Hadits: Menggapai Surga Dengan Menempuh Jalan Mencari Ilmu

 Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang begitu besar, nikmat iman dan ilmu yang terus berkembang dalam kehidupan kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang dengan keteladanan beliau mengajarkan kita pentingnya menuntut ilmu sebagai bagian dari ibadah.

Jamaah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas sebuah hadits yang penuh dengan pesan dan pelajaran penting, khususnya tentang keutamaan menuntut ilmu. Hadits ini mengingatkan kita bahwa setiap langkah yang kita tempuh untuk mencari ilmu, baik secara langsung dengan berjalan menuju tempat belajar, maupun menempuh jalan yang lebih simbolis, seperti membaca buku atau berguru kepada ulama, akan membawa kita semakin dekat kepada Allah dan mempermudah jalan kita menuju surga.

Mari kita membaca hadits ini secara lengkap:

------


Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.

"Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat benar-benar merendahkan sayapnya bagi pencari ilmu karena ridha terhadap apa yang ia lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar dimohonkan ampun oleh siapa pun yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan di dalam air. Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang besar."

HR Abu Dawud (3641), At-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223), dan Ahmad (21715).

mp3:https://t.me/mp3qhn/297


Arti per kalimat


 
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا
(Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu)

Perkataan ini menunjukkan keutamaan mencari ilmu dengan menempuh jalan yang berarti proses dan usaha nyata dalam belajar. 

 Kata "سَلَكَ" (menempuh) mengandung makna perjuangan, tekad, dan konsistensi, bukan sekadar berniat pasif. 

 Kata "يَبْتَغِي" (mencari) memberi kesan kuat bahwa pencari ilmu harus memiliki tujuan yang ikhlas dan jelas, bukan sekadar ikut-ikutan. 

Kata "فِيهِ عِلْمًا" menunjukkan bahwa ilmu yang dicari adalah ilmu yang benar, yang memberi manfaat dunia dan akhirat.


سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga)

Perkataan ini menunjukkan balasan dari Allah bagi penuntut ilmu dengan mempermudah jalannya ke surga. 

Kata "سَهَّلَ" bermakna bukan hanya memberikan kemudahan, tapi juga membuka hambatan dalam perjalanan menuju ridha-Nya, jalan penuh keberkahan.


وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ
(Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai bentuk ridha terhadap apa yang ia lakukan)

Perkataan ini menunjukkan betapa mulianya status penuntut ilmu hingga para malaikat pun menghormatinya. 

Kata "تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا" adalah ungkapan penghormatan dan keridhaan malaikat. Ini menandakan kehormatan luar biasa terhadap orang yang menuntut ilmu, lebih-lebih bila ilmunya membawa kemaslahatan bagi umat.


إِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ 
(Sesungguhnya seorang alim dimintakan ampun oleh siapa pun yang di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di dalam air)

Perkataan ini menegaskan keutamaan ulama, hingga seluruh makhluk memohonkan ampun untuk mereka. Ini adalah penghargaan atas peran penting ulama sebagai penyebar cahaya kebenaran. 

 Ungkapan "حَتَّى الْحِيتَانُ" menunjukkan bahwa dampak dari ilmu sangat luas hingga kebaikan ilmu tersebut berpengaruh pada keharmonisan ekosistem. Ikan-ikan di air pun ikut mendoakan kebaikan bagi para ulama.


وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
(Keutamaan orang alim dibandingkan ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang)

Perkataan ini menggambarkan bahwa meskipun ahli ibadah memiliki keutamaan, orang berilmu lebih utama karena memberikan petunjuk kepada orang lain. 

Bulan menerangi malam sebagaimana alim menerangi kegelapan kebodohan. Ini menegaskan peran sosial dan kolektif ilmu yang tidak dimiliki oleh ibadah yang sifatnya personal.


 وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
(Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi)

Perkataan ini menunjukkan posisi para ulama sebagai penerus tugas kenabian, yaitu mengajarkan wahyu dan membimbing umat. 

 Pewarisan ini bukan secara biologis atau material, tetapi intelektual dan spiritual. Ini menegaskan betapa mulianya posisi mereka dalam menjaga risalah Islam.


 وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ
(Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mereka mewariskan ilmu)

Perkataan ini memperjelas bahwa warisan kenabian adalah ilmu, bukan harta. 

 Dinar dan dirham sebagai simbol kekayaan material tidak menjadi warisan utama para nabi. 

 Penegasan ini mengarahkan umat agar tidak tertipu dengan kekayaan dunia, tetapi menaruh nilai tinggi pada ilmu.


 فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
(Maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar)

Perkataan ini memberikan motivasi besar untuk menuntut ilmu karena itu adalah keberuntungan besar.

Perkataan "حَظٍّ وَافِرٍ" (bagian besar) bukan hanya bermakna materi, tetapi keberkahan, petunjuk, dan keselamatan di dunia-akhirat. Ini adalah janji spiritual atas kesungguhan dalam menuntut ilmu.


Syarah Hadits


جَاءَ هَذَا الْحَدِيثُ لِيُوَضِّحَ بَعْضَ فَضَائِلِ طَلَبِ الْعِلْمِ
 Hadis ini datang untuk menjelaskan beberapa keutamaan mencari ilmu.

فَمِنْهَا أَنَّ مَنْ مَشَى فِي طَرِيقٍ يُرِيدُ بِسَيْرِهِ فِيهِ الذَّهَابَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ أَوْ بَحَثَ عَنِ الْعِلْمِ وَلَوْ فِي بَيْتِهِ
 Di antaranya adalah bahwa siapa saja yang berjalan di suatu jalan dengan maksud untuk pergi menuntut ilmu atau mencari ilmu, meskipun di dalam rumahnya,

جَازَاهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ بِأَنْ يُسَهِّلَ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
 maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membalasnya dengan memudahkan jalannya menuju surga.

وَسُلُوكُ طَرِيقِ الْعِلْمِ يَشْمَلُ الطَّرِيقَ الْحِسِّيَّ الَّذِي يَمْشِي فِيهِ الْإِنْسَانُ بِرِجْلِهِ
 Menempuh jalan ilmu mencakup jalan secara fisik, yang seseorang tempuh dengan kakinya,

كَمَا يَشْمَلُ الطَّرِيقَ الْمَعْنَوِيَّ
 sebagaimana juga mencakup jalan secara maknawi,

بِأَنْ يَلْتَمِسَ الْعِلْمَ مِنْ مُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ وَمِنْ بُطُونِ الْكُتُبِ
 yaitu dengan mencari ilmu dari duduk bersama para ulama dan dari dalam kitab-kitab.

وَذَلِكَ أَنَّ الَّذِي يُرَاجِعُ الْكُتُبَ لِلْعُثُورِ عَلَى حُكْمِ مَسْأَلَةٍ شَرْعِيَّةٍ
 Karena orang yang menelaah kitab-kitab untuk menemukan hukum suatu masalah syariat,

أَوْ يَجْلِسُ إِلَى شَيْخٍ يَتَعَلَّمُ مِنْهُ فَإِنَّهُ قَدْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا وَلَوْ كَانَ جَالِسًا
 atau duduk di hadapan seorang guru untuk belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan mencari ilmu meskipun ia sedang duduk.

وَمِنَ الْفَضَائِلِ الْمَذْكُورَةِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ الْعُلَمَاءَ يَسْتَغْفِرُ لَهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
 Di antara keutamaan yang disebutkan dalam hadis ini adalah bahwa para ulama dimohonkan ampun oleh penduduk langit dan bumi,

حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْبَحْرِ، وَحَتَّى الدَّوَابُّ فِي الْبَرِّ
 bahkan oleh ikan-ikan di laut, serta hewan-hewan di darat.

وَمِنْ فَضَائِلِهِ أَنَّ الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ كَرَّمَهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ
 Di antara keutamaannya adalah bahwa para malaikat yang dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla merendahkan sayapnya bagi penuntut ilmu, sebagai bentuk keridhaan terhadap apa yang ia lakukan.

تَوَاضُعًا وَتَعْظِيمًا لِلْعِلْمِ وَأَهْلِهِ
 sebagai wujud ketawadhuan dan penghormatan terhadap ilmu serta ahlinya.

وَمِنَ الْفَضَائِلِ الَّتِي ذَكَرَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ
 Di antara keutamaan yang disebutkan oleh Nabi dalam hadis ini adalah

أَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
 bahwa para ulama adalah pewaris para nabi,

حَيْثُ وَرِثُوا مِنْهُمُ الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ، وَوَرِثُوا الدَّعْوَةَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
 karena mereka mewarisi ilmu dan amal dari para nabi, serta mewarisi dakwah kepada Allah Azza wa Jalla.

وَهَدَايَةَ الْخَلْقِ وَدَلَالَتَهُمْ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى وَعَلَى دِينِهِ
 serta memberi petunjuk kepada makhluk, membimbing mereka kepada Allah Ta’ala dan agama-Nya.

وَمِنْ فَضَائِلِهِ أَنَّ مِزِيَّةَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
 Di antara keutamaannya adalah bahwa keunggulan seorang alim atas seorang ahli ibadah

كَمِزِيَّةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى بَقِيَّةِ الْكَوَاكِبِ
 seperti keunggulan bulan purnama dibandingkan bintang-bintang lainnya.

لِأَنَّ نُورَ الْعِبَادَةِ وَكَمَالَهَا مُلَازِمٌ لِلْعَابِدِ لَا يَتَخَطَّاهُ، فَهُوَ كَنُورِ الْكَوَاكِبِ
 Sebab, cahaya ibadah dan kesempurnaannya hanya terbatas pada diri ahli ibadah, seperti cahaya bintang.

أَمَّا نُورُ الْعِلْمِ وَكَمَالُهُ فَهُوَ يَتَعَدَّى إِلَى الْغَيْرِ فَيَسْتَضِيءُ بِهِ غَيْرُ الْعَالِمِ
 Sedangkan cahaya ilmu dan kesempurnaannya melampaui diri pemiliknya, sehingga orang lain pun bisa mendapatkan cahaya darinya.

وَذَكَرَ -عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ- أَنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا لِمَنْ بَعْدَهُمُ الدُّنْيَا
 Nabi menyebutkan bahwa para nabi tidak mewariskan dunia kepada generasi setelah mereka,

فَلَمْ يُوَرِّثُوا دِرْهَمًا وَلَا دِينَارًا
 sehingga mereka tidak mewariskan dirham maupun dinar.

وَأَنَّ أَعْظَمَ مِيرَاثٍ تَرَكُوهُ هُوَ الْعِلْمُ
 Dan warisan terbesar yang mereka tinggalkan adalah ilmu.

فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِنَصِيبٍ وَافِرٍ كَثِيرٍ، وَهُوَ الْإِرْثُ الْحَقِيقِيُّ النَّافِعُ
 Maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar dan banyak, dan itulah warisan yang sejati dan bermanfaat.

مِنْ فَوَائِدِ الْحَدِيثِ
 Di antara manfaat hadis ini

فَضْلُ الْعِلْمِ، وَأَنَّهُ نُورٌ يُضِيءُ لِلنَّاسِ طَرِيقَ الْخَيْرِ وَالْحَقِّ
 Keutamaan ilmu, dan bahwa ilmu adalah cahaya yang menerangi manusia menuju jalan kebaikan dan kebenaran.

الْحَثُّ عَلَى تَوْقِيرِ طُلَّابِ الْعِلْمِ، وَالتَّوَاضُعِ وَالدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ
 Anjuran untuk menghormati para penuntut ilmu, bersikap rendah hati, mendoakan, dan memohonkan ampunan untuk mereka.

الْعِلْمُ أَعْظَمُ ثَرْوَةٍ وَأَشْرَفُهَا، يَنْبَغِي لِمَنْ حَازَهَا أَنْ يَحْتَرِمَهَا وَيُكْرِمَهَا
 Ilmu adalah kekayaan terbesar dan paling mulia, dan siapa yang memilikinya hendaknya menghormatinya dan memuliakannya.

إِهَانَةُ الْعُلَمَاءِ وَإِيذَاؤُهُمْ فِسْقٌ وَضَلَالٌ؛ لِأَنَّهُمْ حَمَلَةُ مِيرَاثِ النُّبُوَّةِ
 Merendahkan dan menyakiti para ulama adalah kefasikan dan kesesatan, karena mereka adalah pembawa warisan kenabian.

مِنْ فَضَائِلِ الْعِلْمِ أَنَّ الْعُلَمَاءَ يَسْتَغْفِرُ لَهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْبَحْرِ، وَحَتَّى الدَّوَابُّ فِي الْبَرِّ
 Di antara keutamaan ilmu adalah bahwa para ulama dimohonkan ampun oleh penduduk langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan di laut dan hewan-hewan di darat.

أَنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ وَالدَّعْوَةِ وَهَدَايَةِ الْخَلْقِ
 Para ulama adalah pewaris para nabi dalam ilmu, amal, dakwah, dan membimbing makhluk kepada kebenaran.

مِنْ فَضَائِلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ أَنَّ الْمَلَائِكَةَ الْكِرَامَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَوَضْعُ الْمَلَائِكَةِ أَجْنِحَتَهَا لَهُ تَوَاضُعًا لَهُ وَتَوْقِيرًا وَإِكْرَامًا لِمَا يَحْمِلُهُ مِنْ مِيرَاثِ النُّبُوَّةِ وَيَطْلُبُهُ
 Di antara keutamaan ilmu dan ahlinya adalah bahwa para malaikat yang mulia merendahkan sayapnya bagi penuntut ilmu. Perbuatan malaikat ini menunjukkan ketawadhuan mereka, penghormatan, dan pemuliaan terhadap ilmu yang dibawa dan dicari oleh para penuntut ilmu.

أَنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَا يُوَرَّثُونَ؛ لِأَنَّهُمْ لَمْ يُوَرِّثُوا دِرْهَمًا وَلَا دِينَارًا، وَهَذَا مِنْ حِكْمَةِ اللَّهِ -عَزَّ وَجَلَّ- لِئَلَّا يَقُولَ قَائِلٌ إِنَّ النَّبِيَّ إِنَّمَا ادَّعَى النُّبُوَّةَ لِأَجْلِ الدُّنْيَا
 Para nabi tidak diwarisi harta benda, karena mereka tidak mewariskan dirham maupun dinar. Ini adalah bagian dari hikmah Allah Azza wa Jalla, agar tidak ada orang yang berkata bahwa nabi mengklaim kenabian demi dunia.

أَنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ؛ لِأَنَّ الْقَمَرَ يُضِيءُ الْآفَاقَ وَيَمْتَدُّ نُورُهُ فِي أَقْطَارِ الْعَالَمِ، وَهَذِهِ حَالُ الْعَالِمِ،

Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan dibandingkan bintang-bintang lainnya. Sebab, bulan menerangi cakrawala dan cahayanya menjangkau seluruh penjuru dunia, demikianlah keadaan seorang alim.

 وَأَمَّا الْكَوْكَبُ فَنُورُهُ لَا يُجَاوِزُ نَفْسَهُ أَوْ مَا قَرُبَ مِنْهُ،

Adapun bintang, cahayanya tidak melampaui dirinya sendiri atau hanya sedikit menjangkau sekitarnya.

 وَهَذِهِ حَالُ الْعَابِدِ الَّذِي يُضِيءُ نُورُ عِبَادَتِهِ عَلَيْهِ دُونَ غَيْرِهِ، وَإِنْ جَاوَزَ نُورُ عِبَادَتِهِ غَيْرَهُ فَإِنَّمَا يُجَاوِزُهُ غَيْرَ بَعِيدٍ
Ini seperti keadaan seorang ahli ibadah yang cahayanya hanya menerangi dirinya sendiri dan tidak sampai ke orang lain. Jika pun cahayanya menjangkau orang lain, maka jangkauannya tidaklah jauh

Maraji: https://hadeethenc.com/ar/browse/hadith/6267


Pelajaran dari Hadits ini


Hadits ini memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya ilmu dalam Islam, kedudukan ulama, serta bagaimana seorang Muslim harus memuliakan ilmu dan para pencarinya. Pelajaran penting dari hadits ini yaitu:

 1. Menempuh Jalan Ilmu Itu Ibadah Besar

Perkataan: مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا
(Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu)

Hadits ini dimulai dengan menekankan bahwa orang yang berjalan untuk mencari ilmu agama sedang melakukan ibadah besar. Bukan hanya berjalan kaki, tapi juga termasuk duduk di majelis ilmu, membuka kitab, atau menonton kajian lewat HP. Semua itu termasuk "menempuh jalan ilmu". Allah mencintai orang yang mau belajar agama, karena ilmu itu kunci semua kebaikan. Firman Allah:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(QS Al-Mujadilah: 11)
(Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan yang memiliki ilmu. Dalam konteks menempuh jalan untuk mencari ilmu, ayat ini mengingatkan kita bahwa pencarian ilmu adalah sarana untuk mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah.

Menempuh jalan ilmu berarti bersungguh-sungguh mencari pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, dengan niat yang benar untuk meningkatkan kualitas diri dan memberi manfaat kepada umat. Allah memberikan penghargaan yang lebih tinggi bagi orang yang berilmu, karena mereka mampu mengamalkan iman dengan pemahaman yang lebih dalam dan luas. Proses mencari ilmu adalah langkah nyata menuju peningkatan derajat di dunia dan akhirat.


2. Ilmu Mengantar ke Surga

Perkataan: سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga)

Orang yang belajar ilmu agama akan dipermudah jalannya ke surga. Maksudnya, Allah mudahkan ia memahami kebenaran, mengamalkannya, dan menjauhi maksiat. Ini juga bisa berarti Allah beri kemudahan hidupnya agar terus dalam kebaikan. Belajar agama itu ibarat GPS menuju surga. Nabi bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
(Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah akan pahamkan dia dalam agama) – HR. Bukhari.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama adalah salah satu tanda seseorang sedang diarahkan oleh Allah menuju jalan kebaikan yang tertinggi—yaitu surga.

Pemahaman agama (fiqh fid-dīn) menjadikan seseorang mampu membedakan yang halal dan haram, mengetahui mana yang diridhai Allah, serta meniti hidup dengan petunjuk yang benar. Orang yang memahami agama akan beramal berdasarkan ilmu, dan amal dengan ilmu adalah amalan yang diterima serta menjadi jalan menuju surga. 


3. Malaikat Turut Menghormati Penuntut Ilmu

Perkataan: وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
(Sungguh para malaikat meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu)

Malaikat adalah makhluk yang sangat mulia, tapi mereka menghormati penuntut ilmu sampai-sampai meletakkan sayapnya sebagai bentuk penghormatan dan dukungan. Ini menunjukkan betapa tingginya derajat orang yang mencari ilmu. Rasulullah bersabda:


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا... لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
(Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, dan seluruh makhluk di langit dan bumi sampai semut di lubangnya... semuanya bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia)
HR. Tirmidzi.


4. Malaikat Ridha dengan Usaha Belajarnya

Perkataan: رِضًى بِمَا يَصْنَعُ
(karena ridha dengan apa yang ia lakukan)

Ternyata malaikat ridha dan senang terhadap orang yang belajar agama. Ini artinya, kegiatan belajar ilmu agama bukan hanya disukai manusia, tapi juga membuat makhluk langit senang. Ini motivasi besar untuk terus belajar, karena kita sedang mengisi hati dan hidup dengan cahaya. Allah juga berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(QS Az-Zumar: 9)
(Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang tahu dengan yang tidak tahu?)

Ayat tersebut menegaskan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu, yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengetahuan.

Dalam konteks ini, pencarian ilmu agama tidak hanya membawa manfaat bagi individu, tetapi juga mendapatkan ridha dan kebahagiaan dari Allah dan malaikat. Malaikat merasa senang dan ridha terhadap orang yang menuntut ilmu agama karena mereka melihat bahwa orang tersebut berusaha memahami wahyu Allah dan mengamalkannya dengan benar.


5. Semua Makhluk Mendoakan Orang Berilmu

Perkataan: وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
(Sungguh orang yang berilmu didoakan oleh siapa pun di langit dan di bumi)

Betapa luar biasanya, seorang alim—yaitu orang yang belajar dan mengamalkan ilmu—didoakan oleh seluruh makhluk di langit dan di bumi. Itu termasuk malaikat, hewan, dan tumbuhan. Artinya, keberadaan orang yang berilmu membawa berkah bagi alam semesta.


6. Ikan pun Turut Mendoakan

Perkataan: حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ
(bahkan ikan-ikan di air)

Ikan yang hidup di air pun memohonkan ampun untuk orang berilmu. Ini menandakan bahwa ilmu agama sangat bermanfaat untuk dunia. Karena orang berilmu akan mengajarkan kejujuran, keadilan, dan menjaga lingkungan. Orang berilmu tidak merusak, tapi memperbaiki. Maka seluruh makhluk pun mendapatkan manfaat dari orang berilmu, baik manfaat langsung ataupun tidak langsung.


7. Ilmu Lebih Utama dari Ibadah Saja

Perkataan: وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
(Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas semua bintang)

Orang yang punya ilmu dan mengamalkannya lebih utama daripada orang yang ibadah tapi tidak paham ilmunya. Perbandingannya seperti bulan purnama yang cahayanya lebih terang dibanding bintang-bintang. Ilmu menjadikan ibadah benar, amalnya terarah, dan manfaatnya luas. Ini karena ilmu membimbing amal agar benar. Dalam HR. Ibnu Majah (no. 224), Nabi bersabda:

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ
(Keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.)

Hadits tersebut menjelaskan tingginya derajat orang berilmu dibandingkan dengan sekadar ahli ibadah.

Ilmu menjadikan ibadah lebih tepat dan bermanfaat luas. Seorang alim memberi bimbingan kepada umat, sedangkan seorang abid hanya fokus pada kesalehan pribadinya. Maka, ilmu melahirkan manfaat kolektif, sedangkan ibadah hanya bersifat individual. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, ilmu yang diamalkan dan diajarkan memiliki nilai strategis dalam membangun peradaban umat.


8. Ilmu Membawa Cahaya bagi Orang Lain

Bulan bukan hanya menerangi dirinya, tapi juga menerangi sekelilingnya. Begitu juga orang berilmu, dia memberi manfaat bagi orang lain. Dia mengajarkan kebaikan, meluruskan kesalahan, dan membantu orang memahami agama. Sandaran orang berilmu adalah al-quran dan hadits. Rasulullah bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
(Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya) – HR. Bukhari.

Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat kehidupannya—dengan mempelajarinya secara serius lalu menyebarkan ilmunya kepada orang lain.

Belajar Al-Qur’an mencakup membaca, memahami makna, serta mengamalkan isinya, sementara mengajarkannya menjadi bentuk dakwah dan kontribusi sosial. Hadits ini menegaskan bahwa kemuliaan seorang muslim tidak diukur dari hartanya, tetapi dari hubungan dan perannya terhadap Al-Qur’an.


9. Ulama Adalah Pewaris Nabi

Perkataan: وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
(Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi)

Ulama mewarisi tugas para nabi, yaitu mengajarkan ilmu agama kepada umat. Nabi tidak mewariskan harta, tapi ilmu. Maka ulama adalah penerus jalan kenabian yang menyebarkan cahaya Islam. Mereka bukan hanya menyampaikan, tapi juga menjaga amanah kebenaran.


10. Nabi Tidak Mewariskan Harta

Perkataan: وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا
(Para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham)

Ini menunjukkan bahwa kekayaan bukan tujuan utama hidup nabi. Mereka fokus pada misi menyampaikan wahyu. Jadi, warisan terbaik mereka bukan emas atau uang, tapi ilmu yang menyelamatkan umat. Hal ini juga menjadi pelajaran bahwa kebahagiaan hidup bukan dari harta, tapi dari ilmu yang benar. Rasulullah bersabda:

نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ لَا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَاهُ فَهُوَ صَدَقَةٌ
(Kami, golongan para nabi, tidak diwarisi; apa yang kami tinggalkan maka itu adalah sedekah.)

Hadits ini menjelaskan bahwa para nabi tidak mewariskan harta benda kepada ahli waris seperti manusia biasa. Segala sesuatu yang mereka tinggalkan setelah wafat bukanlah warisan, melainkan menjadi sedekah yang diperuntukkan bagi umat. Ini menunjukkan bahwa misi kenabian tidak berorientasi pada kekayaan duniawi, tetapi pada pelayanan dan manfaat umat. Hadits ini juga menjadi dasar bahwa warisan Nabi Muhammad ﷺ tidak diwariskan kepada keluarga beliau, melainkan dikelola untuk kepentingan umat Islam.


11. Ilmu Adalah Warisan Terbesar

Perkataan: وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ
(Akan tetapi mereka mewariskan ilmu)

Ilmu agama adalah warisan terbesar dari para nabi. Karena dengan ilmu, seseorang bisa tahu mana halal-haram, benar-salah, dan jalan hidup yang diridhoi Allah. Maka kita harus semangat mengambil warisan ini, karena nilainya lebih dari dunia dan isinya.


12. Ilmu Adalah Keuntungan Besar

Perkataan: فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
(Siapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang besar)

Siapa yang belajar ilmu agama, berarti dia sudah mengambil bagian besar dari kebaikan hidup. Ilmu itulah yang akan menuntun dalam pekerjaan, rumah tangga, bermasyarakat, bahkan sampai masuk kubur. Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ... أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
(Jika seseorang meninggal dunia, maka amalnya terputus kecuali dari tiga hal... salah satunya ilmu yang bermanfaat) – HR. Muslim.


13. Ilmu Membentuk Masyarakat Jujur dan Amanah

Ilmu agama akan melahirkan masyarakat yang adil, jujur, dan amanah. Orang yang berilmu tahu bahwa berdusta, korupsi, dan merugikan orang lain adalah dosa. Maka ilmu menjadikan masyarakat lebih tenteram. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
(QS An-Nahl: 90)
(Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat adil dan kebaikan).


Penutup Kajian


 Jamaah yang dirahmati Allah,

Salah satu keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini adalah bahwa setiap orang menuntut ilmu mendapat keberkahan yang luar biasa. Allah SWT memudahkan jalan mereka menuju surga, bahkan seluruh makhluk di langit dan bumi, termasuk ikan di laut dan binatang di darat, turut mendoakan ampunan bagi mereka. Sungguh, Allah sangat memuliakan orang-orang yang menuntut ilmu.

Lebih dari itu, hadits ini juga mengingatkan kita bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Mereka mewarisi ilmu dan amal, serta tugas mulia untuk menyampaikan wahyu Allah dan membimbing umat manusia menuju kebenaran. Dan yang tak kalah penting, hadits ini mengajarkan bahwa perbedaan antara seorang alim dan seorang ahli ibadah seperti perbedaan antara cahaya bulan purnama dengan cahaya bintang-bintang lainnya—ilmu itu menyinari dan membawa manfaat bagi orang lain.

Mari kita renungkan hadits yang penuh berkah ini, agar kita semakin bersemangat dalam mencari ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu agama, serta memahami bahwa ilmu adalah warisan yang paling berharga yang dapat kita warisi dan manfaatkan untuk kebaikan umat. Semoga kita semua diberi kemudahan dalam menuntut ilmu dan mendapatkan manfaat yang besar dari setiap langkah kita menuju jalan ilmu.

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers