalam hidup, dan berusaha untuk selalu berada di jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Maka, melalui kajian ini, kita akan belajar bersama untuk lebih memahami makna dari hadis tersebut dan bagaimana kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga setelah kajian ini, kita semua dapat lebih menyadari betapa pentingnya mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal dan tidak tertipu dengan kehidupan dunia yang sementara.
Semoga Allah SWT memberikan kemudahan bagi kita semua dalam memahami dan mengamalkan apa yang kita pelajari. Aamiin.
Bismillah, mari kita mulai kajian ini dengan penuh rasa syukur dan harapan kepada Allah SWT.
------
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا
بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
"Umur umatku antara enam puluh hingga
tujuh puluh tahun, dan yang paling sedikit di antara mereka adalah yang
mencapai umur itu."
HR.
Tirmidzi (3550), dan Ibn Majah (4236)
Arti
dan Penjelasan Per Kalimat
أَعْمَارُ أُمَّتي
Umur umatku
Perkataan ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ sedang membicarakan rentang usia manusia yang termasuk dalam
umat beliau. Kata aʿmār (أَعْمَارُ) adalah bentuk jamak
dari ʿumr (عُمْرٌ) yang berarti umur atau usia hidup.
Sedangkan ummatī
(أُمَّتي)
berarti "umatku", yaitu umat Nabi Muhammad ﷺ, yang mencakup seluruh pengikut beliau dari masa beliau diutus
hingga hari kiamat.
Penekanan dalam
perkataan ini menunjukkan perhatian Nabi ﷺ terhadap keadaan umatnya, termasuk aspek kehidupan dunia
seperti umur.
ما بَينَ السِّتِّينَ إلى السَّبعينَ
antara enam puluh hingga tujuh puluh
Perkataan ini memberikan rincian tentang rentang umur
mayoritas umat Nabi Muhammad ﷺ. Perkataan ini mengandung makna bahwa
secara umum, batas usia hidup umat Islam berada di antara angka 60 sampai 70
tahun.
Ini menunjukkan bahwa usia tersebut adalah usia rata-rata
yang diberikan oleh Allah kepada umat ini, yang lebih pendek dibandingkan usia
umat-umat sebelumnya.
Ini
mengisyaratkan pentingnya manajemen waktu dan sumber daya sejak dini, mengingat
terbatasnya masa hidup untuk meraih keberkahan dunia dan akhirat.
وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
dan hanya sedikit dari mereka yang melewati itu
Perkataan ini menunjukkan bahwa meskipun ada yang mencapai
usia di atas 70 tahun, jumlahnya sedikit.
Kata yajuuzu (يَجُوزُ) berarti “melewati”
atau “melampaui”, dan dzalik
(ذَلِكَ) merujuk pada batas atas umur yaitu tujuh puluh tahun. Artinya,
yang bisa hidup lebih lama dari itu adalah pengecualian.
Hal ini
mendorong manusia untuk memanfaatkan umur secara optimal dalam kebaikan,
termasuk mengatur harta, zakat, sedekah, dan warisan dengan baik sebelum ajal
menjemput.
Syarah Hadits
عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يَفْتَعِدَ عَنْ
الْحِرْصِ وَطُولِ الْأَمَلِ اللَّذَيْنِ يَشْغَلَانِ الإِنسَانَ بِالدُّنْيَا
عَنْ الْآخِرَةِ
Seorang Muslim harus menjauhkan diri dari keserakahan dan panjang angan-angan
yang membuat manusia sibuk dengan dunia dan melupakan akhirat.
وَذَلِكَ لِقِلَّةِ عُمْرِ تِلْكَ الْأُمَّةِ
عَمَّن سَبَقَهَا مِنَ الْأُمَمِ السَّابِقَةِ
Dan itu disebabkan oleh sedikitnya umur umat tersebut dibandingkan dengan
umat-umat sebelumnya.
كَمَا يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا
Seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW dalam hal ini.
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ
إِلَى السَّبْعِينَ
Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun.
أَيْ: إِنَّ آجَالَ أَغْلَبِهِمْ تَنْتَهِي
إِلَى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ عَامًا إِلَى السَّبْعِينَ عَامًا
Artinya: Sesungguhnya usia sebagian besar mereka berakhir antara enam puluh
tahun hingga tujuh puluh tahun.
وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يُجَوِّزُ ذَلِكَ
Dan yang paling sedikit di antara mereka adalah yang melebihi umur tersebut.
أَيْ: يَتَجَاوَزُ السَّبْعِينَ فَمَا فَوْقَ
حَتَّى يَتَعَدَّى مِئَةَ عَامٍ
Artinya: Melewati tujuh puluh tahun atau lebih, bahkan mencapai lebih dari
seratus tahun.
وَهَذَا حُكْمٌ بِالنَّظَرِ إِلَى مَجْمُوعِ
أَفْرَادِ الْأُمَّةِ
Ini adalah ketentuan yang dilihat dari segi jumlah individu umat.
دُونَ أَشْخَاصٍ بِأَعْيَانِهِمْ
Tidak merujuk pada individu tertentu.
لِأَنَّ فِي الْأُمَّةِ مَن لَا يَبلُغُ
أَحَدَ الْحَدَّينِ
Karena di dalam umat ini ada yang tidak mencapai kedua batasan umur tersebut.
وَمِنْهَا مَن يُجَاوِزُ ذَلِكَ
Dan ada juga yang melebihi umur tersebut.
وَلِذَا وَرَدَ أَنَّهُ قَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ
مَن بَلَغَ هَذِهِ السِّنَّ
Oleh karena itu, datang riwayat bahwa Allah telah memberikan alasan bagi orang
yang mencapai usia ini.
أَيْ: أَقَامَ الْعُذْرَ فِي تَطْوِيلِ
الْعُمُرِ
Artinya: Memberikan alasan dalam hal perpanjangan umur.
وَأَبَانَهُ لَهُ
Dan menjelaskannya kepadanya.
فَلَمْ يَبْقَ لَهُ عُذْرٌ وَلَا حُجَّةٌ
Sehingga tidak ada alasan atau hujah bagi dirinya.
لِأَنَّهُ اقْتَرَبَ مِنَ الْمَوْتِ
Karena dia telah mendekati kematian.
وَرُوِيَ أَنَّ هَذِهِ السِّنَّ هِيَ
الْمُرَادَ مِنْ قَوْلِهِ: {أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ
تَذَكَّرَ} Dan diriwayatkan bahwa usia ini adalah yang dimaksud dalam
firman-Nya: {Apakah Kami tidak memberi kamu umur panjang sehingga kamu bisa
mengambil pelajaran dari orang yang mengambil pelajaran?} (QS. Fathir: 37)
وَفَائِدَةُ الإِخْبَارِ بِهَذَا حَثُّ مَن
بَلَغَ إِلَيْهَا أَنْ يَتَزَوَّدَ لِلْمَعَادِ وَالآخِرَةِ
Dan manfaat dari pemberitahuan ini adalah untuk mendorong orang yang mencapai
usia tersebut agar mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati dan
kehidupan akhirat.
وَيَتَخَفَّفَ مِن مُّرَادَاتِ الدُّنْيَا
Dan untuk mengurangi keinginan terhadap dunia.
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/110759
Pelajaran dari Hadits ini
Hadis yang menyebutkan tentang umur umat Nabi Muhammad SAW, yaitu "أعمارُ أمتي ما بينَ الستِّينَ إلى السبعين" dan penjelasan terkaitnya memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat diambil, baik dari segi agama, sosial, maupun kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari hadis tersebut:
1. Umur Umat Nabi Muhammad ﷺ Adalah Terbatas
Dalam perkataan أَعمارُ أُمَّتي (umur umatku), Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa usia umat beliau memiliki batas tertentu yang telah digariskan oleh Allah. Ini merupakan isyarat penting bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan setiap manusia memiliki batas waktu yang tidak bisa dilampaui tanpa izin Allah. Umat ini tidak seperti umat-umat terdahulu yang berumur panjang seperti kaum Nabi Nuh. Maka, kesadaran akan keterbatasan umur seharusnya mendorong seseorang untuk mengisi hidupnya dengan amal saleh. Hidup ini bukan sia-sia tanpa pertanggungjawaban umur. Allah berfirman dalam QS. Al-Mu’minun: 115:أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
(Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian secara main-main dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?)
2. Rentang Usia Mayoritas Umat Nabi Muhammad ﷺ
Perkataan ما بَينَ السِّتِّينَ إلى السَّبعينَ (antara enam puluh hingga tujuh puluh) menandakan bahwa umur mayoritas umat Islam berkisar dalam waktu tersebut. Hal ini mengandung isyarat bahwa masa produktif umat ini sangat pendek jika dibandingkan dengan umat terdahulu, sehingga perlu adanya pengelolaan waktu yang cermat. Dalam pandangan syariah, hal ini mendorong optimalisasi usia untuk kebaikan dunia dan akhirat, seperti belajar, berdakwah, bekerja halal, dan menunaikan kewajiban agama. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat al-Bukhari:3. Sedikit yang Melewati Batas Umur Itu
Dalam perkataan وأقلُّهم من يجوزُ ذلكَ (dan hanya sedikit dari mereka yang melewati itu), dijelaskan bahwa jumlah orang yang hidup lebih dari 70 tahun sangat sedikit. Ini menjadi peringatan agar umat Islam tidak menggantungkan hidup pada usia panjang, melainkan bersiap dengan bekal amal sebelum waktu habis. Kesempatan hidup yang lebih panjang adalah ujian tambahan yang akan dipertanggungjawabkan. Dalam QS. Al-Munafiqun: 10, Allah menggambarkan penyesalan orang yang meminta ditangguhkan kematiannya:4. Pentingnya Manajemen Waktu dan Perencanaan Amal
Meskipun tidak disebut secara langsung dalam hadits, kandungan maknanya mengajarkan urgensi dalam mengelola umur yang pendek untuk menunaikan kewajiban hidup. Ini termasuk bekerja untuk nafkah halal, melaksanakan ibadah, dan menunaikan hak orang lain seperti zakat dan warisan. Dalam QS. Al-‘Asr:Ayat ini menguatkan pesan hadits bahwa waktu adalah aset utama umat Islam.
5. Prioritaskan Amal Saleh Sebelum Terlambat
Hadits ini mengandung pelajaran bahwa karena umur umat Islam tergolong pendek, maka perlu memprioritaskan amal-amal penting terlebih dahulu. Menunda amal hanya akan membawa penyesalan, terutama jika ajal datang secara tiba-tiba. Nabi ﷺ bersabda:6. Usia Senja Bukan Alasan untuk Pasif
Bagi yang mencapai usia lebih dari tujuh puluh, itu bukan berarti waktu untuk beristirahat dari amal, melainkan peluang untuk memperbanyak ibadah dan memperbaiki kekurangan masa lalu. Dalam QS. Fathir: 37 Allah menyebutkan penyesalan orang-orang di neraka:
7. Nilai Keberkahan Lebih Utama daripada Panjang Umur
Hadits ini juga mengajarkan bahwa bukan panjang umur yang menjadi tolok ukur utama keberhasilan hidup, tetapi keberkahan umur. Umur yang pendek namun penuh amal jauh lebih berharga daripada umur panjang yang diisi dengan kelalaian. Nabi ﷺ bersabda:Penutup
Kajian
Hadirin sekalian,
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk bersama-sama dalam kajian yang penuh berkah ini. Semoga setiap kata yang kita pelajari dan setiap ilmu yang kita dapatkan menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahala bagi kita, hingga hari kiamat. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita menuju kehidupan yang penuh petunjuk dan kebaikan.
Saudaraku yang dirahmati Allah, dari hadits yang telah kita pelajari, kita dapat menarik beberapa faedah yang sangat penting dalam kehidupan kita:
Kesadaran akan Keterbatasan Waktu: Hadis ini mengingatkan kita bahwa usia kita di dunia ini sangat terbatas. Kita tidak tahu sampai kapan kita akan hidup, tetapi yang jelas, hidup kita tidak akan berlangsung selamanya. Oleh karena itu, setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan yang sangat berharga untuk memperbanyak amal ibadah dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pentingnya Fokus pada Akhirat: Dunia ini hanyalah sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Hadis ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu terikat dengan kenikmatan dunia, tetapi lebih memprioritaskan bekal untuk kehidupan setelah mati. Dengan demikian, kita harus bijak dalam menyikapi setiap kesenangan duniawi dan selalu mengingat bahwa kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan yang abadi di akhirat.
Mengurangi Keterikatan dengan Dunia: Kita diajak untuk mengurangi kecenderungan kita terhadap dunia dan memperbanyak persiapan untuk akhirat. Kecintaan berlebihan terhadap dunia bisa menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mendapatkan keridhaan Allah SWT dan keselamatan di akhirat.
Saudaraku yang mulia, semoga setelah kajian ini kita semua semakin menyadari betapa pentingnya mengamalkan pesan dari hadis ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Beberapa harapan yang dapat kita terapkan adalah:
Menggunakan Waktu dengan Bijak: Mari kita manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya untuk beribadah, menuntut ilmu, dan berbuat baik kepada sesama. Setiap waktu yang terlewatkan tanpa amal kebaikan akan menjadi penyesalan di hari kiamat.
Memprioritaskan Akhirat di Setiap Langkah: Semoga kita dapat selalu memprioritaskan akhirat dalam setiap langkah hidup kita. Apapun yang kita lakukan di dunia ini, mari kita niatkan untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan sebagai bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat.
Berusaha Menjadi Pribadi yang Zuhud terhadap Dunia: Kita berharap agar kita bisa menjadi pribadi yang tidak terlalu tergoda dengan kenikmatan duniawi. Dengan cara ini, kita akan selalu menjaga hati agar tidak terjerat oleh hawa nafsu yang dapat menyesatkan kita dari jalan yang benar.
Penutupan:
Saudaraku, mari kita jadikan pembelajaran ini sebagai pijakan untuk memperbaiki diri dan mengingatkan diri kita akan tujuan hidup yang sesungguhnya. Semoga setiap langkah yang kita ambil semakin dekat kepada Allah SWT dan semakin jauh dari godaan dunia yang sementara.
Mari kita berdoa agar Allah SWT memberikan kita taufik dan hidayah-Nya, serta kekuatan untuk terus berusaha memperbaiki diri, mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati, dan selalu mengingat bahwa dunia ini hanya tempat sementara. Semoga kita semua mendapatkan kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Dengan ini, saya mengakhiri kajian kita pada hari ini. Semoga Allah SWT memberikan kita keberkahan dalam ilmu dan amal kita. Kita tutup dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.