Hadits: Neraka Bagi Yang Berdusta Atas Nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-Nya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan ini, kita akan membahas hadits yang sangat penting mengenai kejujuran, terutama terkait dengan berdusta atas nama Nabi ﷺ. Berdusta atas nama beliau adalah dosa besar, bahkan lebih besar dari berdusta atas nama orang lain. Seriusnya ancaman ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab kita sebagai umat beliau ﷺ untuk menjaga kejujuran dalam setiap perkataan dan tindakan kita.
Mari kita simak dua hadits berikut ini dan hendaknya kita mengambil pelajaran berharga dari keduanya.
-----
Hadits 1:
Dari Said bin
Zaid radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ
لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak seperti berdusta
atas nama orang lain. Maka, siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku,
hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka .
HR Asy-Syasyi
dalam Al-Musnad (216), Al-Bazzar (1276), dan Abu Ya'la (966)
Hadits 2:
Dari Al-Mughirah
bin Syu'bah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ
كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ. سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ.
Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
‘Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak seperti berdusta atas nama orang lain.
Barang siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia
menempati tempat duduknya di neraka.’
Aku
mendengar Nabi ﷺ bersabda: ‘Barang siapa yang diratapi (setelah wafatnya), maka
ia akan disiksa karena ratapan tersebut.
.HR Ahmad
(18202), Ath-Thahawi dalam Ma‘ani Al-Atsar (6978), Muslim (4) tanpa bagian kedua.
Syarah Hadits
الكَذِبُ عَاقِبَتُهُ وَخِيمَةٌ
Kebohongan akibatnya buruk.
وَعَاقِبَةُ الكَذِبِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدُّ مِنْ عَاقِبَةِ الكَذِبِ عَلَى
غَيْرِهِ
Dan akibat berbohong atas nama Rasulullah ﷺ lebih berat daripada
berbohong terhadap selain beliau.
لِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنْ
مَفَاسِدَ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا
Karena hal itu menimbulkan kerusakan dalam agama dan dunia.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَرْوِي الصَّحَابِيُّ
الجَلِيلُ المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dalam hadis ini, sahabat yang mulia, Al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan.
أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda.
إِنَّ كَذِبًا علَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى
أَحَدٍ
Sesungguhnya kebohongan atas namaku tidak seperti kebohongan terhadap siapa
pun.
أَيْ: إِنَّ الكَذِبَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِمِثْلِ الكَذِبِ عَلَى أَحَدٍ
Artinya, berbohong atas nama Rasulullah ﷺ tidak sama dengan
berbohong terhadap siapa pun.
لِأَنَّ كَلَامَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَشْرِيعٌ، وَكَلَامَ غَيْرِهِ لَيْسَ كَذَلِكَ
Karena perkataan beliau ﷺ adalah syariat, sedangkan perkataan selain
beliau tidak demikian.
فَالكَذِبُ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَعْظَمُ مَضَرَّةً
Maka, berbohong atas nama beliau ﷺ lebih besar bahayanya.
وَأَوْقَعُ فَسَادًا فِي نُفُوسِ
المُسْلِمِينَ
Dan lebih menimbulkan kerusakan dalam jiwa kaum Muslimin.
وَهُوَ أَشَدُّ فِي الإِثْمِ مِنَ الكَذِبِ
عَلَى غَيْرِهِ
Dan dosanya lebih besar daripada berbohong kepada selain beliau.
ثُمَّ بَيَّنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاقِبَةَ الكَذِبِ العَمْدِ عَلَيْهِ
Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan akibat berbohong secara sengaja atas nama beliau.
وَهِيَ أَنَّ لِلْكَاذِبِ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الآخِرَةِ مَجْلِسًا فِي النَّارِ
Yaitu, bahwa orang yang berbohong atas nama Nabi ﷺ akan mendapat tempat
di neraka pada hari kiamat.
جَزَاءً لَهُ عَلَى كَذِبِهِ عَلَيْهِ
Sebagai balasan atas kebohongannya terhadap beliau.
وَذَلِكَ لَا يُحْمَلُ عَلَى الخُلُودِ فِي
النَّارِ إِلَّا لِمَنْ اسْتَحَلَّ ذَلِكَ
Dan hal itu tidak berarti kekal di neraka kecuali bagi orang yang menghalalkan
perbuatan tersebut.
لِأَنَّ المُوَحِّدَ يُجَازَى عَلَى عَمَلِهِ،
أَوْ يُعْفَى عَنْهُ
Karena seorang yang bertauhid akan dibalas sesuai amalnya atau diampuni.
وَإِنْ أُدْخِلَ النَّارَ فَإِنَّهُ لَا
يُخَلَّدُ فِيهَا
Dan jika ia dimasukkan ke neraka, maka ia tidak akan kekal di dalamnya.
بَلْ يُعَذَّبُ عَلَى قَدْرِ عَمَلِهِ، ثُمَّ
يُدْخِلُهُ اللَّهُ الجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ
Tetapi ia akan disiksa sesuai amalnya, kemudian Allah akan memasukkannya ke
surga dengan rahmat-Nya.
وَقَدْ قَدَّمَ الرَّاوِي حَدِيثَ الكَذِبِ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوْطِئَةً وَتَمْهِيدًا
Perawi hadis ini menyampaikan hadis tentang kebohongan atas Nabi ﷺ sebagai pengantar dan pendahuluan.
لِمَا سَيَسُوقُهُ فِي أَمْرِ النِّيَاحَةِ
Untuk apa yang akan ia sebutkan tentang masalah meratapi mayit.
وَأَنَّهُ صَادِقٌ فِيمَا سَمِعَهُ
Dan bahwa ia jujur dalam apa yang didengarnya.
لِأَنَّهُ يَعْلَمُ عُقُوبَةَ الكَذِبِ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Karena ia mengetahui hukuman berbohong atas nama Rasulullah ﷺ.
فَقَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ»
Maka ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang diratapi
(setelah wafatnya)..."
فَكَانَ البُكَاءُ عَلَيْهِ بَعْدَ مَوْتِهِ
بِصَوْتٍ وَنَدْبٍ وَتَعْدِيدٍ مِنْ أَهْلِهِ عَلَى فَقْدِهِمْ لَهُ
Maka tangisan atasnya setelah wafatnya berupa suara keras, ratapan, dan
penyebutan keutamaan-keutamaannya oleh keluarganya karena kehilangan dirinya.
كَانَ جَزَاؤُهُ أَنْ يُعَذَّبَ بِذَلِكَ
وَبِسَبَبِهِ فِي قَبْرِهِ، أَوْ فِي الآخِرَةِ
Maka balasannya adalah ia akan disiksa karena perbuatan itu dan disebabkannya,
baik di kuburnya atau di akhirat.
وَقِيلَ: إِنَّ العَذَابَ مَحْمُولٌ عَلَى مَا
إِذَا أَوْصَى المَيِّتُ بِالنِّيَاحَةِ عَلَيْهِ
Dan dikatakan bahwa siksaan itu terjadi jika mayit berwasiat agar diratapi
setelah wafatnya.
وَذَهَبَ بَعْضُ العُلَمَاءِ إِلَى أَنَّ
العَذَابَ المَقْصُودَ فِي الحَدِيثِ هُوَ الأَلَمُ
Dan sebagian ulama berpendapat bahwa siksaan yang dimaksud dalam hadis ini
adalah rasa sakit (kesedihan bagi mayit).
وَفِي الحَدِيثِ: النَّهْيُ وَالتَّحْذِيرُ
الشَّدِيدُ مِنَ الكَذِبِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dalam hadis ini terdapat larangan dan peringatan keras dari berbohong atas nama
Nabi ﷺ.
وَفِيهِ: النَّهْيُ عَنِ النِّيَاحَةِ عَلَى
المَيِّتِ
Dan dalam hadis ini juga terdapat larangan meratapi mayit.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/61988
Pelajaran dari Hadits ini
1. Kebohongan Memiliki Akibat yang Buruk
- Hadits ini menegaskan bahwa kebohongan memiliki dampak negatif baik di dunia maupun di akhirat.
- Dampaknya bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga masyarakat, terutama dalam urusan agama.
2. Berbohong atas Nama Rasulullah ﷺ Lebih Berat daripada Berbohong atas Nama Orang Lain
- Kebohongan biasa saja sudah berdosa, tetapi berbohong atas nama Rasulullah ﷺ jauh lebih berat karena:
- Perkataan Rasulullah ﷺ adalah bagian dari syariat, sementara perkataan manusia biasa tidak.
- Berbohong atas nama beliau dapat menyebabkan umat tersesat, karena umat akan mengira perkataan palsu tersebut adalah bagian dari ajaran Islam.
3. Ancaman Keras bagi Orang yang Berbohong atas Nama Rasulullah ﷺ
- Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa siapa yang berbohong atas nama beliau, tempatnya di neraka.
- Ini menunjukkan bahwa dosa ini sangat besar dan termasuk dalam dosa besar (kabair).
- Namun, jika seseorang tidak menghalalkan kebohongan tersebut, maka ia tidak kekal di neraka.
4. Konsep Hukuman bagi Pelaku Dosa dalam Islam
- Pelaku dosa besar tidak otomatis kekal di neraka, kecuali jika ia menghalalkan dosa tersebut.
- Orang yang bertauhid tetap bisa mendapat rahmat Allah, meskipun ia mungkin dihukum di neraka untuk sementara waktu.
- Setelah mendapat balasan sesuai amalnya, Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan rahmat-Nya.
5. Kejujuran dalam Menyampaikan Hadis
- Hadits ini juga menunjukkan bahwa perawi hadis harus sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis.
- Para sahabat sangat sadar akan beratnya hukuman bagi orang yang berbohong atas nama Rasulullah ﷺ, sehingga mereka sangat menjaga kejujuran dalam meriwayatkan hadis.
6. Larangan Meratapi Mayit (Niẖāḥah)
- Hadits ini juga membahas larangan meratapi mayit dengan suara keras, menangis histeris, dan menyebut-nyebut keutamaannya dengan berlebihan.
- Islam membolehkan menangis karena kesedihan, tetapi tidak dengan cara berlebihan yang menyerupai tradisi jahiliah.
7. Hukuman bagi Orang yang Diratapi
- Dalam hadis ini disebutkan bahwa mayit bisa tersiksa karena ratapan keluarganya, namun terdapat beberapa penjelasan dari ulama terkait maknanya:
- Jika si mayit berwasiat agar diratapi, maka ia ikut menanggung dosa.
- Jika ia tahu keluarganya akan meratapinya tetapi tidak melarangnya, ia bisa terkena dampak dosa tersebut.
- Jika ia tidak pernah menyuruh keluarganya meratapinya, maka ia tidak berdosa, karena dalam Islam, "Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain" (Al-An‘ām: 164).
8. Larangan Keras Berbohong atas Nama Rasulullah ﷺ
- Hadits ini menjadi dalil utama dalam larangan menyebarkan hadis palsu.
- Banyak ulama menyatakan bahwa menyebarkan hadis palsu tanpa memeriksa kebenarannya juga berbahaya dan bisa termasuk dalam ancaman hadis ini.
Kesimpulan
- Kebohongan memiliki akibat yang buruk, terutama dalam urusan agama.
- Berbohong atas nama Rasulullah ﷺ termasuk dosa besar yang mendapat ancaman neraka.
- Perkataan Rasulullah ﷺ adalah bagian dari syariat, sehingga kebohongan atas nama beliau bisa menyesatkan umat.
- Menjaga kejujuran dalam meriwayatkan hadits adalah kewajiban para ulama dan perawi hadits.
- Larangan keras menyebarkan hadis palsu menjadi peringatan bagi setiap Muslim agar berhati-hati dalam menyampaikan ilmu agama.
Semoga Allah menjaga kita dari kebohongan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu jujur dalam segala hal.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Melalui kedua hadits ini, kita diajarkan untuk senantiasa menjaga lisan dan hati kita, tidak hanya dari berdusta, tetapi juga dari segala bentuk penipuan yang dapat merusak kehormatan Rasulullah ﷺ. Kita sebagai umat beliau harus senantiasa berusaha menjaga keaslian ajaran beliau ﷺ dan tidak menyebarkan informasi yang tidak benar, terlebih lagi yang bisa merusak citra beliau ﷺ.
Setelah memahami pentingnya menjaga kejujuran, baik dalam perkataan maupun perbuatan, maka hendaknya kita senantiasa menghindari segala bentuk kebohongan, terutama yang berkaitan dengan Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah memberikan kita taufik untuk senantiasa istiqamah dalam kebenaran dan menjaga kehormatan Rasulullah ﷺ dalam setiap langkah hidup kita. Aamiin.