Hadits: Suara Sahabat Abu Musa Al-Asy'ari Seperti Seruling Keluarga Daud

 Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Al-Qur’an adalah kalamullah yang penuh keberkahan. Setiap hurufnya memiliki pahala yang luar biasa bagi siapa saja yang membacanya. Namun, lebih dari sekadar membacanya, ada keutamaan dalam memperindah bacaan Al-Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat Nabi.

Pada kesempatan ini, kita akan mengkaji sebuah hadits yang mengisahkan bagaimana Rasulullah SAW mengagumi suara indah sahabatnya, Abu Musa Al-Asy'ari. Beliau SAW bersabda, "Sungguh, engkau telah diberi suara seperti seruling keluarga Daud." Ini menunjukkan bahwa suara yang indah dalam membaca Al-Qur’an adalah anugerah dari Allah dan merupakan sesuatu yang disunnahkan untuk diperbagus.

Abu Musa al-Asy'ari (أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيّ), yang bernama asli ‘Abdullah bin Qais bin Sulaim, adalah seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ dari suku Al-Asy'ari di Yaman. Ia masuk Islam di Makkah, kemudian berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) sebelum akhirnya tiba di Madinah. Dikenal sebagai qari' dengan suara yang sangat merdu, beliau juga memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan yang luar biasa dalam memahami agama. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ia diangkat sebagai gubernur Bashrah. Abu Musa juga berperan dalam Peristiwa Tahkim (Arbitrase) antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Rasulullah ﷺ mengagumi suaranya dalam hadits yang akan kita bacakan ini:

-----

Dari Abu Musa al-Asy'ari  radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

 يَا أَبَا مُوسَى ! لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِّنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُودَ.

Wahai Abu Musa! Sungguh, engkau telah diberi suara merdu seperti seruling dari seruling-seruling keluarga Daud

HR Al-Bukhari (5048) dan Muslim (793)


Syarah Hadits


 كَانَ أَبُو مُوسَى ٱلْأَشْعَرِيُّ ٱلْيَمَانِيُّ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ وَٱسْمُهُ عَبْدُ ٱللَّهِ بْنُ قَيْسٍ

Abu Musa al-Asy'ari al-Yamani radhiyallahu ‘anhu, namanya adalah Abdullah bin Qais

حَسَنَ ٱلصَّوْتِ بِٱلْقُرْآنِ
Memiliki suara yang indah dalam membaca Al-Qur’an.

وَذَاتَ لَيْلَةٍ ٱسْتَمَعَ ٱلنَّبِيُّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِتِلَاوَتِهِ
Pada suatu malam, Nabi mendengarkan bacaannya.

فَأَعْجَبَهُ صَوْتُهُ
Maka beliau kagum dengan suaranya.

فَقَالَ لَهُ: «لَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِّنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُودَ»
Lalu beliau berkata kepadanya, "Sungguh, engkau telah dianugerahi seruling dari seruling-seruling keluarga Daud."

أَيْ: أَعْطَاكَ ٱللَّهُ صَوْتًا حَسَنًا مِثْلَ مَا كَانَ دَاوُودُ عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ ذَا صَوْتٍ حَسَنٍ بِقِرَاءَةِ ٱلزَّبُورِ
Yakni, Allah telah memberimu suara yang indah sebagaimana Nabi Daud ‘alaihissalam memiliki suara yang indah saat membaca Zabur.

وَٱلْمِزْمَارُ أَصْلُهُ ٱلْآلَةُ ٱلَّتِي يُزْمَرُ بِهَا
Kata mizmar (seruling) pada dasarnya adalah alat musik yang ditiup.

وَآلُ دَاوُودَ هُنَا هُوَ دَاوُودُ نَفْسُهُ
Dan yang dimaksud dengan keluarga Daud di sini adalah Dawud sendiri.

وَقَدْ كَانَ نَبِيُّ ٱللَّهِ دَاوُودُ إِلَيْهِ ٱلْمُنْتَهَى فِي حُسْنِ ٱلصَّوْتِ بِٱلْقِرَاءَةِ
Nabi Allah Daud adalah puncak dalam keindahan suara saat membaca.

حَتَّىٰ قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ: "يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ، وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ"

hingga Allah Ta'ala berfirman: 'Wahai gunung-gunung, bertasbihlah bersamanya, begitu juga burung-burung, dan Kami telah melunakkan besi untuknya' (QS Saba’: 10)

وَهَذَا مِنَ ٱلتَّشْجِيعِ ٱلنَّبَوِيِّ لِأَصْحَابِهِ وَلِكُلِّ ٱلْمُسْلِمِينَ عَلَى تَحْسِينِ ٱلصَّوْتِ بِٱلْقُرْآنِ
Ini adalah bentuk dorongan Nabi kepada para sahabatnya dan seluruh kaum muslimin untuk memperindah suara dalam membaca Al-Qur’an.

مَعَ بَيَانِ فَضِيلَةِ أَبِي مُوسَى ٱلْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ
Sekaligus menunjukkan keutamaan Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu.

وَمَنْقَبَتِهِ فِي تِلَاوَةِ ٱلْقُرْآنِ
Dan keistimewaannya dalam membaca Al-Qur’an.

وَحُسْنُ ٱلصَّوْتِ يَكُونُ بِحُسْنِ ٱلْأَدَاءِ
Keindahan suara itu terjadi dengan keindahan pelafalan.

بِحَيْثُ يُبَيِّنُ ٱلْحُرُوفَ وَيُخْرِجُهَا مِنْ مَخَارِجِهَا
Yaitu dengan memperjelas huruf-huruf dan mengeluarkannya dari makhrajnya.

حَتَّى يَبْدُوَ ٱلْقُرْآنُ وَاضِحًا بَيِّنًا
Sehingga Al-Qur’an terdengar jelas dan terang.

وَيَكُونُ بِحُسْنِ ٱلنَّغْمَةِ بِٱلصَّوْتِ
Dan juga dengan keindahan nada suara.

يُحَسِّنُ بِهَا صَوْتَهُ، وَكِلَاهُمَا أَمْرٌ مَطْلُوبٌ
Yaitu dengan memperindah suaranya, dan keduanya adalah hal yang diinginkan.

وَحُسْنُ ٱلصَّوْتِ ٱلْمَطْلُوبُ هُوَ مَا كَانَ عَلَى طَرِيقِ ٱلتَّحْزِينِ وَٱلتَّخْوِيفِ وَٱلتَّشْوِيقِ
Keindahan suara yang dianjurkan adalah yang berisi nuansa kesedihan, ketakutan, dan memberi dorongan.

بِمَا يُحَقِّقُ مَقْصُودَهُ مِنَ ٱلْخَشْيَةِ وَٱلْخُشُوعِ وَٱلتَّفَهُّمِ
Yang menghasilkan rasa takut, khusyuk, dan pemahaman.

وَلَيْسَ مَا كَانَ عَلَى طَرِيقِ ٱلْأَلْحَانِ ٱلْمُطْرِبَةِ ٱلْمُلْهِيَةِ
Dan bukan yang berbentuk alunan musik yang menghibur dan melalaikan.

مِنْ فَوَائِدِ الْحَدِيثِ:

Di antara faidah hadits:

١- اِسْتِحْبَابُ تَحْسِينِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ يَزِيدُ الْقُرْآنَ حَلَاوَةً وَنُفُوذًا إِلَى قُلُوبِ السَّامِعِينَ.

1. Dianjurkan untuk memperindah suara dalam membaca Al-Qur'an, karena hal itu menambah keindahan Al-Qur'an dan lebih meresap ke dalam hati para pendengarnya.

٢- اِسْتِحْبَابُ الِاسْتِمَاعِ إِلَى الْقُرْآنِ وَالْإِنْصَاتِ لَهُ.

2. Dianjurkan untuk mendengarkan Al-Qur'an dan menyimaknya dengan baik.

٣- الْجَهْرُ بِالْعِبَادَةِ قَدْ يَكُونُ فِي بَعْضِ الْمَوَاضِعِ أَفْضَلَ مِنَ الْإِسْرَارِ.

