Hadits: Larangan Sombong Dalam Berpakaian

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin yang dirahmati Allah,
Di tengah kehidupan yang semakin menonjolkan penampilan lahiriah, banyak orang kini berlomba-lomba memperindah busana, memperpanjang pakaian, menjadikan penampilan sebagai simbol status sosial dan kebanggaan. Sering kali, tanpa disadari, cara berpakaian menjadi media untuk menonjolkan kesombongan dan rasa lebih tinggi dari orang lain. Padahal dalam Islam, akhlak yang paling tercela adalah kibr (kesombongan), dan justru kesederhanaan serta kerendahan hati yang dijunjung tinggi.

Salah satu bentuk kesombongan yang seringkali dianggap sepele oleh masyarakat adalah isbal — memanjangkan pakaian hingga melebihi mata kaki, terutama jika disertai dengan perasaan angkuh. Masyarakat sering menganggap ini hanya urusan gaya, mode, atau selera pribadi, padahal Rasulullah ﷺ dengan tegas memperingatkan akibat buruknya di akhirat, yaitu Allah tidak akan memandang pelakunya pada hari kiamat.

Hadits yang akan kita kaji hari ini menyoroti hal tersebut secara sangat jelas dan tajam. Ini bukan sekadar masalah cara berpakaian, tetapi menyangkut penyakit hati yang merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Maka sangat penting bagi kita untuk memahami dengan benar isi hadits ini, agar tidak hanya mampu menghindari bentuk kesombongan lahiriah, tetapi juga menjaga hati dari penyakit yang lebih dalam.

Kajian ini penting bukan hanya untuk memperbaiki cara kita berpenampilan, tetapi juga sebagai cermin untuk menilai isi hati kita—apakah kita masih merasa lebih baik dari orang lain, walau hanya karena pakaian? Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk memahami dan mengamalkan hadits ini dengan sebenar-benarnya.


 Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

الإِسْبَالُ فِي الإِزَارِ وَالقَمِيصِ وَالعِمَامَةِ، مَن جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ، لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ

Isbal ada pada izar, qamis, dan imamah, siapa yang menyeret salah satu darinya dengan kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.

HR. Abu Dawud (4094), an-Nasa’i (5334), dan Ibnu Majah (3576).


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


الإِسْبَالُ فِي الإِزَارِ وَالقَمِيصِ وَالعِمَامَةِ
Isbal ada pada izar, qamis, dan imamah

Isbal adalah perbuatan menjulurkan pakaian di bawah mata kaki. Dalam Islam, hal ini dipandang sebagai bentuk kesombongan bila disertai niat membanggakan diri.

Perkataan ini menyebut tiga jenis pakaian: izar (kain penutup tubuh bagian bawah seperti sarung), qamis (baju panjang), dan imamah (sorban).

Dengan menyebut ketiganya, Nabi menjelaskan bahwa larangan isbal tidak terbatas pada satu jenis pakaian saja.

Ini menunjukkan cakupan hukum yang luas dan prinsip kehati-hatian dalam berpakaian.

Syariat memerintahkan umat Islam untuk menjaga sikap tawadhu' (rendah hati), bahkan dalam hal berpakaian.


مَن جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ
Siapa yang menyeret salah satu darinya dengan sombong

Perkataan ini menyebut sebab yang menyebabkan isbal menjadi dosa besar, yaitu sikap khuyalā’ (kesombongan).

Menyeret pakaian dengan niat membanggakan diri adalah cerminan kesombongan hati, yang sangat tercela dalam Islam.

Kesombongan dalam Islam bukan hanya ditampakkan melalui ucapan, tetapi juga bisa melalui cara berpakaian dan berpenampilan.

Nabi ingin umatnya tidak terjerumus dalam bentuk kesombongan yang halus dan tersembunyi, yang bisa merusak hati.

Maka, pelarangan ini adalah bagian dari pendidikan ruhani agar manusia menjaga niat dan sikap, meski dalam hal yang tampaknya sepele.


لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ
Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat

Ini adalah bentuk ancaman yang sangat berat.

Tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat berarti diabaikan dari rahmat, kasih sayang, dan ampunan-Nya.

Dalam konteks hari kiamat, kebutuhan manusia akan rahmat Allah sangat besar, sehingga tidak dipandang oleh Allah merupakan kehinaan yang luar biasa.

Kalimat ini menunjukkan bahwa dosa karena kesombongan dalam berpakaian bukan perkara kecil, bahkan bisa menyebabkan pelakunya dijauhkan dari anugerah Allah.

Hal ini menunjukkan urgensi untuk menghindari perbuatan riya’, ujub, dan kesombongan dalam segala aspek kehidupan.

 


Syarah Hadits


حَذَّرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عِبَادَهُ الْكِبْرَ وَالْخُيَلَاءَ
Allah ‘Azza wa Jalla memperingatkan hamba-hamba-Nya dari sifat sombong dan angkuh.

وَتَوَعَّدَ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ بِعِقَابٍ شَدِيدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dan mengancam siapa saja yang melakukan hal tersebut dengan siksaan yang berat pada hari kiamat.

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadits ini, Nabi bersabda:

"الْإِسْبَالُ فِي الْإِزَارِ وَالْقَمِيصِ وَالْعِمَامَةِ"
"Isbal pada izar, qamis, dan imamah."

أَي: إِطَالَتُهُ إِلَى مَا بَعْدَ الْكَعْبَيْنِ فِي الْقَمِيصِ وَالْإِزَارِ
Yaitu memanjangkannya sampai melewati mata kaki dalam qamis dan izar.

وَالْمُرَادُ بِإِطَالَةِ الْعِمَامَةِ
Dan yang dimaksud dengan memanjangkan imamah (sorban)

إِطَالَةُ طَرَفِهَا وَعَذَبَتِهَا عَنِ الزِّيَادَةِ الْمُعْتَادَةِ وَالْمَعْرُوفَةِ فَوْقَ الْكَتِفَيْنِ
Adalah memanjangkan ujung dan ikatan sorban melebihi batas umum dan kebiasaan di atas kedua bahu.

وَالْإِزَارُ: مَا يَسْتُرُ الْجُزْءَ السُّفْلِيَّ مِنَ الْجَسَدِ
Dan izar adalah kain yang menutupi bagian bawah tubuh.

"مَنْ جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ"
"Siapa yang menyeret salah satunya karena kesombongan."

أَي: أَرَادَ بِجَرِّهِ وَإِطَالَتِهِ الْكِبْرَ
Yaitu dia bermaksud menampakkan kesombongan dengan menyeret dan memanjangkannya.

"لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
"Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat."

أَي: كَانَ جَزَاؤُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَّا يَنْظُرَ اللهُ إِلَيْهِ
Yaitu balasannya pada hari kiamat adalah Allah tidak akan memandangnya.

وَكُلُّ مَنْ حُرِمَ نَظَرَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِ فَإِنَّ لَهُ نَصِيبًا مِنَ الْوَعِيدِ
Dan siapa saja yang diharamkan dari pandangan Allah kepadanya, maka ia mendapatkan bagian dari ancaman.

وَصَاحِبُهُ مُسْتَحِقٌّ لِلْعَذَابِ الْأَلِيمِ
Dan orang tersebut berhak mendapatkan azab yang pedih.

وَهَذَا الْأَمْرُ مُخْتَصٌّ بِالرِّجَالِ فَقَطْ
Dan perkara ini khusus berlaku bagi laki-laki saja.

وَقَوْلُهُ: "خُيَلَاءَ"
Dan sabdanya: "karena sombong"

دَلَّ أَنَّ هَذَا الْوَعِيدَ إِنَّمَا يَتَعَلَّقُ بِمَنْ جَرَّهُ لِهَذِهِ الْعِلَّةِ
Menunjukkan bahwa ancaman ini hanya berkaitan dengan orang yang melakukannya karena sebab ini.

فَأَمَّا لِغَيْرِهَا – كَاسْتِعْجَالِ الرَّجُلِ لِحَاجَتِهِ وَجَرِّ ثَوْبِهِ خَلْفَهُ – فَلَا
Adapun jika bukan karena sebab itu—seperti tergesa-gesa karena keperluan dan kain terseret di belakangnya—maka tidak termasuk.

وَفِي الْحَدِيثِ: النَّهْيُ عَنِ الْخُيَلَاءِ بِإِسْبَالِ الثِّيَابِ إِلَى الْأَرْضِ
Dan dalam hadits ini terdapat larangan dari bersikap sombong melalui isbal pakaian sampai ke tanah.

وَإِطَالَةِ طَرَفِ الْعِمَامَةِ عَلَى غَيْرِ الْعَادَةِ
Dan memanjangkan ujung sorban melebihi kebiasaan yang umum.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/77414


Pelajaran dari Hadits ini


1. Menjaga Adab Berpakaian

Perkataan الإِسْبَالُ فِي الإِزَارِ وَالقَمِيصِ وَالعِمَامَةِ (Isbal pada izar, qamis, dan imamah) menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan cara seseorang berpakaian, bahkan dalam hal panjangnya pakaian. Perintah untuk tidak menjulurkan pakaian hingga melebihi mata kaki menunjukkan pentingnya menjaga adab dan tidak berlebihan dalam berpakaian. Hal ini bukan semata aturan lahiriah, tapi untuk mendidik hati agar tidak condong kepada kesombongan atau pamer. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf: 31, 

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

(Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah setiap kali memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan). Islam mengajarkan kesederhanaan dalam segala hal, termasuk dalam cara berpakaian sehari-hari.


2. Bahaya Kesombongan yang Tersembunyi

Perkataan مَن جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ (Siapa yang menyeret salah satu darinya dengan sombong) menegaskan bahwa dosa dalam berpakaian bukan hanya karena panjangnya, tapi karena niat di baliknya: yaitu kesombongan. Seseorang bisa saja berpakaian sederhana, tapi hatinya merasa lebih baik dari orang lain—dan itu adalah bentuk kesombongan yang halus. Kesombongan adalah penyakit hati yang bisa membawa kehancuran di dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:

  لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

(HR. Muslim No. 91) (Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji zarrah dari kesombongan). Kita harus terus melatih diri untuk merendah dan menyadari bahwa semua kebaikan yang kita miliki adalah karunia Allah semata.


3. Murka Allah kepada Orang yang Sombong

Perkataan لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ (Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat) merupakan ancaman yang sangat berat. Tidak dipandang oleh Allah artinya seseorang dijauhkan dari rahmat, perhatian, dan pengampunan-Nya pada saat semua makhluk sangat membutuhkannya. Ini menunjukkan betapa besar dosa kesombongan, terutama ketika ditunjukkan lewat pakaian. Allah berfirman dalam QS. Al-Ghafir: 35,

  كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

(Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan sewenang-wenang). Ketika seseorang berani berlaku sombong, apalagi dengan merendahkan orang lain melalui cara berpakaian, ia terancam kehilangan cahaya petunjuk dan rahmat Allah di dunia maupun akhirat.


4. Meningkatkan Kesadaran Hati dalam Berpenampilan

Dari ketiga perkataan tersebut, tersirat bahwa Islam ingin manusia berpakaian bukan hanya dengan kain, tapi juga dengan kesadaran hati. Kesadaran ini mencakup niat untuk bersih, rapi, namun rendah hati dan tidak bermewah-mewahan. Bahkan ketika berpakaian bagus pun, niatnya harus karena menghormati nikmat Allah, bukan untuk pamer. Rasulullah ﷺ bersabda:

  إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

(HR. Muslim) (Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan). Keindahan itu harus dibarengi dengan akhlak yang mulia dan hati yang bersih dari penyakit riya’ dan ‘ujub.


