Hadits: Kain Kafan Jenazah Rasulullah ﷺ


Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, kita memuji Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dan menuntut ilmu yang bermanfaat. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan sahabatnya, serta umatnya yang mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Kehidupan di dunia ini penuh dengan ujian, termasuk ujian tentang cara kita memandang dan merespons kehilangan. Kematian adalah takdir yang pasti bagi setiap makhluk hidup, dan bagaimana kita menanggapi perpisahan ini adalah bagian dari ajaran Islam yang penuh hikmah. Salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil adalah bagaimana Rasulullah ﷺ diperlakukan setelah wafatnya, yang mana memberikan kita pedoman tentang adab dan tata cara mempersiapkan jenazah dengan penuh rasa hormat dan kesungguhan.

Hadits yang akan kita kaji hari ini, berasal dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang menceritakan tentang bagaimana dialognya dengan ayahnya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq menjelang wafat, menanyakan jumlah lapis kain kafan jenazah Rasulullah ﷺ. Mari kita simak haditsnya:

-----

Hadits ke-1:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

إِنَّ أَبَا بَكْرٍ قَالَ لَهَا: يَا بُنَيَّةُ، أَيُّ يَوْمٍ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قُلْتُ: يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، قَالَ: فِي كَمْ كَفَّنْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قُلْتُ: يَا أَبَتِ، كَفَّنَّاهُ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ سَحُولِيَّةٍ جُدُدٍ يَمَانِيَّةٍ، لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ، وَلَا عِمَامَةٌ، أُدْرِجَ فِيهَا إِدْرَاجًا

Sesungguhnya Abu Bakar berkata kepadanya (Aisyah): "Wahai putriku, pada hari apa Rasulullah wafat?"

Aku (Aisyah) menjawab, "Pada hari Senin."

Lalu beliau bertanya, "Dengan berapa lembar kain kalian mengafani Rasulullah ?"
Aku (Aisyah) menjawab, "Wahai ayahku, kami mengafani beliau dengan tiga lembar kain putih dari Yaman yang baru, tanpa baju dan tanpa sorban, dan beliau dibungkus dengan kain-kain itu secara langsung (tanpa pakaian tambahan)."

HR Al-Bukhari (1264), Muslim (941), Abu Dawud (3151), At-Tirmidzi (996), An-Nasa’i (1899), Ibnu Majah (1469) dan Ahmad (24869)

-----

Hadits ke-2:

 Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

دَخَلْتُ عَلَى أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ: فِي كَمْ كَفَّنْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ سَحُولِيَّةٍ، لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلَا عِمَامَةٌ، وَقَالَ لَهَا: فِي أَيِّ يَوْمٍ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، قَالَ: فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟ قَالَتْ: يَوْمُ الِاثْنَيْنِ، قَالَ: أَرْجُو فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ اللَّيْلِ، فَنَظَرَ إِلَى ثَوْبٍ عَلَيْهِ، كَانَ يُمَرَّضُ فِيهِ بِهِ رَدْعٌ مِنْ زَعْفَرَانٍ، فَقَالَ: اغْسِلُوا ثَوْبِي هَذَا وَزِيدُوا عَلَيْهِ ثَوْبَيْنِ، فَكَفِّنُونِي فِيهَا، قُلْتُ: إِنَّ هَذَا خَلَقٌ، قَالَ: إِنَّ الحَيَّ أَحَقُّ بِالْجَدِيدِ مِنَ الْمَيِّتِ، إِنَّمَا هُوَ لِلْمُهْلَةِ، فَلَمْ يُتَوَفَّ حَتَّى أَمْسَى مِنْ لَيْلَةِ الثُّلَاثَاءِ، وَدُفِنَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ.

Aku (Aisyah) masuk menemui Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, lalu beliau bertanya: "Dengan berapa lembar kain kalian mengafani Nabi ?"

Aku menjawab: "Dengan tiga lembar kain putih dari Yaman (Sahuliyyah), tanpa baju dan tanpa sorban."

Kemudian beliau bertanya: "Pada hari apa Rasulullah wafat?"

Aku menjawab: "Pada hari Senin."

Beliau bertanya lagi: "Hari apakah sekarang?"

Aku menjawab: "Hari Senin."

Beliau berkata: "Aku berharap (wafat) antara aku dan malam ini."

Lalu beliau melihat ke arah pakaian yang sedang dipakainya saat sakit, yang terdapat bekas saffron di dalamnya, kemudian beliau berkata: "Cucilah bajuku ini, lalu tambahkan dua lembar kain lagi, dan kafanilah aku dengannya."

Aku berkata: "Tapi ini sudah usang (lama)."

Beliau menjawab: "Sesungguhnya orang hidup lebih berhak terhadap pakaian yang baru daripada orang mati. Kafan itu hanya untuk menutupi tubuh (dan menahan pembusukan)."

Kemudian beliau tidak wafat sampai malam Selasa tiba, dan beliau dikuburkan sebelum fajar menyingsing.

HR Al-Bukhari (1387) dan Muslim (941)


Syarah Hadits


كَانَ الصَّحَابَةُ حَرِيصِينَ عَلَى الِاقْتِدَاءِ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Para sahabat sangat bersemangat dalam meneladani Nabi .

يَفْعَلُونَ ذَلِكَ امْتِثَالًا لِأَمْرِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Mereka melakukan itu sebagai bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah .

وَمَحَبَّةً لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan karena kecintaan kepada Nabi .

وَمُحَافَظَةً عَلَى اقْتِفَاءِ آثَارِهِ
Serta menjaga jejak-jejak beliau.

حَتَّى فِي أَصْعَبِ الظُّرُوفِ وَأَشَدِّ الْمَوَاقِفِ
Bahkan dalam keadaan yang paling sulit dan situasi yang paling berat.

كَمَا تُخْبِرُ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي هَذَا الْحَدِيثِ
Sebagaimana yang dikabarkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadis ini.

أَنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى أَبِيهَا أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Bahwa ia masuk menemui ayahnya, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

وَذَلِكَ كَانَ فِي مَرَضِ مَوْتِهِ
Dan itu terjadi saat sakit yang menyebabkan wafatnya.

فَسَأَلَهَا: فِي كَمْ ثَوْبًا كَفَّنْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟
Lalu ia bertanya kepadanya: "Dalam berapa lembar kain kalian mengafani Nabi ?"

فَأَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Maka Aisyah radhiyallahu ‘anha memberitahunya.

أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ لُفَّ جَسَدُهُ الشَّرِيفُ بَعْدَ تَغْسِيلِهِ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيضٍ
Bahwa tubuh mulia beliau setelah dimandikan dikafani dengan tiga lembar kain putih.

مِمَّا صُنِعَ فِي الْيَمَنِ
Yang dibuat di Yaman.

وَ«سُحُولِيَّة» -بِضَمِّ السِّينِ- جَمْعُ سُحْل، وَهُوَ الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ
Dan "Suhūliyah" (dengan dhammah pada huruf sīn) adalah bentuk jamak dari "Suhul", yaitu kain putih.

وَ«سَحُولِيَّة» -بِفَتْحِ السِّينِ- نِسْبَةٌ إِلَى قَرْيَةٍ بِالْيَمَنِ اسْمُهَا سَحُولُ
Sedangkan "Sahūliyah" (dengan fathah pada huruf sīn) adalah nisbah kepada sebuah desa di Yaman yang bernama "Sahūl".

هَذِهِ الْأَثْوَابُ لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ مَخِيطٌ عَلَى كُلِّ الْجَسَدِ
Kain-kain ini tidak ada baju yang dijahit untuk seluruh tubuh.

وَلَا عِمَامَةٌ تُغَطِّي الرَّأْسَ
Dan tidak ada sorban yang menutupi kepala.

ثُمَّ سَأَلَهَا عَنِ الْيَوْمِ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kemudian ia bertanya kepadanya tentang hari wafatnya Rasulullah .

فَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: يَوْمَ الِاثْنَيْنِ
Maka Aisyah r.a. menjawab: "Hari Senin."

فَسَأَلَهَا: فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا الَّذِي هِيَ عِنْدَهُ فِيهِ؟
Lalu ia bertanya kepadanya: "Hari apakah ini yang sedang engkau berada di sisiku?"

فَقَالَتْ: يَوْمُ الِاثْنَيْنِ
Ia menjawab: "Hari Senin."

قَالَ: أَرْجُو فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ اللَّيْلِ
Ia berkata: "Aku berharap (wafat) antara sekarang dan malam."

بِمَعْنَى: أَنَّهُ رَجَا أَنْ يُقْبَضَ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ حَتَّى مَعَ سَاعَاتِ اللَّيْلِ الْأَخِيرَةِ لِهَذَا الْيَوْمِ
Maksudnya, ia berharap agar diwafatkan pada hari itu, hingga akhir malam hari itu.

وَذَلِكَ لِحِرْصِهِ عَلَى اتِّبَاعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَيَاتِهِ، فَأَرَادَ أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ أَيْضًا فِي مَمَاتِهِ
Hal itu karena kesungguhannya dalam mengikuti Nabi semasa hidupnya, sehingga ia ingin demikian pula dalam wafatnya.

ثُمَّ نَظَرَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى ثَوْبٍ عَلَيْهِ كَانَ يَلْبَسُهُ وَهُوَ مَرِيضٌ
Kemudian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu melihat kain yang ia kenakan saat sakit.

وَكَانَ مُلَطَّخًا بِالزَّعْفَرَانِ
Kain itu terkena warna kuning dari za'faran.

وَهُوَ نَبَاتٌ ذُو لَوْنٍ وَرَائِحَةٍ طَيِّبَةٍ
Za’faran adalah tanaman yang memiliki warna dan aroma yang harum.

فَقَالَ: اغْسِلُوا ثَوْبِي هَذَا، وَزِيدُوا عَلَيْهِ ثَوْبَيْنِ، فَكَفِّنُونِي فِيهَا
Lalu ia berkata: "Cucilah kainku ini, tambahkan dua kain lagi, dan kafanilah aku dengan ketiganya."

فَقَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: إِنَّ هَذَا خَلَقٌ
Aisyah r.a. berkata kepadanya: "Kain ini sudah usang."

أَي: قَدِيمٌ غَيْرُ جَدِيدٍ
Artinya, kain itu sudah lama dan bukan yang baru.

فَقَالَ: إِنَّ الْحَيَّ أَحَقُّ بِالْجَدِيدِ مِنَ الْمَيِّتِ
Ia menjawab: "Orang yang hidup lebih berhak terhadap kain baru daripada orang mati."

فَالْحَيُّ يَكُونُ أَحْوَجَ إِلَى ذَلِكَ مِنَ الْمَيِّتِ
Orang hidup lebih membutuhkan kain baru dibandingkan orang yang sudah meninggal.

وَإِنَّمَا الثَّوْبُ الَّذِي يُكفَّنُ فِيهِ هُوَ لِلْمُهْلَةِ
Kain kafan hanya digunakan untuk menghadapi pembusukan tubuh.

أَي: لِلصَّدِيدِ الَّذِي يَذُوبُ مِنْ جِسْمِ الْمَيِّتِ
Maksudnya adalah untuk menampung cairan yang keluar dari tubuh mayit.

ثُمَّ أَخْبَرَتْ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَمْ يُتَوَفَّ حَتَّى أَمْسَى مِنْ لَيْلَةِ الثُّلَاثَاءِ
Kemudian Aisyah mengabarkan bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak wafat hingga malam Selasa tiba.

بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ
Antara waktu Maghrib dan Isya.

وَدُفِنَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ
Ia dimakamkan sebelum waktu Subuh.

وَكَانَتْ وَفَاتُهُ لِثَمَانِ لَيَالٍ بَقِينَ مِنْ جُمَادَى الْآخِرَةِ
Wafatnya terjadi pada delapan malam tersisa dari bulan Jumadil Akhir.

سَنَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ مِنَ الْهِجْرَةِ
Pada tahun 13 Hijriyah.

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَاهُ
Semoga Allah meridhainya dan memuliakannya.

وَفِي الْحَدِيثِ: مَشْرُوعِيَّةُ التَّكْفِينِ فِي الثِّيَابِ الْبِيضِ
Dalam hadis ini terdapat dalil tentang disyariatkannya mengafani dengan kain putih.

وَالثِّيَابِ الْقَدِيمَةِ الْمَغْسُولَةِ
Dan kain kafan boleh dari kain lama yang telah dicuci.

وَأَنْ يَكُونَ الْكَفَنُ ثَلَاثَةَ أَثْوَابٍ
Dan bahwa kafan itu disunnahkan tiga lembar kain.

وَفِيهِ: إِيثَارُ الْحَيِّ بِالْجَدِيدِ
Dalam hadis ini juga terdapat pelajaran bahwa orang hidup lebih berhak menggunakan kain baru.

وَفِيهِ: مَشْرُوعِيَّةُ دَفْنِ الْمَيِّتِ بِاللَّيْلِ
Dan disyariatkannya pemakaman mayit pada malam hari.

وَفِيهِ: أَخْذُ الْمَرْءِ الْعِلْمَ عَمَّنْ دُونَهُ
Dan boleh seseorang mengambil ilmu dari orang yang lebih muda darinya.

وَفِيهِ: فَضْلُ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ
Dan keutamaan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu

وَصِحَّةُ فِرَاسَتِهِ، وَثَبَاتُهُ عِنْدَ وَفَاتِهِ
Juga ketajaman firasatnya serta keteguhannya saat wafatnya.

وَفِيهِ: أَنَّ وَصِيَّةَ الْمَيِّتِ مُعْتَبَرَةٌ فِي كَفَنِهِ إِذَا كَانَتْ عَلَى وَجْهٍ شَرْعِيٍّ
Dan bahwa wasiat mayit dalam hal kafannya diperhitungkan jika sesuai syariat.

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/139511


Pelajaran dari Hadits ini


 

1. Keutamaan Meneladani Nabi ﷺ

  • Para sahabat sangat bersemangat dalam meneladani Nabi ﷺ, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keadaan hidup dan wafatnya.
  • Abu Bakar r.a. sangat ingin wafat pada hari yang sama dengan wafatnya Rasulullah ﷺ, sebagai bentuk kecintaannya kepada beliau dan kesungguhannya dalam mengikuti sunnah.

2. Anjuran Menggunakan Kain Kafan yang Sederhana

  • Abu Bakar r.a. meminta agar kain kafannya terdiri dari kain yang sudah lama, tidak harus yang baru dan mahal.
  • Ini menunjukkan bahwa kain kafan bukan untuk bermegah-megahan, melainkan sekadar penutup jenazah.
  • Kesederhanaan dalam kafan adalah sunnah, selama kainnya bersih dan cukup untuk menutup tubuh.

3. Keutamaan Warna Putih dalam Kain Kafan

  • Nabi ﷺ dikafani dengan tiga lembar kain putih dari Yaman.
  • Ini menunjukkan bahwa menggunakan kain putih lebih utama dalam kafan, sebagaimana juga dianjurkan dalam pakaian sehari-hari.

4. Kebolehan Menggunakan Kain Kafan Lama yang Dicuci

  • Abu Bakar r.a. memilih kain lamanya untuk kafan, dengan syarat dicuci terlebih dahulu.
  • Ini menunjukkan bahwa kain kafan tidak harus baru, selama bersih dan layak digunakan.

5. Anjuran Menggunakan Tiga Lembar Kain untuk Kafan

  • Nabi ﷺ dikafani dengan tiga lembar kain putih tanpa baju dan tanpa sorban.
  • Ini menjadi dalil bahwa sunnahnya kafan laki-laki adalah tiga lembar kain.

6. Kesederhanaan dalam Kematian

  • Abu Bakar r.a. menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanya sementara, sehingga tidak perlu berlebihan dalam hal kematian, termasuk kain kafan.
  • Ia mengatakan: "Orang yang hidup lebih berhak terhadap kain baru dibandingkan orang yang mati."

7. Bolehnya Menguburkan Mayit di Malam Hari

  • Abu Bakar r.a. wafat di waktu malam dan dikuburkan sebelum Subuh.
  • Ini menjadi dalil bahwa pemakaman di malam hari diperbolehkan jika tidak ada halangan.

8. Keutamaan Abu Bakar r.a.

  • Abu Bakar r.a. memiliki firasat yang tajam, ia mengetahui bahwa ajalnya sudah dekat.
  • Ia tetap tenang dan tegar menghadapi kematiannya, menunjukkan keimanannya yang kuat.

9. Bolehnya Mengambil Ilmu dari yang Lebih Muda

  • Abu Bakar r.a. bertanya kepada Aisyah r.a. tentang kain kafan dan hari wafat Nabi ﷺ.
  • Ini menunjukkan bahwa tidak masalah bagi orang tua untuk belajar dari yang lebih muda jika mereka memiliki ilmu.

10. Wasiat Mayit dalam Hal Kafan Diperhitungkan Jika Sesuai Syariat

  • Abu Bakar r.a. memberi wasiat tentang kafannya, dan wasiat ini dipenuhi karena sesuai dengan ketentuan syariat.
  • Ini menunjukkan bahwa wasiat mayit dalam hal yang diperbolehkan oleh syariat harus dipatuhi.

 


Penutup Kajian


Jamaah yang dirahmati Allah,

Hadits ini mengajarkan banyak aspek penting dalam kehidupan dan kematian, termasuk kecintaan  sahabat kepada Nabi ﷺ, kesederhanaan dalam pemakaman, serta adab dalam menyiapkan jenazah. dengan cara yang baik sesuai dengan tuntunan syariat. Keutamaan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu juga sangat terlihat dalam hadits ini, menunjukkan keteguhan imannya hingga saat-saat terakhir hidupnya.

Semoga kajian kali ini bisa memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang adab mempersiapkan jenazah, serta mengingatkan kita akan kematian yang pasti datang, dan bagaimana kita harus mempersiapkan diri kita dengan amal yang baik.

Demikian kajian ini.



Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers