Sirah Nabawiyah (13): Terhentinya Wahyu kepada Nabi ﷺ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan masyarakat Islam, sering kali kita menghadapi berbagai tantangan terkait dengan pemahaman wahyu Allah dan bagaimana wahyu tersebut diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Salah satu peristiwa penting yang sering menjadi bahan kajian adalah terhentinya wahyu untuk sementara waktu setelah wahyu pertama diturunkan. Peristiwa ini bukan hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga mengandung pelajaran mendalam yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Sebagian besar umat Islam mungkin tidak sepenuhnya memahami makna di balik terhentinya wahyu dan bagaimana hal ini berpengaruh terhadap kehidupan Nabi Muhammad ﷺ serta umat Islam pada waktu itu.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan dunia yang semakin sibuk dan penuh tantangan, banyak individu yang mungkin merasa kehilangan arah atau merasa Allah menjauh dari mereka. Seperti yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ, ada saat-saat ketika wahyu terhenti, yang menciptakan rasa rindu dan kekosongan yang mendalam dalam diri beliau.
Ketika wahyu pertama kali turun, umat Islam merasa mendapatkan petunjuk hidup yang jelas dan pasti. Namun, ketika wahyu terhenti, meskipun hanya untuk waktu yang singkat, Nabi Muhammad ﷺ merasakan kegelisahan dan kesedihan yang dalam. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang relevan bagi umat Islam, yang mungkin juga menghadapi masa-masa kegelisahan dan keraguan dalam hidup mereka.
Dalam konteks masyarakat modern, banyak individu yang merasa terjebak dalam rutinitas dan hiruk-pikuk duniawi, dan merasa jauh dari petunjuk Allah. Mereka merasa seperti terhentinya wahyu dalam hidup mereka, yang membuat mereka cemas, bingung, dan tidak tahu arah. Perasaan ini mirip dengan apa yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ selama periode terhentinya wahyu, yang menimbulkan kecemasan dalam hati beliau. Oleh karena itu, mengkaji lebih dalam tentang terhentinya wahyu yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ tidak hanya memberikan wawasan sejarah, tetapi juga membuka pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana menghadapi masa-masa kesulitan dan kebingungan dalam hidup.
Urgensi Kajian Sirah Nabi Muhammad ﷺ tentang Terhentinya Wahyu
Kajian ini sangat relevan dan penting karena dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang proses wahyu dan bagaimana Nabi Muhammad ﷺ menghadapinya. Ketika wahyu terhenti, beliau merasakan kesedihan yang mendalam, namun Allah menurunkan Surah Adh-Duha sebagai penenang hati dan pengingat bahwa Allah tidak akan meninggalkan beliau. Proses ini menunjukkan kepada kita bahwa setiap kesulitan dan kebingungan dalam hidup adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar dan bahwa Allah selalu memberikan petunjuk-Nya pada waktu yang tepat.
Dengan memahami bagaimana Nabi Muhammad ﷺ menghadapi terhentinya wahyu dan bagaimana beliau terus berjuang meskipun merasa kesepian, kita dapat belajar untuk menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Ketika kita merasa jauh dari petunjuk Allah atau seolah wahyu-Nya terhenti dalam kehidupan kita, kita diajarkan untuk tetap bersabar, berusaha, dan yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Melalui kajian ini, kita akan memahami lebih dalam bagaimana Allah memberikan wahyu dan petunjuk-Nya, baik dalam bentuk yang jelas maupun yang tersembunyi.
Lebih jauh lagi, kajian ini mengajarkan kepada kita tentang kepatuhan dan ketabahan dalam menerima wahyu, dan bagaimana kita seharusnya tidak mudah menyerah dalam menghadapi ujian hidup. Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah menyerah ketika wahyu terhenti, dan ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Islam meskipun menghadapi kesulitan atau kebingungan.
Tujuan Kajian
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menggali dan memahami lebih dalam peristiwa terhentinya wahyu yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ, serta untuk menelaah pelajaran-pelajaran yang dapat kita ambil dari pengalaman tersebut. Kami akan menganalisis bagaimana wahyu berhenti sementara waktu, bagaimana Nabi Muhammad ﷺ menghadapinya dengan sabar, dan bagaimana akhirnya wahyu kembali turun sebagai penenang hati beliau. Kajian ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman kita tentang hubungan kita dengan wahyu dan bagaimana kita dapat menjaga keimanan dan ketabahan kita di tengah-tengah ujian hidup yang datang silih berganti.
Dengan memahami konteks terhentinya wahyu ini, kita diharapkan dapat lebih sabar dan kuat dalam menghadapi tantangan hidup yang penuh ujian, dan selalu percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita.
Terhentinya
Wahyu
فُتُورُ الوَحْيِ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
العامُّ الهِجْرِيُّ: ١٣ ق هـ الشَّهْرُ القَمَرِيُّ: شَوَّالُ العامُ
المِيلَادِيُّ: ٦١٠
تَفَاصِيلُ الحَدَثِ:
Terhentinya wahyu
kepada Rasulullah ﷺ.
Tahun Hijriyah: 13 SM, Bulan Qamari: Syawal, Tahun Masehi: 610
Detail peristiwa:
فَتَرَ الوَحْيُ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتْرَةً مِنَ الزَّمَنِ،
حَتَّى شَقَّ ذَٰلِكَ عَلَيْهِ فَأَحْزَنَهُ،
Wahyu terhenti dari Rasulullah ﷺ untuk beberapa waktu,
hingga hal itu sangat berat dan menyedihkan baginya.
فَجَاءَهُ جِبْرِيلُ
بِسُورَةِ الضُّحَى يُقْسِمُ لَهُ رَبُّهُ - وَهُوَ الَّذِي أَكْرَمَهُ بِمَا
أَكْرَمَهُ بِهِ - مَا وَدَعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ.
Kemudian, Jibril datang membawa surat Ad-Duha, di mana
Tuhan-Nya bersumpah untuk memberitahukan kepadanya bahwa Dia tidak meninggalkan
dan tidak membencinya.
فَقَدْ رَوَىٰ
البُخَارِيُّ فِي صَحِيحِهِ مِنْ حَدِيثِ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: احْتَبَسَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahih-nya dari hadis Jundub bin Abdullah RA,
yang berkata: "Jibril menahan diri untuk datang kepada Nabi ﷺ,
فَقَالَتِ امْرَأَةٌ
مِنْ قُرَيْشٍ - وَهِيَ أُمُّ جَمِيلٍ أَرْوَىٰ بِنْتُ حَرْبٍ أُخْتُ أَبِي
سُفْيَانَ وَزَوْجُ أَبِي لَهَبٍ -: أَبْطَأَ عَلَيْهِ شَيْطَانُهُ
kemudian seorang
wanita dari Quraisy—yakni Ummu Jamil, Arwah binti Harb, saudari Abu Sufyan dan
istri Abu Lahab—berkata: 'Setan menahan dirinya terhadapnya.'
، فَنَزَلَتْ: وَالضُّحَىٰ
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ، مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
Maka turunlah
ayat: {Demi waktu duha, dan demi malam apabila ia sunyi, Tuhanmu tidak
meninggalkanmu dan tidak membencimu.}"
Sumber: https://dorar.net/history/event/13
Pelajaran
dari Kajian Sirah Ini
Peristiwa Futur Wahyu mengajarkan kita banyak nilai penting dalam kehidupan, seperti kesabaran dalam menghadapi ujian, kepercayaan penuh kepada pertolongan Allah, keteguhan dalam menjalankan tugas, serta pentingnya Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup. Kita juga diajarkan bahwa setiap kesulitan yang datang pasti ada hikmah dan jalan keluar yang lebih baik yang sudah disiapkan oleh Allah.
Pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa "Futur wahyu", yaitu:
1. Ujian dan Kesabaran dalam Dakwah
-
Peristiwa terhentinya wahyu yang berlangsung beberapa waktu menunjukkan bahwa dakwah Nabi SAW tidaklah selalu lancar dan mudah. Bahkan, beliau diuji dengan waktu-waktu ketika wahyu berhenti, yang tentu bisa menimbulkan perasaan bingung dan berat hati. Namun, meskipun dalam masa-masa sulit ini, Rasulullah SAW tetap sabar dan terus berusaha menjalankan tugasnya dengan penuh ketekunan.
-
Pelajaran: Dakwah Islam tidak selalu melalui jalan yang mudah. Terkadang seorang da'i atau pembawa kebenaran harus menghadapi ujian dan masa-masa kesulitan yang menguji kesabaran dan keteguhan hatinya.
2. Keutamaan Keteguhan dalam Menjalani Tugas
-
Rasulullah SAW adalah contoh sempurna dalam menghadapi ujian. Meskipun wahyu berhenti, beliau tetap menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah dengan sabar, meskipun dengan kesedihan dan kebingungan yang beliau rasakan.
-
Pelajaran: Keteguhan dalam menjalankan tugas dan amanah dari Allah meskipun menghadapi berbagai ujian adalah nilai yang harus dijadikan teladan. Kita diajarkan untuk tetap bertahan dalam kebenaran, apapun situasi yang kita hadapi.
3. Pentingnya Dukungan dari Allah
-
Dalam peristiwa ini, Allah mengutus Jibril untuk memberikan kabar gembira kepada Rasulullah SAW melalui surat Ad-Duha. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan atau membenci Nabi-Nya, meskipun ada masa-masa sulit. Hal ini menunjukkan bahwa Allah selalu hadir untuk memberikan dukungan kepada hamba-Nya, meskipun kadang ujian itu datang untuk menguji kesabaran mereka.
-
Pelajaran: Dukungan Allah itu selalu ada, bahkan ketika tampaknya Allah sedang menguji kita dengan keterlambatan atau kesulitan. Kita perlu selalu ingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, dan Dia selalu memberi jalan keluar yang lebih baik setelah ujian.
4. Waktu yang Tepat untuk Memberikan Hikmah
-
Allah SWT memilih waktu yang tepat untuk menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW melalui Jibril. Surat Ad-Duha bukan hanya sebagai jawaban atas kekhawatiran Nabi, tetapi juga sebagai penghiburan dan peneguhan bagi beliau. Ini menunjukkan bahwa Allah lebih mengetahui kapan waktu yang tepat bagi hamba-Nya untuk menerima petunjuk-Nya.
-
Pelajaran: Seringkali kita merasa tergesa-gesa atau ingin semuanya segera terjawab. Namun, kita harus belajar untuk percaya bahwa Allah mengetahui waktu yang terbaik untuk memberikan bantuan dan petunjuk-Nya.
5. Peran Lingkungan dan Ucapan Orang Sekitar
-
Dalam peristiwa ini, disebutkan bahwa ada orang dari Quraisy yang menyebarkan pandangan negatif tentang keterlambatan wahyu kepada Rasulullah SAW. Meskipun demikian, Allah membantah pandangan tersebut dengan wahyu yang turun.
-
Pelajaran: Kita harus berhati-hati dengan pengaruh lingkungan sekitar, terutama yang dapat memengaruhi pandangan dan perasaan kita. Namun, kita juga diajarkan bahwa pandangan Allah adalah yang paling utama, dan kadang-kadang kritik atau cercaan dari luar hanyalah bagian dari ujian yang menguatkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
6. Pentingnya Al-Qur'an sebagai Penghibur dan Penenang
-
Surat Ad-Duha yang diturunkan kepada Rasulullah SAW mengandung penghiburan dan peneguhan yang besar. Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Nabi-Nya, dan bahwa waktu-waktu yang sulit akan digantikan dengan yang lebih baik.
-
Pelajaran: Al-Qur'an adalah sumber penenang dan penghibur bagi hati yang sedang gundah. Di dalamnya terdapat janji-janji Allah yang memberikan harapan dan kekuatan dalam menghadapi segala ujian hidup.
7. Ketegasan dalam Menanggapi Fitnah dan Kekhawatiran
-
Ketika ada orang-orang yang berusaha menyebarkan fitnah atau kebingungan terkait keterlambatan wahyu, Allah membantahnya dengan wahyu-Nya yang turun melalui Jibril. Ini menunjukkan bahwa segala fitnah atau keraguan yang datang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan, karena Allah selalu memberikan jawaban yang benar.
-
Pelajaran: Kita diajarkan untuk tidak terpengaruh oleh fitnah atau kabar yang tidak jelas, dan selalu berpegang pada kebenaran yang datang dari Allah dan rasul-Nya.
8. Wahyu sebagai Petunjuk Hidup yang Tidak Pernah Salah
-
Peristiwa terhentinya wahyu untuk sementara waktu menunjukkan bahwa wahyu dari Allah adalah petunjuk hidup yang tidak pernah salah. Ketika wahyu berhenti, umat Islam mungkin merasa kehilangan arah, namun mereka diajarkan bahwa wahyu yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya adalah yang terbaik. Ketika wahyu itu kembali, ia menguatkan hati dan memberikan arah yang jelas.
-
Pelajaran: Wahyu dan petunjuk dari Allah adalah sumber utama yang tidak pernah keliru dalam memberikan arah kehidupan. Dalam menghadapi keraguan atau kebingungan, kita harus kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk yang paling benar.
9. Pentingnya Pengingat (Zikir) di Tengah Kesulitan
-
Rasulullah SAW menerima wahyu melalui Jibril yang berisi surat Ad-Duha untuk mengingatkan beliau bahwa Allah selalu ada bersama-Nya. Surat ini menjadi pengingat bagi Rasulullah SAW bahwa meskipun ada masa-masa sulit, Allah tidak pernah meninggalkan-Nya.
-
Pelajaran: Di tengah kesulitan, penting untuk selalu mengingat Allah, bersyukur, dan berzikir. Pengingat dalam bentuk doa dan dzikir dapat menenangkan hati dan memberikan ketenangan batin dalam menghadapi cobaan hidup.
10. Rasa Cemas yang Wajar dan Perlunya Peneguhan dari Allah
-
Rasulullah SAW mengalami perasaan cemas dan khawatir saat wahyu terhenti, namun Allah SWT segera menurunkan wahyu-Nya untuk meneguhkan hati beliau. Hal ini mengajarkan kita bahwa perasaan cemas atau khawatir dalam menghadapi ujian adalah hal yang wajar, namun yang lebih penting adalah bagaimana kita mendapatkan peneguhan dan ketenangan dari Allah.
-
Pelajaran: Perasaan cemas dan khawatir adalah bagian dari kemanusiaan, tetapi kita perlu mencari ketenangan melalui doa, zikir, dan percaya bahwa Allah akan memberikan peneguhan saat kita membutuhkannya.
11. Keutamaan Surat Ad-Duha sebagai Doa dan Penghiburan
-
Surat Ad-Duha yang turun sebagai respons terhadap ketidakpastian yang dirasakan oleh Rasulullah SAW menjadi doa yang penuh dengan penghiburan dan peneguhan. Ayat ini bukan hanya relevan pada waktu itu, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi umat Islam sepanjang zaman.
-
Pelajaran: Surat Ad-Duha mengajarkan kita untuk selalu mencari penghiburan dalam doa dan wahyu Allah, terutama saat kita merasa kehilangan arah atau dalam keadaan tertekan. Ayat ini menunjukkan kasih sayang dan perhatian Allah yang tidak pernah putus kepada hamba-Nya.
12. Pentingnya Kesabaran dalam Menghadapi Pengaruh Negatif dari Lingkungan
-
Kehadiran orang-orang seperti Ummu Jamil yang menyebarkan anggapan bahwa Nabi SAW ditinggalkan oleh Allah menunjukkan betapa lingkungan sekitar bisa mempengaruhi cara pandang kita. Meski begitu, wahyu yang turun dari Allah menegaskan bahwa Nabi SAW tidak pernah ditinggalkan. Ini menunjukkan pentingnya menjaga hati dari pengaruh negatif yang bisa merusak keyakinan dan semangat kita.
-
Pelajaran: Kita harus berhati-hati dalam menerima pendapat atau pandangan orang lain, terutama yang tidak sesuai dengan prinsip agama kita. Lingkungan atau orang-orang sekitar bisa memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif, sehingga kita perlu menjaga diri dengan berpegang pada kebenaran yang datang dari wahyu dan Sunnah.
13. Menjaga Keikhlasan dalam Menjalani Ujian
-
Dalam peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa meskipun Rasulullah SAW mengalami masa-masa yang penuh ujian dan rasa cemas, beliau tetap menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan. Allah mengingatkan Nabi-Nya bahwa tidak ada alasan untuk meragukan cinta dan kasih sayang Allah yang terus menyertainya.
-
Pelajaran: Dalam menghadapi ujian, penting untuk selalu menjaga keikhlasan hati. Ketika kita menghadapi tantangan dalam hidup, kita harus yakin bahwa niat kita untuk beribadah dan berbuat baik harus dilandasi oleh keikhlasan tanpa berharap pujian atau balasan dari manusia.
14. Pentingnya Kepercayaan kepada Allah dan Rencana-Nya
-
Meskipun Rasulullah SAW merasa cemas karena wahyu terhenti, akhirnya Allah menunjukkan bahwa waktu-waktu sulit tersebut adalah bagian dari rencana-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa setiap ujian dan kesulitan dalam hidup ini memiliki tujuan dan hikmah yang hanya akan kita pahami setelah waktu yang tepat.
-
Pelajaran: Kita harus memiliki kepercayaan penuh kepada Allah dan rencana-Nya. Ketika menghadapi kesulitan, kita harus ingat bahwa Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita, dan segala ujian akan diakhiri dengan solusi yang lebih baik.
15. Rasa Syukur sebagai Kunci Kebahagiaan
-
Setelah wahyu kembali turun dan meneguhkan Rasulullah SAW, hal ini menjadi alasan untuk terus bersyukur. Perasaan syukur kepada Allah atas petunjuk dan dukungan-Nya menjadi cara untuk menjaga kedamaian batin dalam kehidupan.
-
Pelajaran: Syukur adalah salah satu kunci kebahagiaan sejati. Ketika kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan petunjuk-Nya, meskipun dalam ujian, hati kita akan tetap tenang dan terhindar dari kecemasan yang berlebihan.
Cara Turunnya Wahyu
Ayat Surah Asy-Syura (42:51), yang berbunyi:
وَمَا
كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ
حِجَابٍ أَوْ يُبْعِثَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ
حَكِيمٌ
Terjemahan: "Tidaklah bagi seorang manusia pun untuk berbicara dengan Allah, kecuali wahyu atau dari balik tabir, atau dengan mengutus seorang rasul yang menyampaikan wahyu dengan izin-Nya, apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana."
Menjelaskan cara-cara Allah berkomunikasi dengan umat manusia, baik untuk menyampaikan wahyu kepada rasul-Nya atau untuk memberikan petunjuk kepada hamba-Nya. Berikut ini adalah penjelasan rinci tentang tiga cara turunnya wahyu yang disebutkan dalam ayat tersebut:
1. Melalui Wahyu Langsung (Wahyu Ilham)
-
Penjelasan: Wahyu dapat diturunkan langsung kepada seorang nabi atau rasul melalui ilham atau firasat yang ditanamkan dalam hati mereka. Wahyu ini tidak selalu berupa kata-kata atau suara yang jelas, melainkan bisa berupa dorongan hati atau pemahaman yang diberikan oleh Allah untuk membimbing mereka. Ini adalah cara yang lebih umum dalam proses wahyu yang diberikan kepada para nabi sebelum mereka diutus sebagai rasul.
Contoh Wahyu Langsung:
-
Pada beberapa nabi, seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Allah memberikan wahyu atau petunjuk langsung ke hati mereka tanpa perantara malaikat. Namun, cara ini lebih jarang digunakan dan lebih terbatas.
Contoh Ayat:
-
Surah An-Nahl (16: 102)
"Katakanlah: Jibril menurunkannya dari Tuhanmu dengan membawa kebenaran, untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
2. Dari Balik Tabir (Suara Allah tanpa Melihat-Nya)
-
Penjelasan: Cara kedua adalah ketika wahyu disampaikan dari balik tabir atau penghalang, tanpa nabi atau rasul melihat langsung wujud Allah. Allah berbicara kepada nabi melalui suara yang terdengar, namun tidak melihat bentuk atau penampakan-Nya. Dalam konteks ini, Allah dapat berbicara langsung dengan nabi, namun dalam keadaan yang sangat khusus.
Contoh Turunnya Wahyu dari Balik Tabir:
-
Nabi Musa AS adalah contoh yang paling jelas dalam hal ini. Ketika Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa di Gunung Thur (atau tempat yang disebut dengan "balik tabir"), Nabi Musa tidak melihat Allah secara langsung, tetapi hanya mendengar suara-Nya.
-
Contoh ayat terkait adalah:
-
Surah Al-A'raf (7:143):
"Dan ketika Musa datang untuk waktu yang ditentukan dan Tuhannya berbicara dengannya, ia berkata, 'Ya Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.' Allah berfirman, 'Kamu tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah gunung itu; jika ia tetap kokoh di tempatnya, maka kamu akan dapat melihat-Ku.' Maka ketika Tuhan-Nya menampakkan diri-Nya ke gunung itu, Ia membuat gunung itu hancur, dan Musa jatuh pingsan. Ketika ia sadar, ia berkata, 'Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku adalah orang yang pertama beriman.'"
-
3. Mengutus Malaikat Rasul (Jibril)
-
Penjelasan: Cara ketiga adalah dengan mengutus malaikat sebagai perantara untuk menyampaikan wahyu kepada nabi atau rasul. Malaikat yang paling dikenal dalam menyampaikan wahyu adalah Jibril AS, yang bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul-Nya. Ini adalah cara yang paling sering digunakan dalam proses turunnya wahyu, terutama kepada Nabi Muhammad SAW, yang menerima wahyu dalam bentuk ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan oleh Jibril.
Contoh Wahyu melalui Jibril:
-
Surah Al-Baqarah (2:97)
"Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkannya ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa yang sebelumnya, dan petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman." -
Surah Al-Ahqaf (46:9)
"Katakanlah: 'Aku tidaklah menjadi sesuatu yang baru di antara rasul-rasul, dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukan kepadaku dan kepada kalian. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, dan aku hanyalah pemberi peringatan yang jelas.'"
Penutup Kajian Sirah
Sebagai penutupan dari kajian yang telah kita bahas, kita dapat menarik beberapa faedah utama yang dapat diambil dari peristiwa terhentinya wahyu dan cara-cara turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Pertama, kita belajar bahwa terhentinya wahyu bukanlah tanda kesalahan atau penurunan derajat Nabi Muhammad ﷺ, melainkan sebuah ujian dari Allah untuk menguji kesabaran dan keteguhan hati beliau. Ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan, kadang kala kita akan menghadapi masa-masa ketika seolah-olah Allah tidak memberikan petunjuk secara langsung, atau kita merasa jauh dari-Nya. Namun, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, kita harus tetap bersabar, berusaha, dan tetap beriman bahwa Allah selalu hadir dalam kehidupan kita, meskipun dalam bentuk yang mungkin tidak kita harapkan.
Kedua, kajian ini mengingatkan kita tentang keutamaan wahyu dan betapa pentingnya wahyu Allah dalam membimbing umat manusia. Melalui berbagai cara turunnya wahyu, kita dapat memahami bahwa wahyu adalah bimbingan langsung dari Allah, yang diturunkan melalui ilham, suara, perantara malaikat, dan bahkan dalam bentuk mimpi yang benar. Wahyu tersebut adalah petunjuk hidup yang tidak hanya relevan pada masa Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga untuk umat Islam sepanjang masa.
Ketiga, dari peristiwa terhentinya wahyu, kita dapat mengambil hikmah bahwa setiap ujian dalam hidup ini mengandung tujuan yang lebih besar. Seperti halnya wahyu yang terhenti hanya untuk sementara waktu sebelum akhirnya Allah memberikan penghiburan dan petunjuk lebih lanjut, demikian pula dalam kehidupan kita, setiap kesulitan yang kita hadapi adalah bagian dari ujian dan akan berujung pada kebaikan jika kita tetap bersabar dan berusaha mengikuti petunjuk Allah.
Harapan Penerapan Faedah Kajian dalam Kehidupan Sehari-hari
Harapan terbesar dari kajian ini adalah agar kita bisa menerapkan pelajaran-pelajaran yang telah kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita merasa bingung atau terputus dari petunjuk Allah, mari kita ingat bahwa wahyu itu selalu ada dalam kehidupan kita, dalam bentuk Al-Qur'an yang abadi dan dalam sunnah Nabi ﷺ yang menjadi pedoman hidup. Sebagaimana Nabi Muhammad ﷺ tetap teguh meskipun wahyu terhenti, kita juga diajarkan untuk tetap berusaha, bersabar, dan berdoa agar Allah selalu membimbing kita di setiap langkah hidup.
Selain itu, kita diharapkan dapat menerima segala ujian hidup dengan hati yang lapang dan penuh ketenangan, karena kita tahu bahwa di balik setiap ujian terdapat rahmat dan kebijaksanaan yang hanya bisa kita rasakan jika kita bertahan dan terus mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga melalui kajian ini, kita semua dapat menguatkan hubungan kita dengan Allah, meningkatkan keimanan kita, dan lebih memahami bagaimana cara-cara wahyu turun serta aplikasinya dalam kehidupan kita. Dengan memahami hal ini, kita diharapkan dapat menghadapi setiap tantangan hidup dengan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, dan wahyu-Nya selalu hadir sebagai petunjuk yang membimbing kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Akhirnya, semoga kita dapat terus meneladani Nabi Muhammad ﷺ dalam ketabahan, kesabaran, dan keteguhan dalam menghadapi segala ujian hidup, serta menerapkan wahyu yang telah Allah turunkan untuk memperbaiki diri dan masyarakat di sekitar kita. Aamiin.
Kita tutup kajian ini dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَاللَّهُ
الْمُوَفِّقُ إِلَى أَقْوَمِ الطَّرِيقِ،
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