5. Memahami Bahwa Akhlak Tercermin dari Gaya Hidup

Hadits ini mengajarkan bahwa akhlak tidak hanya tampak dari ucapan dan perbuatan, tapi juga dari hal-hal yang tampak sepele seperti cara berpakaian. Cara berpakaian yang rendah hati mencerminkan akhlak mulia. Rasulullah ﷺ sendiri sangat sederhana dalam berpakaian, meski beliau bisa mengenakan pakaian terbaik. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan bukan dari kain atau hiasan, tapi dari ketakwaan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 13,

  إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

(Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa). Maka, berpakaian adalah bagian dari ekspresi ketakwaan, bukan kebanggaan.


6. Memupuk Sifat Tawadhu’ Sejak Dini

Hadits ini mengandung pelajaran agar kita membiasakan diri bersikap rendah hati (tawadhu’) sejak muda, termasuk dalam hal berpakaian dan bergaya. Tawadhu’ bukan kelemahan, tapi kekuatan batin yang menjadikan seseorang dicintai oleh Allah dan manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:

  وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

(HR. Muslim No. 2588) (Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya). Sikap ini harus terus dilatih agar tidak terjebak pada pencitraan atau ingin dipuji karena penampilan.


7. Menyadari bahwa Amal Hati Sama Pentingnya dengan Amal Lahiriah

Hadits ini juga mengingatkan bahwa niat di dalam hati bisa menentukan diterima atau tidaknya suatu perbuatan. Seorang yang berpakaian sopan namun berniat sombong bisa berdosa, sementara yang berpakaian sederhana namun ikhlas bisa mendapatkan pahala. Ini menegaskan pentingnya menjaga hati. Rasulullah ﷺ bersabda:

  إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

(HR. Bukhari dan Muslim) (Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya). Oleh karena itu, memperbaiki hati dan niat adalah fondasi utama dalam menjalani hidup, termasuk dalam berpakaian.


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa berpakaian bukan sekadar urusan penampilan luar, tapi mencerminkan isi hati. Kesombongan dalam bentuk apapun, termasuk lewat gaya berpakaian, adalah penyakit berbahaya yang bisa menghalangi rahmat Allah. Dengan meneladani kesederhanaan dan tawadhu’ Nabi ﷺ, seorang Muslim dapat menjaga diri dari sifat tercela dan lebih dekat kepada ridha Allah. 


Penutup Kajian


 Hadirin yang dirahmati Allah,

Dari hadits yang telah kita pelajari bersama, kita memahami bahwa Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah secara lahiriah, tetapi juga sangat peduli pada kebersihan hati, niat, dan akhlak seorang hamba. Hadits ini memberikan pelajaran besar tentang bahayanya sifat sombong, meskipun hanya tampak dari cara berpakaian. Allah tidak melihat bentuk tubuh atau penampilan kita, tetapi melihat hati dan amalan kita. Maka siapa pun yang berpakaian dengan niat menyombongkan diri—meskipun secara lahir terlihat rapi dan anggun—maka ia termasuk dalam ancaman ini.

Semoga hadits ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga hati dari kesombongan, dan menumbuhkan rasa rendah hati dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam berpakaian, bersikap, dan berinteraksi dengan sesama. Mari kita tanamkan dalam diri bahwa kehormatan seseorang bukan diukur dari panjangnya pakaian atau kemewahan penampilan, tetapi dari ketakwaannya kepada Allah.

Harapan besar dari kajian ini adalah agar kita semua—khususnya kaum laki-laki—bisa memperhatikan batas syariat dalam berpakaian, menjaga niat dari penyakit hati, dan lebih mencintai kesederhanaan yang dicintai oleh Nabi ﷺ. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang dirahmati, yang dipandang oleh Allah dengan kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.

وَاللهُ الْمُوَفِّقُ إِلَى أَقْوَمِ الطَّرِيقِ

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers