Hadits: Makanan Satu Orang Untuk Dua Orang, Makanan Dua Orang untuk Empat Orang
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang dirahmati Allah...
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat fenomena sosial yang mencerminkan lemahnya rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama. Di tengah masyarakat modern, sikap individualisme semakin kuat—setiap orang lebih fokus pada kebutuhan pribadinya dan kurang memperhatikan keadaan orang lain. Makan, yang seharusnya menjadi sarana berbagi dan mempererat tali silaturahmi, justru sering dilakukan sendiri-sendiri, tanpa semangat berbagi dan keberkahan.
Di sisi lain, kita juga melihat adanya kesenjangan sosial yang cukup nyata—di satu tempat, ada orang-orang yang makan berlebihan dan membuang makanan tanpa berpikir panjang, sementara di tempat lain ada saudara-saudara kita yang masih kesulitan mendapatkan makanan yang layak. Inilah salah satu tanda bahwa kita mulai kehilangan nilai muwâsât (saling peduli) dan itsâr (mendahulukan orang lain) dalam kehidupan bermasyarakat.
Di sinilah relevansi hadits yang akan kita bahas hari ini. Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita bahwa makanan yang sedikit pun, jika dilandasi dengan keberkahan dan sikap berbagi, akan menjadi cukup bahkan untuk lebih banyak orang. Dalam hadits ini, beliau ﷺ bersabda:
"Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang."
Hadits ini bukan sekadar berbicara tentang jumlah makanan, tetapi tentang keberkahan, kepedulian sosial, dan semangat berbagi. Ini adalah prinsip yang sangat penting dalam kehidupan kita, terutama di zaman sekarang, di mana manusia semakin sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan hak orang lain.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk mempelajari hadits ini dengan baik. Kita akan menggali maknanya, memahami bagaimana Rasulullah ﷺ mendidik para sahabat dalam hal berbagi makanan, serta bagaimana kita bisa mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan kita. Dengan memahami hadits ini, kita berharap bisa menjadi pribadi yang lebih peduli, lebih bersyukur, dan lebih merasakan keberkahan dalam setiap rezeki yang Allah berikan.
Semoga Allah ﷻ membuka hati kita untuk memahami dan mengamalkan hadits ini dengan baik, serta menjadikan kita sebagai orang-orang yang senantiasa menghidupkan sunnah Nabi ﷺ dalam kehidupan sehari-hari.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ
bersabda:
طَعَامُ الرَّجُلِ يَكْفِي رَجُلَيْنِ، وَطَعَامُ
رَجُلَيْنِ يَكْفِي أَرْبَعَةً، وَطَعَامُ أَرْبَعَةٍ يَكْفِي ثَمَانِيَةً.
Makanan seorang
lelaki cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan
makanan empat orang cukup untuk delapan orang.
HR Muslim (2059)
Arti
dan Penjelasan Per Kalimat
طَعَامُ الرَّجُلِ
Makanan seorang lelaki
Kata طَعَامُ berarti makanan, sedangkan الرَّجُلِ adalah bentuk
isim mufrad (tunggal) yang berarti "lelaki". Ini menunjukkan bahwa makanan yang biasa
dikonsumsi oleh satu orang laki-laki disebutkan dalam konteks kecukupan.
يَكْفِي رَجُلَيْنِ
Cukup untuk dua orang lelaki
Kata يَكْفِي berasal dari kata kerja كَفَى yang berarti
"mencukupi". رَجُلَيْنِ adalah
bentuk tatsniyah (ganda) dari رَجُلٌ,
yang berarti "dua lelaki". Ini menunjukkan bahwa makanan satu
orang dapat mencukupi dua orang karena adanya keberkahan.
وَطَعَامُ رَجُلَيْنِ
Dan makanan dua orang lelaki
وَ adalah
huruf penghubung (dan). طَعَامُ رَجُلَيْنِ berarti "makanan milik dua
orang lelaki".
يَكْفِي أَرْبَعَةً
Cukup untuk empat orang
أَرْبَعَةً berarti "empat orang".
Artinya, makanan yang seharusnya untuk dua orang bisa mencukupi empat orang
karena berkah dalam berbagi.
وَطَعَامُ أَرْبَعَةٍ
Dan makanan empat orang
أَرْبَعَةٍ adalah bentuk jamak yang berarti
"empat".
يَكْفِي ثَمَانِيَةً
Cukup untuk delapan orang
ثَمَانِيَةً berarti "delapan". Ini
menunjukkan bahwa makanan yang seharusnya cukup untuk empat orang bisa
mencukupi delapan orang dengan keberkahan.
Syarah
Hadits
كانَ النَّبِيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ
يُرَبِّي النَّاسَ عَلَى الأُلْفَةِ وَالمَحَبَّةِ وَالإِيثَارِ فِيمَا بَيْنَهُمْ
Nabi ﷺ membina manusia atas dasar kedekatan, kasih sayang, dan sikap
mendahulukan orang lain (itsar) di antara mereka.
سَوَاءٌ كَانَ الإِيثَارُ بِالنَّفْسِ، أَوْ
بِتَقَاسُمِ المَالِ أَوِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ.
Baik sikap itsar itu berupa pengorbanan diri, atau dengan berbagi harta,
makanan, maupun minuman.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ صلَّى
اللهُ عليهِ وسلَّمَ:
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ bersabda:
«طَعَامُ الرَّجُلِ» الوَاحِدِ
«يَكْفِي رَجُلَيْنِ، وَطَعَامُ رَجُلَيْنِ يَكْفِي أَرْبَعَةً، وَطَعَامُ أَرْبَعَةٍ
يَكْفِي ثَمَانِيَةً»
"Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk
empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang."
وَالمُرَادُ بِذَلِكَ التَّغَذِّي وَرَدُّ
عَضَّةِ الجُوعِ، وَلَيْسَ المَقْصُودُ الشِّبَعَ،
Yang dimaksud dalam hadis ini adalah sekadar mendapatkan gizi dan menghilangkan
rasa lapar, bukan kenyang sepenuhnya.
أَيْ: طَعَامُ الوَاحِدِ يُغَذِّي
الِاثْنَيْنِ؛ إِذْ فَائِدَةُ الطَّعَامِ إِنَّمَا هِيَ التَّغَذِّي وَحِفْظُ
القُوَّةِ.
Yakni, makanan satu orang bisa memberikan gizi bagi dua orang; sebab manfaat
utama makanan adalah memberikan nutrisi dan menjaga kekuatan.
وَهَذَا إِرْشَادٌ وَتَوْجِيهٌ مِنَ
النَّبِيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إِلَى الِاجْتِمَاعِ عَلَى الطَّعَامِ؛
Ini adalah bimbingan dan arahan dari Nabi ﷺ agar berkumpul saat
makan.
لِمَا فِيهِ مِن بَرَكَةٍ عَظِيمَةٍ تَجْعَلُ
مِنَ القَلِيلِ كَثِيرًا،
Karena di dalamnya terdapat keberkahan yang besar, yang menjadikan sedikit
makanan terasa banyak.
فَيَنْمُو الطَّعَامُ وَيَزْدَادُ حِسًّا
وَمَعْنًى، وَتَتَضَاعَفُ قُوَاهُ الغِذَائِيَّةُ، وَيَكْفِي القَلِيلُ مِنْهُ
الكَثِيرَ.
Sehingga makanan bertambah baik secara nyata maupun maknawi, kekuatan
nutrisinya meningkat, dan sedikit makanan pun cukup untuk banyak orang.
وَفِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ فِي الصَّحِيحَيْنِ: «طَعَامُ الِاثْنَيْنِ كَافِي الثَّلَاثَةِ»،
Dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang terdapat dalam dua kitab
shahih (Bukhari dan Muslim): "Makanan dua orang cukup untuk tiga
orang."
وَيُجْمَعُ بَيْنَهُمَا أَنَّ الكِفَايَةَ
تَتَفَاوَتُ،
Keduanya dapat dikompromikan dengan memahami bahwa kecukupan makanan itu
bersifat relatif.
وَيُمْكِنُ القَوْلُ: إِنَّ المَقْصُودَ
لَيْسَ الحَصْرَ فِي مِقْدَارِ الكِفَايَةِ، وَإِنَّمَا المُرَادُ المُوَاسَاةُ،
Dapat dikatakan bahwa yang dimaksud bukanlah jumlah pasti kecukupan makanan,
melainkan semangat berbagi.
وَأَنَّهُ يَنْبَغِي لِلِاثْنَيْنِ إِدْخَالُ
ثَالِثٍ لِطَعَامِهِمَا وَإِدْخَالُ رَابِعٍ أَيْضًا بِحَسَبِ مَنْ يَحْضُرُ.
Bahwa sebaiknya dua orang mengajak orang ketiga untuk makan bersama mereka, dan
jika memungkinkan, menambah satu orang lagi sesuai dengan jumlah yang hadir.
وَفِي الحَدِيثِ: الحَثُّ عَلَى المُوَاسَاةِ
فِي الطَّعَامِ،
Hadis ini menganjurkan sikap berbagi makanan dengan sesama.
وَأَنَّهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيلًا حَصَلَتْ مِنْهُ
الكِفَايَةُ المَقْصُودَةُ، وَوَقَعَتْ فِيهِ بَرَكَةٌ تَعُمُّ الحَاضِرِينَ.
Bahwa meskipun makanan itu sedikit, tetap akan cukup untuk kebutuhan, dan di
dalamnya terdapat keberkahan yang meluas kepada semua yang hadir.
وَفِيهِ: أَنَّ البَرَكَةَ فِي الأَكْلِ مَعَ
الجَمَاعَةِ.
Hadis ini juga menunjukkan bahwa keberkahan terdapat dalam makan bersama.
Sumber: https://dorar.net/hadith/sharh/25714
Pelajaran
dari Hadits ini
Berikut adalah pelajaran yang bisa diambil secara rinci:
1. Anjuran untuk Menumbuhkan Rasa Persaudaraan
-
Nabi ﷺ membina manusia dengan menanamkan rasa ukhuwah (persaudaraan), al-ulfa (keakraban), dan al-mahabbah (kasih sayang).
-
Islam mendorong sikap itsar (mendahulukan orang lain) dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keutamaan Berbagi dan Tolong-menolong dalam Kebaikan
-
Hadis ini menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan untuk saling berbagi dalam kebaikan, baik dalam bentuk tenaga, harta, maupun makanan.
-
Berbagi makanan adalah bentuk nyata dari sikap peduli sosial, yang mengajarkan kepekaan terhadap kondisi sesama.
3. Sifat Makanan dalam Islam: Bukan untuk Kenyang, tapi untuk Menghilangkan Lapar
-
Rasulullah ﷺ menekankan bahwa tujuan makan adalah menghilangkan lapar dan menjaga kekuatan, bukan untuk sekadar kenyang berlebihan.
-
Makan secukupnya juga sejalan dengan prinsip Islam tentang kesederhanaan dan menjauhi sikap boros (israf).
4. Keberkahan dalam Makan Bersama
-
Makan bersama membawa keberkahan, sehingga makanan yang sedikit bisa mencukupi banyak orang.
-
Ini mengajarkan bahwa keberkahan bukan hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam kualitas dan manfaat yang diberikan oleh Allah.
-
Keberkahan bisa hadir dengan:
-
Membaca basmalah sebelum makan.
-
Makan dengan adab Islami, seperti tidak berlebihan dan tidak membuang makanan.
-
Mengundang orang lain untuk makan bersama.
-
5. Mendorong Sikap Peduli dan Solidaritas Sosial
-
Hadis ini mengajarkan pentingnya membantu orang lain, terutama mereka yang dalam kesulitan.
-
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbagi makanan bisa memperkuat hubungan sosial dan mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.
6. Islam Bukan Agama yang Individualistis
-
Nabi ﷺ menganjurkan agar tidak makan sendirian, karena makan bersama mengajarkan nilai sosial dan kebersamaan.
-
Dengan berkumpul saat makan, seseorang dapat berbincang, menguatkan hubungan kekeluargaan dan persahabatan.
7. Sikap Qana’ah (Merasa Cukup) dalam Makanan
-
Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas makanan yang ada dan tidak mengeluh meskipun sedikit.
-
Sikap qana’ah menjauhkan seseorang dari ketamakan dan ketidakpuasan terhadap rezeki yang Allah berikan.
8. Menghindari Sikap Egois dalam Makanan
-
Jika makanan cukup untuk dua orang, sebaiknya dibagi untuk lebih banyak orang.
-
Islam melarang sikap egois dalam makanan, seperti menyembunyikan makanan saat orang lain kelaparan.
9. Prinsip Keseimbangan dalam Konsumsi
-
Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam makanan (tidak terlalu kenyang) dan juga tidak berlebihan dalam berbagi hingga menyusahkan diri sendiri.
-
Prinsip ini menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan kepentingan sosial.
10. Implementasi Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari
Hadis ini bisa diterapkan dalam berbagai kondisi, misalnya:
-
Dalam keluarga: Biasakan untuk makan bersama dan mengajarkan anak-anak untuk berbagi makanan.
-
Dalam masyarakat: Membantu tetangga yang kurang mampu dengan berbagi makanan atau menyelenggarakan acara makan bersama.
-
Dalam dunia bisnis dan ekonomi: Menumbuhkan semangat berbagi keuntungan dan keberkahan dalam usaha.
11. Hubungan Hadits dengan Konsep Ekonomi Islam
-
Hadits ini dapat dikaitkan dengan konsep ekonomi Islam, khususnya dalam distribusi kekayaan dan keadilan sosial.
-
Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana memperoleh rezeki, tetapi juga bagaimana membagikannya dengan cara yang penuh keberkahan.
-
Dalam konteks ekonomi modern, hadits ini bisa diimplementasikan dalam konsep sedekah produktif, zakat, serta pola konsumsi sederhana yang berkelanjutan.
12. Dimensi Psikologis dan Sosial dari Kebersamaan dalam Makan
-
Makan bersama membangun ikatan sosial dan emosional yang kuat. Ini terbukti dalam banyak penelitian bahwa keluarga yang sering makan bersama memiliki hubungan yang lebih erat.
-
Dari sisi psikologis, berbagi makanan menumbuhkan rasa empati, meningkatkan kebahagiaan, dan mengurangi stres sosial.
13. Prinsip Keberkahan dalam Islam
-
Hadits ini menekankan bahwa keberkahan tidak bisa diukur dengan jumlah, tetapi dengan manfaat yang dirasakan.
-
Dalam ekonomi Islam, konsep ini sejalan dengan barakah dalam harta, yaitu bahwa harta yang berkah meskipun sedikit, tetap cukup dan bermanfaat.
14. Keterkaitan dengan Konsep Manajemen Keuangan dan Konsumsi Islami
-
Hadits ini mengajarkan gaya hidup sederhana dan hemat, yang bertentangan dengan gaya hidup konsumtif yang berlebihan.
-
Islam mengajarkan bahwa mengelola rezeki dengan baik, berbagi kepada yang membutuhkan, dan tidak berlebihan dalam konsumsi akan membawa keberkahan dalam hidup.
15. Implikasi dalam Kehidupan Masyarakat Modern
-
Mendorong budaya gotong royong dan solidaritas sosial dalam berbagi makanan, seperti program sedekah makanan, warteg gratis, atau konsep food bank dalam Islam.
-
Mengajarkan nilai kesederhanaan dalam konsumsi, yang dapat diterapkan dalam isu-isu global seperti krisis pangan dan kelaparan.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah...
Setelah kita mengkaji hadits ini, kita memahami bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan, kepedulian, dan keberkahan dalam berbagi. Hadits Rasulullah ﷺ yang kita bahas tadi mengandung banyak pelajaran penting bagi kehidupan kita sehari-hari.
Di antara faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini adalah:
-
Keutamaan berbagi dan peduli terhadap sesama, karena makanan yang sedikit bisa cukup jika kita memiliki niat tulus dan kebersamaan dalam menikmatinya.
-
Keberkahan dalam makan bersama, yang bukan hanya mencukupi kebutuhan fisik tetapi juga mempererat hubungan sosial dan menumbuhkan rasa syukur atas nikmat Allah.
-
Makan bukan hanya soal kuantitas, tetapi tentang kecukupan dan keberkahan, sebagaimana makanan satu orang bisa mencukupi dua orang, dan seterusnya.
-
Anjuran untuk menjauhi sikap egois dan individualistis, serta mengutamakan sikap itsâr (mendahulukan orang lain) yang merupakan akhlak para sahabat Nabi ﷺ.
-
Pentingnya qana’ah (merasa cukup) dalam hidup, bahwa kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya makanan atau harta, tetapi dalam keberkahan yang Allah berikan.
Hadirin yang mulia...
Semoga setelah kita mempelajari hadits ini, kita dapat lebih mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kita berharap mulai hari ini, kita lebih ringan tangan dalam berbagi, lebih peduli terhadap saudara-saudara kita yang membutuhkan, dan lebih banyak mengajak keluarga serta orang-orang terdekat untuk makan bersama dengan penuh keberkahan.
Marilah kita terapkan sunnah ini dalam kehidupan kita, baik dalam keluarga, di lingkungan kerja, maupun di masyarakat. Jadikanlah kebiasaan berbagi makanan sebagai wujud nyata dari rasa syukur kita kepada Allah, karena semakin kita berbagi, semakin Allah tambahkan keberkahan dalam hidup kita.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang penuh kasih sayang, yang ringan dalam berbagi, dan yang senantiasa mencari keberkahan dalam setiap rezeki yang kita miliki.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