3. Mengeraskan suara dalam ibadah terkadang lebih utama daripada merahasiakannya dalam beberapa keadaan.

٤- مَكَانَةُ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - وَحُسْنُ صَوْتِهِ وَمَدْحُ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَهُ.

4. Kedudukan Abu Musa Al-Asy'ari -radhiyallahu ‘anhu-, keindahan suaranya, serta pujian Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepadanya.

٥- فَضْلُ نَبِيِّ اللَّهِ دَاوُودَ - عَلَيْهِ السَّلَامُ -.

5. Keutamaan Nabi Allah Dawud -‘alaihis salam-. (Allah memberinya suara merdu ketika membaca kitabullah)

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/12873


Pelajaran dari Hadits ini


 

  1. Keutamaan Abu Musa Al-Asy’ari -radhiyallahu ‘anhu-

    • Hadits ini menunjukkan kedudukan tinggi Abu Musa Al-Asy’ari dalam Islam.
    • Rasulullah ﷺ memuji suaranya yang indah dalam membaca Al-Qur’an.
    • Hal ini menegaskan bahwa memiliki suara yang bagus dalam membaca Al-Qur’an merupakan keutamaan.
  2. Anjuran Memperindah Suara saat Membaca Al-Qur’an

    • Memperindah suara dalam membaca Al-Qur’an dianjurkan, selama tidak keluar dari batasan syar’i.
    • Bacaan yang merdu dapat meningkatkan pengaruh dan daya tarik Al-Qur’an dalam hati pendengarnya.
    • Memperindah suara bukan hanya tentang melodi, tetapi juga tentang kejelasan dalam mengucapkan huruf-huruf sesuai makhraj dan tajwidnya.
  3. Keutamaan Nabi Dawud -‘alaihis salam- dalam Membaca Kitab Suci

    • Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Dawud memiliki suara yang sangat indah dalam membaca kitab Zabur.
    • Allah menganugerahkan kepadanya suara yang menyentuh hati dan membuat makhluk-makhluk lain ikut bertasbih bersamanya.
    • Hal ini menjadi bukti bahwa memperindah suara dalam membaca kitab suci adalah sesuatu yang baik.
  4. Anjuran Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an dengan Khusyuk

    • Nabi ﷺ mendengarkan bacaan Abu Musa Al-Asy’ari, yang menunjukkan keutamaan mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
    • Mendengarkan Al-Qur’an dengan penuh perhatian dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
  5. Bolehnya Mengangkat Suara dalam Ibadah dalam Keadaan Tertentu

    • Mengangkat suara dalam ibadah, seperti membaca Al-Qur’an, bisa lebih utama dalam beberapa kondisi, terutama jika bertujuan untuk menyebarkan manfaat.
    • Namun, tetap harus memperhatikan situasi agar tidak mengganggu orang lain.
  6. Pujian Nabi ﷺ sebagai Bentuk Motivasi bagi Para Sahabat

    • Rasulullah ﷺ sering kali memotivasi para sahabat dengan pujian yang baik dan membangun.
    • Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin atau guru sebaiknya memberi apresiasi terhadap kelebihan muridnya agar semakin semangat dalam beribadah.
  7. Memperindah Suara dengan Cara yang Dibenarkan

    • Memperindah suara dalam membaca Al-Qur’an yang dianjurkan adalah yang membangkitkan rasa takut kepada Allah, menambah kekhusyukan, dan membantu dalam memahami maknanya.
    • Tidak diperbolehkan membaca dengan gaya yang menyerupai nyanyian atau nada yang berlebihan hingga menghilangkan kehormatan bacaan Al-Qur’an.

 


Penutup Kajian


Jamaah yang dirahmati Allah,

Pelajaran hadits ini tidak sekedar menggambarkan apresiasi Rasulullah ﷺ terhadap suara sahabat Abu Musa Al-Asy'ari, namun juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya membaca Al-Qur’an dengan tartil dan suara yang indah, bukan sekadar lantunan yang menghibur, tetapi bacaan yang menyentuh hati, membangkitkan keimanan, serta menambah kekhusyukan. 

Semoga dengan memahami hadits ini, kita semakin termotivasi untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an kita dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari kajian hadits ini.

 

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers